Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mendagri Minta Daerah Petakan Potensi Konflik di Wiilayah Masing-masing
Oleh : si
Selasa | 20-11-2012 | 17:33 WIB
Gamawan_1.jpg Honda-Batam

Mendagri Gamawan Fauzi

JAKARTA, batamtoday - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengingatkan, belakangan banyak konflik terjadi hanya karena dipicu persoalan kecil. Namun menjadi besar hanya karena informasi-informasi berkembang sedemikian rupa di tengah masyarakat seperti melalui short message service (SMS).


"Seperti kasus Lampung, itu hanya gara-gara masalah perempuan jatuh dari sepeda motor, ditolong, lalu memegang bagian tubuh. Akhirnya 14 orang meninggal dunia karena konflik. Jadi harus diredam semua peristiwa yang berpotensi menimbulkan konflik," katanya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Indonesia di Jakarta kemarin. 

Mendagri mengaku prihatin dengan terjadinya peningkatan intensitas konflik baik berlatar belakang agama dan bukan agama. Mendagri juga bertanya mengapa bangsa ini menjadi bangsa yang cepat marah dan emosi.
 
"Secara teoritis makin terdidik dan makin sejahtera, harusnya bisa mencegah konflik. Sekarang pendapatan perkapita meningkat, lalu masa sekolah lebih lama, tapi mengapa lebih mudah marah. Rakornas FKUB diharapkan dapat memetakan akar penyebab konflik," kata Gamawan dalam sambutannya pada pembukaan Rakornas FKUB 2012 di Hotel Sahid, malam ini.

Untuk itu Gamawan berharap  FKUB yang berada langsung di tengah-tengah masyarakat, ke depan dapat lebih berperan aktif dalam memberi pemahaman yang baik terhadap umat beragama di daerah masing-masing.

Karena pada hakekatnya, konflik-konflik yang terjadi dewasa ini, bukan berlatarbelakang agama. Selain itu, mantan Gubernur Sumatera Barat ini juga berharap FKUB dapat memetakan akar penyebab konflik sedini mungkin.

"Jadi kalau kepala daerahnya tidak pernah mengadakan dialog antara umat beragama, misalnya enam bulan sekali itu potensi konfliknya besar sekali. Tetapi kalau rajin dialog satu bulan dua bulan sekali, potensi konfliknya kecil dan pasti mereka akan malu kalau berkonflik karena sering ketemu. Lebih baik kita tingkatkan anggaran untuk dialog, daripada keluar untuk mengatasi konflik," katanya.

Di tempat yang sama, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nasaruddin Umar, mengajak FKUB bersama-sama menyelesaikan pekerjaan rumah terkait kerukunan di tengah bangsa saat ini. Salah satu cara, dengan terlebih dahulu menyatukan pandangan terkait sejumlah pemahaman yang ada.

"Mari kita memahami agama sebagai "efek sentripetal" untuk makin menyatukan NKRI, terutama soal dakwah dalam komunitas yang majemuk," Wamenag. 

Nazarudin Umar menambahkan, ada pekerjaan rumah (PR) terkait kerukunan, seperti definisi dan siapa yang berhak menentukan mana yang agama, mana yang bukan agama. Juga mana yang agama yang benar dan mana yang sesat.

"Selain itu yang juga masih jadi PR adalah bagaimana loyalitas terhadap agama dan negara. Karena keduanya menuntut loyalitas, lalu bagaimana bila harus berhadapan," katanya.

Rakornas tersebut diikuti oleh 250 orang yang terdiri dari Wakil Gubernur, Ka Kanwil Kemenag, Ka Kan Kemenag, dan tokoh FKUB Provinsi dan Kabupaten-Kota, serta tokoh-tokoh agama yang terpilih.