Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Usaha Kecil Indonesia Catatkan Prospek Pertumbuhan Tertinggi dalam Lima Tahun Terakhir
Oleh : Rerdaksi
Senin | 14-04-2025 | 08:04 WIB
14-04_pameran-hasil-umkm_03348879.jpg Honda-Batam
Pelaku UMKM memamerkan produk unggulannya pada acara Member Recognition Ceremony di Jakarta yang digelar oleh CPA Australia pada Desember 2024. (Foto: istimewa)

  • Usaha kecil Indonesia mencatatkan optimisme tertinggi di kawasan Asia- Pasifik
  • Peningkatan permintaan pembiayaan eksternal menandakan ekspansi yang berkelanjutan
  • Serangan siber terhadap usaha kecil Indonesia diprediksi akan terus meningkat di tahun 2025

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menurut survei tahunan usaha kecil CPA Australia, 2024 menjadi tahun yang sukses untuk usaha kecil di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan hingga 83 persen, naik dari 80 persen pada 2023. Hal ini merupakan hasil pertumbuhan tertinggi sejak 2020.

Momentum positif ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2025, dengan 87 persen usaha kecil diprediksi tumbuh, menempatkan Indonesia di antara tiga pasar dengan pertumbuhan tertinggi dari 11 pasar yang disurvei (Australia, Tiongkok, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Vietnam).

Keyakinan terhadap perekonomian Indonesia tetap kuat, dengan 76 persen usaha kecil memperkirakan ekonomi akan tumbuh, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata survei Asia-Pasifik yang hanya mencapai 67 persen.

"Usaha kecil Indonesia termasuk yang tumbuh paling cepat di kawasan ini," kata Dr Hendro Lukman, Ketua Komite Penasihat CPA Australia di Indonesia, melalui keterangan tertulisnya, Senin (14/4/2025). Ia menilai optimisme ini dipengaruhi oleh fokus yang kuat pada teknologi dan ekonomi yang stabil.

Di tahun 2024, 68 persen usaha kecil Indonesia yang berinvestasi pada teknologi melaporkan bahwa investasi tersebut meningkatkan profitabilitas mereka, hasil yang menempatkan Indonesia di posisi ketiga tertinggi dari 11 pasar yang disurvei.

Sebagian besar usaha kecil Indonesia kini menawarkan opsi pembayaran digital dan mobile kepada pelanggan, seperti OVO, GoPay, ShopeePay, dan Dana. Pada tahun 2024, 74 persen usaha kecil melaporkan bahwa lebih dari 10 persen penjualan mereka diperoleh melalui teknologi ini, sebuah peningkatan yang signifikan dari 54 persen sebelum pandemi Covid-19.

"Sektor usaha kecil Indonesia didorong oleh para pengusaha muda dan dinamis, dengan 85 persen pemilik usaha berusia di bawah 50 tahun. Mereka mengadopsi teknologi, inovasi, dan ketangkasan dalam menghadapi perubahan. Pola pikir visioner ini, dikombinasikan dengan pendekatan berfokus pada pelanggan, akan meningkatkan kinerja dan daya saing mereka dalam jangka panjang," ujar Dr Hendro.

Pada tahun 2025, 37 persen usaha kecil berencana untuk memperkenalkan produk, layanan, atau model bisnis baru yang unik untuk Indonesia maupun global. Hal inilah yang menempatkan usaha kecil Indonesia di posisi kedua paling inovatif diantara negara-negara yang disurvei.

Seiring dengan pesatnya digitalisasi bisnis, ancaman serangan siber pun meningkat, tidak terkecuali bagi usaha kecil Indonesia.

Sebanyak 50 persen usaha kecil melaporkan kerugian akibat serangan siber di tahun 2024, melebihi rata-rata survei sebesar 40 persen. Ancaman siber ini diperkirakan akan semakin meningkat tahun ini, dengan 54 persen usaha kecil memperkirakan akan mengalami serangan siber.

"Fakta bahwa hanya 48 persen yang meninjau keamanan siber mereka dalam enam bulan terakhir adalah hal yang mengkhawatirkan. Usaha kecil harus mengambil langkah proaktif untuk melindungi diri dari potensi kerugian besar akibat ancaman siber demi menjaga kepercayaan pelanggan serta keberlanjutan bisnis," ungkap Dr Hendro.

Meskipun berbagai saluran pembiayaan tersedia, lebih dari sepertiga usaha kecil Indonesia menghadapi tantangan dalam mendapatkan pembiayaan eksternal pada tahun 2024. Bank tetap menjadi sumber pembiayaan yang paling mungkin diandalkan.

Pada tahun 2024, 75 persen usaha kecil mencari pembiayaan eksternal, dengan 59 persen diantaranya mencari pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan usaha mereka. Dorongan untuk mencari pembiayaan eksternal ini menempatkan usaha kecil Indonesia di angka tertinggi kelima di antara pasar yang disurvei.

"Dengan semakin banyak usaha kecil yang memperkirakan kebutuhan akan pembiayaan eksternal tahun ini untuk mengembangkan bisnis mereka, peningkatan literasi keuangan menjadi sangat penting untuk membantu mereka berkembang dan mengamankan pembiayaan tersebut," kata Dr Hendro.

Dr Hendro menambahkan, "Rancangan regulasi Otoritas Jasa Keuangan Indonesia yang bertujuan untuk mempermudah akses pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah langkah positif bagi sektor usaha kecil."

Sebagai bagian dari dukungannya terhadap program pemerintah, CPA Australia pada akhir 2024 meluncurkan perangkat panduan, "Panduan Pengelolaan UMKM', yang bertujuan meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelaku usaha kecil.

Dr Hendro optimistis bahwa regulasi baru ini, bersama dengan inisiatif peningkatan kapasitas pemerintah yang berkelanjutan, akan membantu usaha kecil bertahan menghadapi ketidakpastian geopolitik.

"Dengan adanya tarif 32 persen yang tidak menguntungkan terhadap impor Indonesia ke AS, usaha kecil yang ingin berekspansi ke luar negeri sebaiknya fokus ke pasar non-AS. Bisnis yang sudah mengekspor ke AS mungkin perlu mencari nasihat profesional untuk mengukur dampaknya terhadap bisnis mereka atau menjajaki pasar baru," ujar Dr Hendro.

"Pemilik usaha kecil Indonesia yang memiliki visi jauh ke depan dan berani mengambil risiko, kemungkinan besar menganggap hambatan dari tarif ini hanya sebagai gangguan sementara dalam visi jangka panjang mereka," tutupnya.

Editor: Gokli