Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Industri Kosmetik dan Obat Tradisional Tumbuh Pesat, Pemerintah Dorong Daya Saing IKM
Oleh : Redaksi
Senin | 24-03-2025 | 10:24 WIB
Reni-Yunita.jpg Honda-Batam
Direktur Jenderal IKMA Kementerian Perindustrian, Reni Yanita. (Foto: Kemenperin)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Industri kosmetik dan obat tradisional di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Keberagaman sumber daya alam menjadi keunggulan utama dalam pengembangan produk lokal yang berbasis bahan alami dan herbal.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, mengungkapkan tren konsumen global saat ini semakin mengarah pada produk berbahan alami, sehingga mendukung perkembangan industri ini. "Kami terus mendorong daya saing industri kecil dan menengah (IKM) kosmetik serta obat tradisional melalui berbagai program fasilitasi dan pembinaan agar mereka bisa menguasai pasar lokal dan global," ujar Reni dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (23/3/2025).

Pertumbuhan Ekspor dan Dominasi IKM

Kementerian Perindustrian mencatat kinerja ekspor industri kosmetik dan obat tradisional terus meningkat. Selama Januari-November 2024, ekspor produk kosmetik mencapai USD 382,4 juta, sementara ekspor obat tradisional menembus USD 6,3 juta.

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lebih dari 85 persen pelaku industri kosmetik dan obat tradisional berasal dari sektor IKM. "Kontribusi IKM dalam sektor ini sangat besar dan patut diapresiasi," tambah Reni.

Proyeksi Pertumbuhan dan Inovasi Produk

Industri kosmetik diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,3 persen per tahun dalam periode 2025–2030, sementara industri obat tradisional diprediksi tumbuh 7,1 persen per tahun hingga 2033. Kesadaran konsumen terhadap bahan yang aman dan ramah lingkungan menjadi faktor utama dalam diferensiasi produk.

"Pelaku industri harus siap berinovasi dan menghadirkan produk dengan nilai jual yang kuat," jelasnya.

Reni juga menekankan pentingnya strategi pemasaran dan penjenamaan (branding) yang efektif bagi IKM. "Produk kosmetik dan obat tradisional memiliki segmentasi yang beragam, mulai dari mass market hingga niche market seperti produk halal, vegan, dan organik. Oleh karena itu, riset pasar sangat diperlukan agar pemasaran dan branding bisa lebih fokus," tambahnya.

Menurut Reni, keberhasilan jenama (brand) juga ditentukan oleh positioning dan diferensiasi yang kuat. "Setiap brand harus menunjukkan keunggulan dan ciri khasnya, baik dari segi inovasi formula, teknologi produksi, kemasan ramah lingkungan, hingga storytelling yang menarik agar konsumen tertarik," paparnya.

Webinar Pengembangan IKM

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing IKM, Ditjen IKMA mengadakan webinar bertajuk Menentukan Target Pasar & Diferensiasi Produk pada Jumat (14/3/2025). Acara ini menghadirkan narasumber praktisi, termasuk Henry Suhardja, pemilik jenama wewangian Follow Me, serta Andreas, Brand Manager PT Sinde Budi Sentosa, produsen jamu tradisional.

Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, menegaskan pentingnya webinar ini bagi para pelaku usaha. "Kami berharap para peserta dapat menentukan target pasar dan strategi diferensiasi produk yang tepat melalui wawasan dari para narasumber,' ujarnya.

Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan sepanjang tahun 2025, dengan sesi lanjutan yang dijadwalkan pada Juli dan November. Menurut Budi, pengembangan IKM kosmetik dan obat tradisional memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas bisnis. "Kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam meningkatkan inovasi, kualitas produk, dan kekuatan brand agar produk kosmetik dan obat tradisional Indonesia semakin dikenal di pasar global," tutupnya.

Editor: Gokli