Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keluarga Tak Boleh Meminta

Soekarno-Hatta Akhirnya Diberi Digelar Pahlawan Nasional
Oleh : si
Selasa | 06-11-2012 | 19:56 WIB

JAKARTA, batamtoday - Proklamator RI Soekarno dan Mohammad Hatta akhirnya diberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemberian gelar akan dilakukan pada Rabu (7/11/2012) besok, di Istana Negara, Jakarta.


Hal itu dinyatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, di Jakarta, Selasa (6/11). "Untuk tahun ini, gelar pahlawan nasional hanya diberikan kepada mantan Presiden Soekarno dan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta," ujar Djoko.

Ketua Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan RI tersebut mengatakan, keputusan itu sudah melalui sidang gelar dan dewan kehormatan. Presiden Yudhoyono, kata Djoko, setelah kembali dari kunjungan luar negeri langsung menandatangani keputusan presiden (keppres) penganugerahan gelar tersebut. "Penganugerahan akan segera dilakukan besok pukul 11.00 Wib, di Istana Merdeka" tuturnya.

Namun Djoko tidak menjelaskan alasan-alasan penganugerahan tersebut. "Besok Presiden Yudhoyono akan memberikan sambutan khusus mengapa Soekarno dan Hatta layak," ujarnya.

Sebelum menyampaikan konferensi Pers, Djoko melaporkan mengenai pemberian tanda gelar tersebut kepada Presiden Yudhoyono di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, dalam foum rapat kabinet terbatas. Bahkan sidang kabinet terbatas membahas sejumlah masalah antara lain persiapan pelaksanaan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soekarno dan mantan Wapres Muhammad Hatta.

Agenda kedua yang dibahas dalam rapat kabinet tersebut, adalah mengenai perkembangan penyelesaian konflik komunal di Lampung yang terjadi beberapa waktu lalu. Agenda yang ketiga adalah mendengarkan laporan persiapan penyelenggaraan Bali Democracy Forum yang akan dihadiri Presiden pada 8-9 November 2012.

Soekarno adalah pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 dan meninggal dunia di Jakarta, 21 Juni 1970 pada usia 69 tahun. Soekarno menjadi Presiden pertama RI periode 1945–1966. Mohammad Hatta adalah pria kelahiran Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi, Sumatra Barat), 12 Agustus 1902 dan meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun. Hatta pernah menjabat sebagai perdana menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan Republik Indonesia Serikat (RIS). Ia menjadi wakil presiden (wapres) pertama sejak 1945 dan mundur pada 1956. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta membacaka dan menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan RI dari penjajahan.

Berdasarkan catatan Kementerian Sosial, hingga Januari 2010, Indonesia memiliki 147 pahlawan nasional yang terdiri dari 135 laki-laki dan 12 perempuan.

Tak berhak Meminta
Wakil Ketua MPR Melani Leimina Suharli menyatakan, pihak keluarga tidak dibolehkan meminta agar keluarganya dijadikan Pahlawan Nasional meskipun memiliki jasa yang besar bagi bangsa dan negara.

"Kita tidak berhak meminta bahkan mengemis-ngemis gelar kepahlawanan,” ujar Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli saat menjadi narasumber dalam Diskusi 4 Pilar,  dengan tema, Pahlawan Dulu dan Sekarang di Jakarta kemarin.

Lebih lanjut dikatakan oleh Melani Leimena Suharli, proses ayahnya, J. Leimena, menjadi pahlawan nasional bukan dari pihak keluarga namun usulan dari masyarakat Maluku, DPRD Maluku, Pemerintah Daerah Maluku, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

“Keluarga bangga ketika J. Leimena ditetapkan sebagai pahlawan,” ujarnya. “Dari pihak keluarga tidak mengajukan menjadi pahlawan, yang mengajukan menjadi pahlawan adalah pemerintah daerah,” tambahnya.

Ketika ditanya oleh seorang wartawan mengapa J. Leimena mendapat gelar pahlawan, Melani Leimena Suharli mendapat ungkapan dari masyarakat bahwa ayahnya adalah seorang yang jujur, sederhana, dan suka kerja keras. Proses pengajuan ayahnya menjadi pahlawan dari masyarakat dan pemerintah daerah diusulkan sejak tahun 2005, namun baru disyahkan menjadi pahlawan pada tahun 2011.

 “J. Leimena mendapat gelar pahlawan karena memenuhi kriteria-kriteria pahlawan nasional,” paparnya. Tidak hanya itu, menurutnya J. Leimena adalah seorang pluralis, nilai-nilai itu sampai sekarang diteruskan di dalam keluarga besar J. Leimena. Melani Leimena Suharli mengungkapkan bahwa di antara keluarganya ada yang menikahkan dengan beda agama dan itu tidak menjadi masalah. “Kita dalam berkeluarga hidup dalam perbedaan,” ungkapnya.

Menurut Melani Leimena Suharli bila seseorang merayakan hari ulang tahun, biasanya seseorang akan mempertanyakan kepada dirinya apa yang sudah diperbuat buat diri, keluarga, bangsa, dan negara. Untuk itu Hari Pahlawan 10 November penting untuk diperingati sebagai upaya merefleksikan diri terhadap nilai-nilai perjuangan para pahlawan.