Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

SD Veritas, Sekolah Anak Jalan di Batam

Meraih Masa Depan dari Atas Bukit Dam Baloi
Oleh : hz/dd
Sabtu | 03-11-2012 | 14:52 WIB
sd-veritas.....gif Honda-Batam
SD Veritas, sekolah anak jalanan di kawasan permukiman liar Sei Panas.

BATAM, batamtoday - Di tengah modernisasi dan kemajuan Kota Batam yang disebut sebagai kota maju di Indonesia, berdiri sebuah bangunan yang sangat tak layak untuk dilihat. Bangunan itu adalah sebuah sekolah bagi anak-anak kurang mampu atau lebih dikenal sebagai masyarakat kalangan bawah.


Sekolah itu adalah SD Veritas, berada di atas sebuah bukit yang tak jauh dari Dam Baloi. Sekolah ini berdiri di atas sebidang tanah di pemukiman warga Ruli Sei Panas. Jika dilihat, bangunan ini sangat tak layak untuk disebut sebagai sebuah sekolah, namun dengan misi ingin memberantas buta huruf bagi anak kurang mampu, minimnya fasilitas tak mengurangi semangat pendidik di sekolah ini memberikan ilmu yang mereka miliki.

Bangunan semi permanen yang terdiri dari tiga lokal ini, tempat bagi lebih 90-an anak kurang mampu untuk menuntut ilmu. Meskipun bangunan ini dibangun dari bahan seadanya, namun semangat Cotje Shaduw, sang kepala sekolah untuk memberikan ilmu kepada anak kurang mampu tak bisa dibendung, sebab dia yakin bahwa anak-anak itu memiliki hak yang sama dengan anak lain yang lebih mampu untuk memperoleh pendidikan.

"Pendidikan adalah hak setiap warga negara, dan itu wajib diterima bagi anak-anak kurang mampu yang sekolah di sini," ujar Cotje kepada batamtoday, Sabtu (3/11/2012) di Sekolah Veritas.

Minimnya fasilitas, baik bangunan gedung maupun buku pelajaran, lanjut Cotje, tak membuat semangat pengajar di sekolah ini memudar. Bahkan sekolah yang sudah berusia tujuh tahun ini telah meluluskan sebanyak tiga angkatan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Sejak berdiri di tahun 2004, sekolah ini kerap sekali berpindah-pindah tempat, mulai berada di Kawasan Blok IV Baloi, Ruli Orchird Batam Centre hingga akhirnya menetap di Ruli Sei Panas. Di tempat ini, anak-anak kurang mampu dari daerah Telaga Punggur, Jodoh, Kampung Air, Kampung Nanas datang untuk menuntut ilmu.

Untuk belajar, tak usah dibayangkan siswa-siswa ini bisa duduk di bangku seperti anak-anak sekolah lain. Selain harus duduk di lantai, setiap kali musim hujan siswa-siswa ini harus rela kebasahan karena tempias air hujan yang masuk ke ruang belajar.

Keterbatasan jumlah kelas juga tak menghambat proses belajar di sekolah ini. Dibagi dalam dua shif, siswa kelas satu hingga kelas tiga masuk pagi, dan siswa kelas empat sampai kelas enam masuk pada shif siang.

Pelajaran yang diberikan juga merupakan kurikulum standar kompetensi dari Dinas Pendidikan (Disdik). Ada lima pengajar di Sekolah ini, guru sekolah ini semuanya lulusan IKIP dan merupakan sarjana pendidikan dari berbagai bidang, seperti IPA, Bahasa, Umum, Matematika dan Kesenian.

"Pengajar kita standar kurikulum kompetensi sesuai aturan Disdik, meski sekolah kecil tapi kualitas guru sekolah ini adalah guru-guru terbaik. Keterbatasan bukanlah halangan, justru sebagai penyemangat untuk berbagi ilmu kepada seluruh siswa yang ada," jelas wanita paruh baya ini.

Penghasilan orang tua siswa yang pas-pasan untuk menyekolahkan anak-anak mereka menjadi orang pintar dijadikan motivasi pengajar di sekolah ini memberikan bekal ilmu kepada seluruh siswa. Bayangkan saja, gaji yang diterima pengajar di sekolah ini hanya Rp 700 ribu per bulan jauh dari gaji guru di sekolah-sekolah lain di Batam.

"Pengajar di sekolah ini tinggalnya jauh-jauh, bahkan ada yang tinggal di Batuaji dan Tanjung Uncang. Mana cukup gaji segitu untuk hidup di Batam, buat ongkos bensin saja tak cukup. Namun karena termotivasi untuk memberikan ilmu kepada anak-anak kurang mampu terus dilakukan," terangnya.

Cotje mengatakan suka dan duka dalam menjalankan tugas sebagai pengajar ini yang dijadikan pengalaman hidupnya, tekadnya hanya satu yakni untuk membesarkan sekolah ini dan selalu berdoa agar kelak siswa-siswanya ini menjadi orang besar dengan bekal ilmu yang diberikan selama ini.

"Harapan saya, dari sekolah kecil yang minim fasilitas ini kelak lahir orang-orang hebat yang memperjuangkan nasib pendidikan di Batam bahkan di Indonesia," pungkasnya.