Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bank Muamalat Cari Peluang Investasi di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Oleh : Irawan
Minggu | 15-12-2024 | 09:32 WIB
muamalat_global.jpg Honda-Batam
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menggelar Bank Muamalat Indonesia Wealth Prosperity 2024 (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta-Menyambut datangnya 2025, Indonesia bersiap menghadapi perekonomian global yang berpotensi diselimuti ketidakpastian akibat kondisi geopolitik. Sementara dari dalam negeri, perlambatan ekonomi dan pelemahan daya beli menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan.

Menyikapi situasi tersebut, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menggelar Bank Muamalat Indonesia Wealth Prosperity 2024 pada 5 Desember 2024. SEVP Retail Banking Bank Muamalat Dedy Suryadi Dharmawan mengatakan, agenda tahunan ini bertujuan memberikan gambaran kondisi ekonomi dan outlook investasi bagi nasabah Bank Muamalat.

Tahun ini, pionir bank syariah di Tanah Air ini mengusung tema 'Arah Kebijakan Ekonomi Pemerintah dan Iklim Investasi 2025 untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%'.

Dalam acara tersebut, Editor in Chief Investor Daily Djaka Susila memaparkan bahwa perekonomian dunia pada 2025 akan menghadapi ketidakpastian pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, kebijakan perang dagang Trump berpotensi menghambat ekspor Indonesia ke AS dan aliran dana investasi asing yang masuk ke Indonesia.

"Indonesia justru bisa memanfaatkan situasi ini untuk menarik lebih banyak investasi asing dari perusahaan yang ingin merelokasi operasinya. Indonesia harus mampu menjaga stabilitas domestik jika ingin menjadi tujuan investasi alternatif asing," jelas Djaka.

Sementara dari dalam negeri, Djaka melihat industri manufaktur yang lesu, pelemahan daya beli masyarakat, dan posisi kelas menengah rentan menjadi tantangan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

Head of Investment Specialist & Kepala Unit Pengelola Investasi Syariah Insight Investment Management Suluh Tripambudi Rahardjo pun meyakini kondisi tersebut akan memengaruhi iklim investasi di Indonesia.

Namun, menurutnya, sektor syariah khususnya sukuk punya peranan penting untuk bisa membantu mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

Ia menilai, sukuk negara dan korporasi memiliki potensi yang besar di era suku bunga rendah seperti saat ini. Apalagi keduanya saat ini memiliki supply dan demand yang terjaga dengan baik. Secara historis, kinerja sukuk korporasi juga bisa mengungguli kinerja instrumen lainnya.

"Untuk itu, investor bisa mulai melirik instrumen sukuk korporasi, atau instrumen lain berbasis sukuk korporasi seperti Reksa Dana Pendapatan Tetap Syariah I-Hajj Syariah Fund yang juga telah tersedia di Bank Muamalat," imbuh Suluh.

SVP of Retail Marketing & Product Development Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan menambahkan, data historis memperlihatkan ketegangan geopolitik memang memicu pergerakan investor yang dinamis di pasar saham. Hanya saja, dampaknya cenderung bersifat jangka pendek.

"Jadi instrumen saham masih tetap bisa jadi pilihan, hanya saja investor harus lebih selektif dalam memilih aset berbasis saham dengan mempertimbangkan risiko tersebut. Investor bisa fokus pada saham yang memberikan kinerja lebih konsisten," tutupnya.

Editor: Surya