Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Desak IDI Usut Tuntas

DPR RI Soroti Dugaan Malpraltek di RS Awal Bros
Oleh : hz/kli/dd
Kamis | 25-10-2012 | 16:45 WIB
Herlini-Amran1.jpg Honda-Batam
Herlini Amran, anggota Komisi IX DPR RI.

BATAM, batamtoday - Anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi masalah kesehatan, Herlini Amran mendesak IDI Batam dan Kepri mengusut tuntas kasus dugaan malpraktek dokter di Rumah Sakit Awal Bros, Batam yang berujung pada tewasnya pasien Raya Nainggolan.


"IDI, baik Batam maupun Kepri, harus mengusut tuntas kasus (dugaan malpraktek-red.) ini. Prosesnya harus dilakukan secara terbuka dan jangan sampai ada yang ditutup-tutupi," kata Herlini, saat dihubungi batamtoday, Kamis (25/10/2012).

Sebagai konsumen kesehatan, lanjut Herlini, keluarga korban juga berhak mendapat informasi yang valid terhadap penyakit korban dan tindakan medis yang dilakukan pihak RS Awal Bros selama korban dalam perawatan.

"Kami minta RS Awal Bros terbuka soal tindakan medis yang diberikan kepada korban, jangan sampai ada yang ditutup-tutupi. Kita berharap kasus Prita tidak sampai terulang lagi di Batam," tambah anggota DPR asal daerah pemilihan Kepri.

Ia juga berharap agar keluarga yang ditinggalkan korban bisa tabah dan bersabar selama proses pengusutan kasus dugaan malpraktek ini.

Dugaan malpraktek ini sendiri berawal ketika korban Raya Nainggolan menjalani operasi batu ginjal di RS Awal Bros pada Rabu, 13 Juni 2012 lalu. Selesai menjalani operasi, kondisi Raya pun masih biasa aja tanpa ada keganjilan atau penyakit lain yang dideritanya.

Namun pada Senin, 20 Agustus 2012, Raya kembali menjalani operasi untuk mencabut selang yang ditanam di dalam tubuhnya saat operasi pertama. Setelah itu, dokter M Alwi selaku dokter yang menangani penyakit Raya memberikan resep obat untuk penyembuhan. Namun, obat berdasarkan resep dokter itu bukan malah menyehatkan, melainkan awal malapetaka bagi kehidupan Raya.

"Saya disuruh beli obat pakai resep. Tapi obat itu bukan menyehatkan malah membuat semua kulit suami saya melepuh dan terklupas," ungkap Dorismeri Silalahi (44), istri korban, yang ditemui portal ini di rumah duka, Jumat (19/10/2012) lalu.

Adapun resep yang diduga merenggut nyawa korban, antara lain Cefat, Aloris, Neurobion, Ketorolac, Gentamycin dan Novaigin. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, seluruh kulit korban melepuh seperti habis terbakar. "Habis makan obat itu, suami saya langsung demam tinggi, gatal-gatal, dan kulitnya mulai memerah dan melepuh," terang Dorismeri lagi.

Dorismeri yang merasa ada keanehan dengan kondisi kesehatan suaminya, langsung melarikan Raya kembali ke RS Awal Bross. Di rumah sakit tersebut, kondisi Raya makin parah.

"Hal ini sudah saya pertanyakan langsung sama pihak rumah sakit maupun dokter. Mereka bilang suami saya terkena penyakit gula. Sementara, dokter kulit mengatakan suami saya alergi obat berdasarkan resep tersebut. Sampai akhirnya tewas, pihak RS Awal Bross sepertinya lepas tangan tak ada tanggungjawab," paparnya.

Ditambahkannya, dokter kulit di RS Awal Bross yang mengatakan alergi obat adalah dr Arif. Dengan adanya pernyataan dr Arif mengenai alergi obat yang diberikan kepada Raya, pihak keluarga menyimpulkan, dr M. Alwi telah melakukan malpraktek terhadap Raya hingga tewas.

Tewasnya Raya Nainggolan, yang jasadnya dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Seitemiang pada Minggu (21/10/2012) lalu, meninggalkan duka mendalam bagi Dorismeri. Ia pun harus memikul beban berat untuk menghidupi dan menyekolahkan lima anak mereka.

Terkait dugaan malpraktek yang hingga menelan korban ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kepri, dr Tengku Afrizal Dahlan mengatakan pihaknya akan segera memanggil dokter dr M Alwi dan manajemen RS Awal Bros.

"Saya belum mendapatkan informasi tentang kasus ini sebelumnya, untuk itu Kami dari IDI Kepri akan memanggil dokter yang bersangkutan untuk mendapatkan keterangan penyebab kejadian," kata Tengku Afrizal kepada batamtoday, Jumat (18/10/2012) malam.

Tengku menambahkan, selama ini pihak IDI hanya sebatas menunggu laporan dan pro-aktif dari masyarakat terkait kasus serupa tentang adanya dugaan malpraktek yang terjadi di Kepri. "Segera kita telusuri penyebab kejadian untuk mengetahui kronologis bagaimana peristiwa itu terjadi," ujarnya lagi.

Hal senada juga disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Batam. Ketua IDI Batam mengaku telah menghubungi pihak manajemen RS Awal Bros untuk meminta data tindakan medis yang telah dilakukan dokter terhadap pasien.

"Saya telah menghubungi manajemen RS Awal Bros atas rekam medik yang telah dilakukan dokter sejak proses awal  hingga akhir. Kita belum mendapatkan laporan mengenai kasus itu," ujar dr Salman kepada batamtoday, Selasa (23/10/2012).

Salman menambahkan, data dari RS Awal Bros tersebut nantinya akan menjadi bahan kajian bagi IDI Batam untuk mengetahui permasalahan penyebab dugaan malpraktek itu.

"Data itu nanti akan diuji oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI Batam, apakah dokter tersebut telah melakukan kesalahan atau tidak. Untuk itu kami perlu menyelidiki kasusnya sebelum memberikan keterangan nanti," ujarnya.