Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mahasiswa UMRAH Tanjungpinang Kritisi Terbatasnya Kebebasan Berpendapat di Kampus
Oleh : Devi Handiani
Senin | 11-11-2024 | 15:04 WIB
UMRAH-TPI.png Honda-Batam
Bima, mahasiswa UMRAH Tanjungpinang. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Kebebasan berpendapat dan berorganisasi di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang, menuai kritik dari mahasiswa.

Bima, seorang mahasiswa UMRAH, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap semakin terbatasnya ruang bagi mahasiswa untuk menyuarakan pendapatnya. Menurut Bima, kondisi ini menghambat mahasiswa dalam menjalankan hak dasar mereka dalam lingkungan akademik.

Belakangan ini, kampus diramaikan oleh insiden somasi yang melibatkan sesama mahasiswa. Somasi ini muncul setelah seorang mahasiswa memberikan kritik kepada rekannya terkait kepemimpinan dalam organisasi kampus, yang dianggap sebagai penghinaan dan berujung pada tindakan hukum.

"Ini menjadi sinyal buruk bagi kebebasan akademik. Bukannya membuka ruang diskusi yang sehat, justru muncul tindakan hukum yang bisa membuat mahasiswa takut untuk berbicara," ujar Bima, Senin (11/11/2024).

Bima menegaskan, mahasiswa seharusnya memiliki kebebasan untuk menyampaikan kritik atau pandangan yang berbeda demi kemajuan organisasi dan kampus. Dengan adanya somasi ini, ia khawatir iklim diskusi terbuka akan semakin teredam, dan mahasiswa takut berbicara lantang karena khawatir mendapat sanksi atau ancaman hukum.

Ia menilai situasi ini bisa membungkam semangat kritis yang seharusnya dijunjung tinggi dalam lingkungan kampus. "Jika mahasiswa mulai takut untuk bersuara, kita harus bertanya, kemana perginya nilai-nilai demokrasi di kampus ini? Kampus seharusnya menjadi tempat berkembangnya ide-ide kritis, bukan tempat di mana mahasiswa dibungkam dengan ancaman hukum," lanjut Bima.

Ia berharap pihak universitas segera mengambil langkah konkret untuk menjamin kebebasan berpendapat dan berorganisasi bagi mahasiswa. Bima mendorong kampus untuk menciptakan suasana dialog yang terbuka dan aman bagi aspirasi mahasiswa tanpa rasa takut.

Isu ini kini mendapat perhatian luas di lingkungan kampus. Baik mahasiswa maupun dosen sepakat bahwa perlu adanya keseimbangan antara kebebasan berbicara dan ketertiban dalam berorganisasi. Bagaimana pihak kampus akan menyikapi isu ini masih menjadi pertanyaan yang dinantikan jawabannya.

Editor: Gokli