Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Atasi Krisis Lingkungan dengan Sains dan Seni
Oleh : dd/hc
Senin | 22-10-2012 | 10:40 WIB

BATAM, batamtoday - Seni memacu masyarakat untuk segera beraksi mengatasi krisis lingkungan dan perubahan iklim yang semakin parah.


Hal ini terungkap dari hasil penelitian terbaru Concordia University yang dirilis Jum’at (19/10). Menurut para peneliti, keterlibatan masyarakat sangat penting guna mengatasi masalah lingkungan. Namun masyarakat selama ini dinilai terlalu lamban merespon krisis yang ada di lingkungan sekitar.

Seni bisa membantu menyentuh emosi mereka sehingga mereka bergairah atau memiliki semangat yang tinggi (passion) untuk segera beraksi mengatasi masalah di bumi – seperti krisis polusi udara, kenaikan suhu dan musnahnya spesies – menuju terciptanya solusi yang berkelanjutan.

Banyak data kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang telah terungkap dengan bantuan penelitian ilmiah dan teknologi. Namun, menurut Paul Shrivastava, Direktur David O’Brien Centre for Sustainable Enterprise dari Concordia University, data dan teknologi saja tidak cukup.

Diperlukan emosi untuk menyembuhkan dunia. Diperlukan gairah yang tinggi untuk menyelesaikan krisis alam. Gairah dan emosi dari masyarakat ini bisa dimunculkan dengan bantuan seni.

Menggabungkan ilmu pengetahuan dengan seni adalah kombinasi yang tepat guna membantu terciptanya pola pembangunan yang berkelanjutan.

“Tidak ada misi manusia yang bisa terselesaikan tanpa gairah yang tinggi (passion). Kita membutuhkan seni untuk menyuntikkan gairah itu sehingga tercipta aksi yang benar-benar bisa menyembuhkan bumi,” tuturnya sebagaimana dikutip dalam berita Concordia University.

Seni menurut Paul adalah bagian dari insting bertahan hidup manusia. Selama berabad-abad, dongeng, cerita, musik dan gambar telah membantu nenek moyang kita selamat dari pemangsa dan bencana alam.

“Seni membantu mereka membangun mekanisme pertahanan ini. Saya dan rekan-rekan berpendapat, seni juga harus digunakan oleh masyarakat modern untuk membantu mereka menghadapi krisis lingkungan dan perubahan iklim.”

Ide ini sudah banyak diterapkan di dunia korporasi. Perusahaan yang baik memerlukan seni untuk memicu kreatifitas dan inovasi karyawan serta menarik mereka-mereka yang kreatif guna menciptakan produk dan jasa yang ramah lingkungan sehingga meningkatkan kepuasan pekerja dan konsumen.

Hal ini bisa dicapai dengan menciptakan lingkungan kerja yang estetis termasuk dengan mendesain bangunan, produk, layanan, iklan dan pelatihan yang berbasis seni.

Salah satu kota yang memenuhi prasyarat ini adalah Montreal di Kanada. Kota Montreal mampu mengatasi krisis dan menumbuhkan ekonomi dalam jangka panjang karena kota ini memiliki banyak komunitas yang super kreatif.

“Hampir seperlima tenaga kerja di Montreal adalah tenaga-tenaga kreatif,” ujar Richard Florida, penulis buku laris yang tinggal di kota ini.

Paul Shrivastava menyatakan, selama ini, dunia banyak berharap pada ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Namun krisis lingkungan masih belum tertangani dan bahkan semakin parah.

“Seni akan memberikan pendekatan baru dalam mengatasi krisis lingkungan. Di Montreal dan beberapa kota lain di dunia, karya seni lah yang membantu masyarakat meninggalkan kebiasaan buruk mereka dan memicu mereka untuk benar-benar beraksi menyelamatkan alam.”