Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Melindungi Wilayah Keanekaragaman Hayati
Oleh : dd/hc
Sabtu | 20-10-2012 | 13:54 WIB

BATAM, batamtoday - Dunia perlu lebih agresif mencapai target luas dan jumlah wilayah keanekaragaman hayati yang terlindungi. Dengan melindungi wilayah-wilayah ini, masyarakat akan bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan ekonomi.


Kesimpulan ini terungkap dalam laporan berjudul “The Protected Planet Report 2012″ yang dirilis kemarin (18/10). Laporan ini dipresentasikan dalam Konferensi Keanekaragaman Biologi PBB yang ke-11 (CDB COP 11) yang berlangsung di Hyderabad, India pada hari yang sama.

Laporan yang disusun oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) ini menyatakan, 50% wilayah dunia yang kaya akan keanekaragaman hayati, saat ini masih belum terlindungi, walau jumlah cagar alam (nature reserves), taman nasional dan wilayah terlindung lain bertambah.

Dua tahun yang lalu, negara-negara dunia telah menargetkan luas wilayah yang terlindungi setidaknya 17% di darat dan 10% di laut pada 2020.

Data terbaru menyebutkan, wilayah daratan yang dilindungi baru mencapai 12%. Sementara wilayah kelautan yang dilindungi (marine protected areas) jauh tertinggal. Hanya 1,6% wilayah laut dunia yang terlindungi dan kebanyakan terletak di wilayah dekat dengan pantai.

Guna mencapai target wilayah darat yang terlindungi sebesar 17%, diperlukan tambahan wilayah – lahan dan perairan darat – seluas 6 juta km2 atau lebih dari dua kali luas wilayah Argentina.

Sementara guna mencapai target wilayah laut yang terlindungi versi CBD sebesar 10%, diperlukan wilayah laut dan pantai baru seluas 8 juta km2 – atau setara dengan wilayah Australia.

Direktur Eksekutif UNEP, Achim Steiner, menyatakan, wilayah-wilayah yang dilindungi ini menyimpan 15% stok karbon dunia dan menjadi sumber ekonomi lebih dari 1 miliar penduduk.

Sejak 1990, jumlah wilayah yang dilindungi telah meningkat hampir 60%. Sementara luas wilayah yang terlindungi naik hampir 50%. Cakupan wilayah kelautan yang dilindungi naik lebih dari 150% sejak 2003. Namun, buruknya tata kelola wilayah-wilayah ini memersulit pencapaian target 2020.

Menurut UNEP, upaya memerluas wilayah yang terlindungi ini terkendala oleh dana dan data. Diperlukan tambahan investasi hingga dua kali lipat untuk memunculkan manfaat dan potensi wilayah-wilayah terlindungi ini, terutama bagi komunitas dan penduduk asli.

Untuk itu World Conversation Monitoring Centre (WCMC), lembaga dari UNEP, bekerja sama dengan International Union for the Conservation of Nature (IUCN), akan terus berupaya mengawasi pencapaian target-target ini. Laporan lengkap “The Protected Planet Report 2012″ bisa diunduh di situs Program Lingkungan PBB.