Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ketika Lahan Basah Mulai Mengering
Oleh : dd/hc
Kamis | 18-10-2012 | 11:25 WIB

BATAM, batamtoday - Dunia kehilangan separuh lahan basah (wetlands) selama abad ke-20 merugikan ekonomi dan keanekaragaman hayati.


Fakta ini terungkap dari laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang dirilis baru-baru ini. Penyebab hilangnya lahan basah – termasuk situ, rawa-rawa, paya dan lahan gambut – adalah akibat alih guna lahan untuk pertanian, eksploitasi sumber air untuk keperluan rumah tangga dan industri, urbanisasi, pembangunan infrastruktur dan polusi. Kerusakan lahan basah yang terus berlanjut ini juga membawa kerugian ekonomi bagi komunitas, negara dan pebisnis.

“Aksi untuk memulihkan lahan basah dan layanan ekosistem air ini sangat penting guna memenuhi kebutuhan populasi dunia yang akan mencapai 9 miliar pada 2050,” ujar Direktur Eksekutif UNEP, Achim Steiner..

Lahan basah di darat luasnya mencapai 9,5 juta km² (sekitar 6,5% dari luas permukaan bumi). Jika digabung dengan lahan basah di wilayah pesisir, seperti rawa bakau dan hutan mangrove, luasnya mencapai 12,8 juta km².

Antara tahun 1900 hingga 2003, dunia telah kehilangan 50% lahan basah, sementara tingkat kerusakan lahan basah di wilayah pesisir, terutama di Asia Timur, terus naik sebesar 1,6% per tahun. Akibatnya luas hutan mangrove dunia telah berkurang sebesar 20% sejak 1980.

Penyebab kerusakan lahan basah adalah kerusakan habitat akibat pencemaran dari pembuangan/drainase pertanian dan pembangunan infrastruktur, yang didorong oleh pertumbuhan populasi dan urbanisasi.

Praktik penangkapan ikan secara berlebihan, eksploitasi air untuk pertanian, pencemaran pupuk kimia yang memicu pertumbuhan alga berbahaya menciptakan zona-zona mati (dead zones) – zona yang sangat kurang kandungan oksigennya – turut memercepat degradasi lahan-lahan basah di permukaan bumi.

Hal ini diperparah oleh dampak perubahan iklim yang memicu polusi dan peningkatan suhu bumi yang bisa mengubah ekosistem, memicu berkembangnya spesies berbahaya dan pendangkalan lahan basah.

Hilangnya situ, rawa-rawa, hutan bakau dan paya juga akan merusak layanan ekosistem seperti air bersih yang dulu bisa diperoleh dengan mudah oleh masyarakat. Saat rawa dan situ mengering, air tanah juga mengering. Beberapa wilayah di Jabodetabek misalnya, banyak yang mengalami krisis air akibat hilangnya ruang resapan dan penampungan air yaitu lahan basah.

Hilangnya lahan basah juga akan meningkatkan risiko banjir, rob, sekaligus menghilangkan fungsi penjernihan dan pemurnian air. Secara ekonomi kerusakan lahan basah juga mengancam sumber pendapatan penduduk. Lahan basah adalah sumber pasokan air yang penting untuk pertanian dan peternakan, juga lokasi potensial pariwisata.