Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ekspor Perdana ke Malaysia, Barantin Pastikan Kesehatan 20 Ton Santan Kelapa Asal Moro
Oleh : Aldy
Selasa | 13-08-2024 | 12:44 WIB
Santan-Moro.jpg Honda-Batam
Pelepasan ekspor perdana santan kelapa asal Moro, Kabupaten Karimun tujuan Malaysia, Senin (12/8/2024). (Ist)

BATAMTODAY.COM, Moro - Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Karantina Kepri) Satuan Pelayanan Moro mensertifikasi dan memberikan jaminan kesehatan pada komoditas santan kelapa senilai Rp 382,7 juta tujuan Malaysia pada Senin (12/8/2024).

"Santan kelapa ini berasal dari kelapa di sekitar pulau kecil di Moro dan Sungai Guntung yang merupakan perkebunan kelapa terbesar di Indonesia," ucap Kepala Karantina Kepri, Herwintarti, saat memberikan sertifikat karantina sekaligus melepas ekspor komoditas tersebut.

Herwin menyampaikan, hingga awal Agustus 2024, ekspor santan kelapa dari Provinsi Kepri mencapai 904,6 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 17,8 miliar dengan tujuan utama China, Jerman dan Malaysia.

Dibandingkan ekspor tahun 2023, tonase hingga awal Agustus ini telah mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen. "Ekspor dari Moro ini merupakan ekspor perdana santan yang dilakukan oleh PT KCC sebanyak 20 ton. Diharapkan ke depan semakin banyak masyarakat dan pelaku usaha dari Kepri khususnya Moro yang dapat melakukan ekspor langsung kelapa dan produk turunannya," harap Herwin.

Lanjut Herwin, Karantina akan siaga dengan memberikan pelayanan 24/7 dan memberikan sertifikasi jaminan kesehatan setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan memastikan UHT dengan pemanasan 140 derajat celcius. "Upaya percepatan dan dorongan sertifikasi serta jaminan kesehatan terhadap produk hewan, ikan dan tumbuhan ekspor ini sejalan dengan arahan Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat M. Panggabean.

Karantina terus mendorong percepatan layanan di perbatasan atau border secara sistem digital untuk memperlancar tata niaga perdagangan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dengan terus membangun sinergitas berkelanjutan dan mewujudkan sistem layanan digital secara integrasi ( SSMQC) Zona Hijau," jelas Herwin.

Herwintarti menjelaskan, ekspor ini merupakan salah satu poin penting pada sistem perkarantinaan yaitu dalam rangka mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit tumbuhan karantina serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu pangan yang dimasukkan ke dalam, tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekaligus menjadi economic tools dalam mengawal hilirisasi komoditas pertanian dan perikanan menuju ke pasar global sehingga pada akhirnya dapat menyumbang devisa untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sistem perkarantina hewan, ikan dan tumbuhan, hilirisasi ekspor secara digital dan mendorong percepatan layanan perkarantinaan terintegrasi melalui SSMQC adalah upaya untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia yang memerlukan dukungan, kerjasama dan sinergitas seluruh instansi terkait serta pengawasan bersama secara kuat demi NKRI," terang Herwintarti.

Selain komoditas pertanian, Herwintarti menambahkan, di Moro juga terdapat komoditas ekspor perikanan yang merupakan hasil dari perairan Kepri yaitu dari Tanjungpinang, Lingga bahkan juga dari perairan Bangka Belitung.

"Ikan sembilang, kakap, tenggiri, parang, kerapu, cumi dan udang merupakan komoditas utamanya. Komoditas perikanan ini dikirim ke Singapura dan Malaysia, serta telah dijamin kesehatan oleh pejabat Karantina Kepri," pungkas Herwintarti.

Editor: Gokli