Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prabowo Subianto Diyakini akan Memimpin Langsung Negosiasi dan Diplomasi Kemerdekaan Palestina
Oleh : Irawan
Jumat | 02-08-2024 | 10:24 WIB
gt-138.jpg Honda-Batam
diskusi Gelora Talks dengan tema 'Rekonsiliasi Hamas dan Fatah & Diplomasi Baru China di Timur Tengah, Rabu (31/7/2024) sore (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pengajar dan Peneliti Hubungan International, Universitas Gadjah Mada Siti Mutiah Setiawati menilai, China berhasil mengambil kesempatan ketika Amerika Serikat (AS) sedang tidak populer. Akibat dukungannya kepada Israel dan membiarkan adanya pembantaian terhadap rakyat Palestina.

"Dalam teori negosiasi, China berhasil membawa pihak-pihak yang berkonflik ke wilayah netral untuk didamaikan. Tetapi itu, tidak cukup hanya menjadi fasilitator, karena kesepakatannya tidak mengikat. China harusnya menjadi mediator, bukan faslitator," kata Siti Mutiah Setiawati dalam diskusi Gelora Talks dengan tema 'Rekonsiliasi Hamas dan Fatah & Diplomasi Baru China di Timur Tengah, Rabu (31/7/2024) sore.

Dengan menjadi mediator, lanjut dia, China bisa mendorong adanya 'agreement treaty' atau MoU antara Hamas dan Fatah agar dilaksanakan dalam rangka membangun negara Palestina merdeka. Hal itu tidak akan tercapai, apabila China sekedar memfasilitasi perundingan saja.

"Indonesia sebenarnya punya pengalaman menjadi mediator dalam menangani masalah Kamboja. Mereka bertikai diundang ke Jakarta untuk meeting, dan masalah Kamboja tuntas sampai sekarang," katanya.

Artinya, Indonesia sebenarnya punya pengalaman menjadi mediator dalam penyelesaian konflik dibandingkan China. Apalagi Indonesia juga memiliki kedekatan dengan faksi-faksi di Palestina, serta mendukung kemerdekaan Palestina.

"Peran ini bisa dimainkan Indonesia, karena kesuksesan Deklarasi Beijing ini sangat tergantung pada Hamas dan Fatah sendiri yang berunding. Nah, Indonesia bisa masuk menjadi mediator," ujarnya.

Duta Besar RI untuk Australia dan Tiongkok, 2003-2013 Imron Cotan menambahkan, konflik di Timur Tengah menjadi momentum bagi negara-negara middle power seperti Indonesia untuk mendorong kemerdekaan Palestina.

"Presiden terpilih kita (Prabowo Subianto) ini orang yang mengerti betul politik regional dan global. Lihat saja, beliau sudah berkunjung kemana saja dari Prancis masuk Serbia, lalu Turki dan sekarang ke Rusia," kata Imron Cotan.

Prabowo, kata Imron Cotan, memberikan perhatian penuh terhadap isu-isu global seperti konflik di Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina. Sebab, kerusuhan di tingkat global akan mempengaruhi jalur logistik dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Saya kira Presiden terpilih akan memimpin negosiasi dan diplomasi secara langsung, karena beliau mengetahui betul politik luar negeri Indonesia. Prabowo memberikan perhatian penuh terhadap isu-isu global, termasuk mendukung kemerdekaan Palestina," katanya.

Editor: Surya