Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Berhasil Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Teknologi Raksasa Dunia di Silicon Valley
Oleh : Redaksi
Rabu | 19-06-2024 | 15:24 WIB
Digitek.jpg Honda-Batam
Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Umar Hadi, melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin teras beberapa perusahaan raksasa teknologi dunia di Silicon Valley, California pada Senin - Kamis (10-13/6/2024). (Kemlu)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sebagai barometer inovasi dan kemajuan teknologi dunia, Silicon Valley menjadi fokus penting bagi pemangku kepentingan sektor pengembangan teknologi dan informasi di Indonesia terutama untuk mendorong transformasi industri digital nasional.

Dalam program bertemakan Indonesia-US Bilateral Digital Technology Dialogue/Digitech Dialogue, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Umar Hadi, melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin teras beberapa perusahaan raksasa teknologi dunia di Silicon Valley, California pada Senin - Kamis (10-13/6/2024).

Suatu program baru yang diinisiasi Kementerian Luar Negeri dan dikolaborasikan bersama dengan KJRI San Francisco sebagai Perwakilan Indonesia yang mencakup wilayah kerja Silicon Valley.

Thought Economics, sebuah jurnal komunitas intelektual dunia yang menampilkan opini berkelas kini diakses di lebih dari 120 negara, menyatakan kawasan industri teknologi di wilayah San Francisco Bay Area tersebut memiliki laba bersih sekitar 275 miliar dolar AS atau setara Rp. 4500 triliun per tahunnya, yang ditopang ratusan perusahaan teknologi dan sekitar 30 perusahaan multinasional raksasa ternama dunia.

Inisiatif tersebut juga sebagai momentum strategis yang sejalan dengan peningkatan status hubungan Strategic Comprehensive Partnership Indonesia - AS sejak disepakati Presiden Joko Widodo dan Presiden Joe Biden bulan November 2023. Delegasi Indonesia terdiri dari wakil lintas kementerian, pimpinan beberapa BUMN dan swasta bidang kesehatan, telekomunikasi, listrik, dan penggiat digital. Mereka telah melakukan serangkaian pertemuan dengan berbagai CEO/Presiden/VP perusahaan raksasa digital, seperti NVIDIA, Google, Bloom Energy, Fortera, dan Astranis. Tidak hanya itu, mereka juga didukung oleh US Department of Commerce telah melakukan diskusi roundtable bersama 10 perusahaan yang bergerak di bidang perangkat lunak, energi hijau dan teknologi baterai, seperti GreenFire Energy, Natel Energy, OSISoft/AVEVA, Alion Energy, Octillion, Sila Nanotechnology, Enzinc, KCCTech, dan AVEVA.

Inisiasi program diplomasi teknologi ini dinilai berhasil membuka peluang kerja sama baru antara Indonesia dengan berbagai perusahaan AS di Silicon Valley, terutama dalam berkolaborasi membantu Indonesia mempercepat transformasi digital dan meningkatkan daya saing digital global. Menurut Umar Hadi, signifikansi dari rangkaian kegiatan bilateral di sektor teknologi juga untuk mendalami potensi penerapan kecerdasan buatan (AI) di berbagai bidang, khususnya sektor pangan, kesehatan, energi, dan telekomunikasi yang menjadi prioritas.

"Dalam pertemuan dengan Bloom Energy misalnya, Indonesia mendapat peluang kerja sama mendorong inovasi baru mengenai solusi energi bersih dan efisien dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai pembangunan berkelanjutan, yang telah menjadi komitmen Indonesia," imbuh diplomat yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia di Korea Selatan tersebut, demikian dikutip laman Kemlu.

Menurut Konsul Jenderal Indonesia di San Francisco, Prasetyo Hadi, yang terus hadir pada rangkaian kegiatan Digitech Dialogue, Indonesia harus semakin memperkuat diplomasi untuk mengeksplorasi kolaborasi dan inovasi baru, sekaligus membuka peluang kerja sama untuk memajukan teknologi digital, khususnya pada bidang-bidang yang menjadi prioritas pembangunan nasional. "Semangat kolaboratif ini akan semakin membuka potensi pengembangan teknologi digital terapan di Indonesia serta diharapkan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," tambah Prasetyo.

Saat bertemu dengan beragam perusahaan di sektor kesehatan, energi hijau, telekomunikasi dan digital, wakil perusahaan BUMN yang menjadi bagian dari delegasi, tidak hanya berkesempatan menjajaki potensi kemitraan bisnis, tapi juga kerja sama jangka panjang yang diharapkan dapat memfasilitasi transfer pengetahuan, teknologi, dan best practices mengenai pengembangan teknologi serta peningkatan kapasitas dalam negeri.

Selain bertemu dengan berbagai perusahaan, Delegasi Indonesia juga melakukan dialog dengan para profesional muda Indonesia yang bekerja dan berkarir di berbagai perusahaan raksasa dunia Silicon Valley, seperti Meta, Google, Apple, Deloitte, Salesforce, Cisco, dan Microsoft. Umar Hadi menekankan pentingnya pengembangan tenaga kerja terampil.

"Tenaga profesional di sektor teknologi digital perlu ditingkatkan, dan penguatan kerja sama dengan mereka sangat diperlukan untuk memperoleh keahlian dan kecerdasan dari para talenta teknologi Indonesia di luar negeri. Sektor pengembangan usaha rintisan (startup) teknologi Indonesia juga berpeluang untuk dikembangkan kapasitasnya dengan cara banyak belajar dari kemajuan pesat para startup Silicon Valley."

Menurut Iwan Freddy Hari Susanto, Direktur Amerika I Kementerian Luar Negeri yang juga hadir dalam kesempatan dialog, kerja sama pelaku usaha yang memanfaatkan teknologi sebagai platform utama bisnisnya perlu memperluas networking untuk meningkatkan pengetahuan dan peluang kerja sama dengan berbagai startup kelas dunia.

Dalam dialog tersebut, mengemuka pelajaran penting yang dapat diambil dari kemajuan startup di kawasan Silicon Valley, yakni adanya iklim yang mengintegrasikan inovasi teknologi dengan strategi bisnis. Bahkan kemajuan startup dan kesuksesan perusahaan kelas dunia Silicon Valley umumnya ditopang oleh sistem kemitraan strategis dan sinergis di antara 3 unsur penting, yang sering disebut sebagai 'Triple Helix', yaitu pemerintah, dunia usaha dan universitas/akademia.

"Salah satu kunci sukses Silicon Valley adalah adanya kerja sama yang berkelanjutan dan konkret antara pusat penelitian di universitas, pemerintah dan R&D komersial bisnis," pungkas May Hartono, salah satu diaspora Indonesia yang juga hadir, yang menjabat sebagai Direktur Desain Meta (Facebook, Instagram, Whatsapp).

Editor: Gokli