Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Bisnis Pengadaan LKS Tingkat SD di Batam
Oleh : kli/dd
Rabu | 10-10-2012 | 13:13 WIB
lks.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAM, batamtoday -  Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai penunjang mutu pendidikan ternyata menjadi ajang bisnis antara pihak sekolah dengan distributor. Pasalnya, pengadaan LKS untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) tak lagi memperhatikan kualitas melainkan besaran untung yang bisa didapat dari buku penunjang pendidikan tersebut.


Penelusuran batamtoday di beberapa SD di Batam setelah mencuatnya LKS berbau porno, ditemui indikasi ajang bisnis pengadaan LKS. Data yang diperoleh dari salah seorang sumber yang tak lain adalah seorang guru bidang studi Penjasorkes berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu SD Negeri yang namanya tak mau disebut memamparkan pengadaan LKS yang terjadi saat ini hanyalah ajang bisnis pihak sekolah dengan pihak distributor.

"Sebetulnya materi yang disampaikan dalam LKS sekarang ini jauh berbeda dengan materi yang disusun guru bidang studi seperti RPP (Rencana Program Pembelajaran). Namun, karena ada tekanan dari pihak sekolah sehingga LKS itu terpaksa harus dijual kepada semua siswa, meskipun materinya penyampaiannya berbeda. Contohnya LKS Penjasorkes yang diterbitkan Fokus, materi yang disampaikan terlalu vulgar dibanding materi yang disusun oleh guru bidang studi," paparnya belum lama ini.

Sejauh yang diketahuinya, ajang bisnis LKS tersebut yakni harga yang ditawarkan oleh distributor relatif lebih murah dibanding harga jual sekolah terhadap siswa. Pihak distributor menawarkan harga sekitar Rp4.500 per satu buku LKS. Tapi, pihak sekolah menjual buku itu kepada siswa dengan harga Rp10 ribu per bukunya.

"Dari harga beli dengan harga jualnya saja sudah selisih banyak, itupun pihak distributor masih memberikan fee kepada pihak sekolah sekitar 20% dari total harga yang ditawarkannya," katanya.

Artinya, harga per satu buku yang harus dibayar oleh pihak sekolah kepada distributor sekitar Rp 3.600 setelah dikurangi fee 20 persen tersebut. Jadi, untung yang didapat oleh pihak sekolah per satu buku setelah dijual dengan harga Rp 10 ribu kepada setiap siswa sekitar Rp 6.400.

Sisa hasil penjualan buku LKS ini dikelola oleh pihak sekolah dan sebagian dibagi kepada guru yang berhasil mendistribusikannya kepada setiap siswa. Memang sejauh ini tak ada unsur paksaan yang dari pihak sekolah kepada siswa untuk membeli buku LKS. Tapi, hanya beberapa siswa yang tak mampu saja yang tidak membeli buku tersebut.

"Semester lalu saya hanya mendapat Rp 300 ribu dari hasil penjualan LKS, itupun siswa itu yang minta karena tergolong mampu. Saya sendiri memang tak niat untuk menjualnya," jelasnya.

Melihat perbandingan hasil yang dia dapat dengan guru-guru lain, pria berkulit hitam manis ini mengaku tak begitu mempersoalkan. Tapi lantaran merasa terkucilkan, pada semester sekarang ini dia berusaha mendistribusikan buku LKS itu kepada siswa-siswinya, meskipun pada prinsipnya dia tak memaksa suapaya dibeli oleh siswa.

"Saya merasa terkucilkan dengan guru-guru lain yang mampu menjual LKS banyak," ujarnya.

Penjelasan yang didapat dari sumber ini, setelah dikonfirmasi batamtoday ke beberapa kepala sekolah yang mau memberikan penjelasan, malah semakin runyam. Ada beberapa kepala sekolah yang mengaku harga Rp 10 ribu per satu buku LKS merupakan harga jual pihak distributor dan ada juga yang mengatakan harga yang didapat dari distributor masih jauh di bawah Rp 10 ribu.

Yang pasti dua kepala sekolah SDN di Batam yang mau memberikan penjelasan mengaku mendapat fee 20% dari pihak distributor.