Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pakar Klimatologi Prediksi La Nina Datang setelah El Nino Hilang Tahun Ini
Oleh : Redaksi
Kamis | 08-02-2024 | 18:16 WIB
La-Nina1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sejumlah lembaga dan pakar klimatologi memprediksi anomali iklim yang memicu hujan deras global, La Nina, bakal muncul usai fenomena lawannya, El Nino, hilang di pertengahan 2024.

"Kemungkinan terjadinya La Nina adalah nol selama musim dingin boreal (belahan Bumi utara, Desember-Maret) dan musim semi 2024 (Maret-Juni)," berdasarkan keterangan resmi International Research Institute for Climate and Society (IRI).

"Namun peluang klimatologisnya (La Nina) mencapai musim panas boreal 2024 (Juni-September). La Nina menjadi kategori yang paling mungkin terjadi pada Juli-September 2024 dan seterusnya," lanjut pernyataan tersebut.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino menunjukkan anomali suhu permukaan laut (SST) di khatulistiwa Samudera Pasifik bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya (0,5 derajat Celsius atau lebih). Efeknya adalah berkurangnya curah hujan di Indonesia.

Sebaliknya, La Nina merupakan anomali suhu di wilayah yang sama yang lebih dingin dari normalnya (-0,5 derajat atau lebih). Dampak buat RI adalah hujan lebih sering, risiko banjir, suhu udara lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

El Nino dan La Nina sama-sama bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), anomali SST di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru.

IRI melanjutkan munculnya La Nina itu sendiri terjadi setelah El Nino menjadi netral (di bawah 0,5 derajat C hingga 0 derajat C) yang diprediksi sebagian besar model iklim mulai terjadi di periode Maret-April-Mei (MAM) hingga Mei-Juni-Juli (MJJ).

Contohnya, model COLA CCSM4 dari Community Climate System Model yang memprediksi La Nina mulai terjadi pada periode Maret-April-Mei (MAM) sampai April-Mei-Juni (AMJ).

Intensitasnya diprakirakan terus menguat hingga akhir tahun dengan angka suhu permukaan laut pada September-Oktober-November (SON) mencapai -2,47 derajat Celsius.

Senada, model iklim lembaga antariksa AS NASA, NASA GMAO, memprakirakan La Nina mulai terjadi pada periode jelang April-Mei-Juni dan terus menunjukkan penguatan meski tak sedingin prediksi CCSM.

Angka prediksi terakhir NASA ada di titik Juli-Agustus-September (JJS) dengan nilai SST -1,26 derajat C.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha