Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Asia Bersiap Hadapi Perubahan Iklim
Oleh : dd/hc
Rabu | 26-09-2012 | 09:52 WIB

BATAM, batamtoday - Kekeringan di Asia akan semakin parah dalam 10 tahun ke depan. Hal ini akan berdampak pada keamanan pangan regional dan global.


Kesimpulan ini terungkap dari laporan berjudul “Food Security: Near future projections of the impact of drought in Asia”. Laporan ini disusun oleh University of Leeds dan telah diterbitkan oleh Centre for Low Carbon Futures yang bermarkas di Inggris, pekan lalu (17/9/2012).

Laporan ini menyimpulkan, China, Pakistan dan Turki – yang merupakan negara penghasil gandum dan jagung terbesar di Asia – akan menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak perubahan iklim.

Untuk itu, laporan ini menyeru kepada semua pembuat kebijakan untuk lebih memberikan perhatian pada upaya adaptasi perubahan iklim guna mencegah terjadinya krisis pangan yang sudah di depan mata ini.

Penelitian yang didasarkan atas data perkiraan iklim di 12 pusat pengamatan perubahan iklim terkemuka di seluruh dunia ini memrediksi peningkatan fenomena perubahan iklim dalam 10 tahun ke depan.

Secara rata-rata, tanah yang mengalami kekeringan selama lebih dari tiga bulan di seluruh wilayah Asia akan menderita defisit kelembapan yang berlipat ganda dibanding periode 1990-2005.

China dan India – produsen pangan dan negara dengan penduduk terbesar di Asia – akan menjadi negara yang paling parah terkena dampak defisit kelembapan tanah ini.

Laporan ini disusun oleh Profesor Piers Forster dari School of Earth and Environment di University of Leeds bersama dengan tim. Profesor Piers baru-baru ini juga menyusun laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang digunakan dalam negoisasi perubahan iklim PBB.