Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gratis Kuliah S2 dan S3

Masyarakat Kepri Kurang Minati Pendidikan di Bidang Kajian Tradisi Lisan
Oleh : arj/si
Sabtu | 22-09-2012 | 18:54 WIB
Muhtadi_Sekretaris_dewan_kesenian_Tanjungpinang.JPG Honda-Batam

Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Muhtadi

TANJUNGUBAN, batamtoday - Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Muhtadi menilai, masyarakat Kepri kurang meminati pendidikan pascasarjana (sarjana strata 2/S2) dan program doktor (sarjana strata 3/S3) di bidang kajian tradisi lisan.


Padahal berbagai perguruan tinggi negeri di berbagai daerah memberikan kuota kuliah gratis bila ada masyarakat Kepri yang berminat mengikuti program tersebut.

"Sejak lima tahun lalu, ATL Kepri sudah beberapa kali mensosialisasikan kepada sejumlah perguruan tinggi yang ada di Provinsi Kepri, bahwa ATL bisa merekomendasikan program pasca sarjana dan doktor secara gratis, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ATL pusat. Sosialisasi kita lakukan juga melalui melalui koran dan juga media internet," kata Muhtadi di Serikuala, Lobam, Sabtu (22/9/2012).

Menurut Muhtadi, untuk bisa mengambil program kajian tradisi lisan pada tingkat pascasarjana maupun doktoral harus memiliki latar belakang sarjana di bidang bahasa dan arsitektur.

Keberadaan ATL Kepri sendiri, lanjutnya, telah disahkan oleh ATL pusat sejak tahun 2007 lalu. ATL Kepri diberikan kuota gratis untuk memasukkan seseorang menempuh pendikan pascasarjana dan program doktor. Kuota gratis yang diberikan sebanyak 5 orang masing-masing untuk program pascasarjana dan program doktor.

"Sayangnya pogram pendidikan gratis pascasarjana dan doktor tersebut belum dimanfaatkan masyarakat Kepri, padahal sekolah gratis itu diberikan selama lima tahun atau sampai selesai," katanya.

Ketau ATL Kepri mengatakan, kuota gratis untuk menempuh pendidikan tersebut sama dengan Riau. Bedanya, kuota untuk Riau selalu diambil, bahkan peminatnya banyak sehingga setiap tahun selalu kurang karena masyarakat Riau sangat berminat untuk menempuh pendidikan kajian tradisi lisan. 

"Kuota Kepri sama dengan Riau, namun untuk Riau setiap tahunnya kuota tersebut selalu penuh, bahkan kurang. ATL Riau sendiri dalam waktu lima tahun sudah menelorkan 25 doktor," ungkap Muhtadi.

Lebih jauh Muhtadi mengatakan, untuk jenjang pascasarjana dan doktoral, pendidikan kajian tradisi lisan antara lain bisa ditempuh di Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajahmada (UGM), Universitas Udayana dan Universitas Hasanudin (Unhas). Pengadaan pendidikan kajian tradisi lisan tersebut didukung sepenuhnya badan PBB di bidang pendidikan, UNESCO.

"Kita menyayangkan karena sampai sejauh ini, belum ada minat dari masyarakat untuk mengambil program pasca sajana dan doktor. Pada kalau di daerah lain, dengan aanya program seperti itu, justru kekurangan kuota," papar Muhtadi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Kesenian Kota Tanjungpinang ini.

Jika masyarakat berminat, lanjutnya, sebenarnya tidak terlalu sulit tinggal menghubungi ATL Kepri. Selanjutnya, ATL Kepri akan menghubungi ATL pusat dan akan merekomendasikan masyarakat Kepri untuk menempuh pendidikan di pergurun tinggi yang dituju.

"Terkait kamauan masyarakat, kalau memang ada masayrakat yang berminat tentunya hal tersebut tidak sulit. Dimana, tinggal menghubungi ATL Kepri dan selanjutnya ATL merekomendasikan dan langsung bisa diterima di perguruan tinggi yang akan dituju diatas." ujar Muhtadi.