Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

DPR Sosialisasikan Hasil Kinerja Melalui Pagelaran Wayang
Oleh : dpr/si
Senin | 03-09-2012 | 16:44 WIB

JAKARTA, batamtoday - Pada perayaan Hari Ulang Tahun DPR RI ke 67, sekaligus mensosialiasikan hasil kinerjanya, DPR RI mengadakan pagelaran wayang Kulit dalam cerita Sumilaking Pedhut Wiratha dengan dalang Ki Manteb Sudarsono.


 “Untuk mensosialisasikan capaian kinerja DPR, caranya dengan berbagai sarana, salah satunya dengan pagelaran wayang,” kata Ketua DPR RI Marzuki Alie, di Gedung DPR RI, kemarin.

Terkait Kunker Luar negeri, Marzuki menjelaskan DPR keluar negeri hanya dalam rangka penyelesaian pembentukan undang-undang. “Di luar itu tidak, karena kita batasi,” jelasnya. 

Undang-undang, lanjutnya, akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setelah dilaksanakan, karena itu, bila undang-undang belum dilaksanakan oleh Pemerintah, maka belum bisa dirasakan oleh masyarakat. Marzuki mencontohkan UU Sistem jaminan sosial, mulai dirasakan masyarakat setelah diberlakukan pertengahan tahun 2013 dimana seluruh rakyat Indonesia dijamin kesehatannya apapun penyakitnya, dan dimanapun dia berada di wilayah Indonesia.

 “Gunanya keluar negeri jika menyangkut kebijakan publik harus banyak referensi, yang penting Pemerintah konsisten dalam melaksanakan UU,” tegasnya.

Dia mencontohkan banyak kritikan Pansus Rancangan undang-undang tentang Desa, yang berkunjungan ke Negara Cina dan Brazil,

“Mengapa tidak ke desa saja agar lebih konkret. Kita mau belajar dari Negara Cina dan Brazil, terkait Cina desanya sejahtera gimana mengatur UU-nya serta hubungan desa dengan pusat, kalau tidak kesana tidak mengerti kita UU itu dibuat,” Papar Marzuki.

Sedangkan Anggota DPR Subagyo Partodiharjo sebagai Ketua Pelaksana pagelaran wayang menjelaskan wayang mendapatkan penghargaan Unesco, di Prancis 1994, sebagai warisan untuk seluruh umat manusia dari bangsa Indonesia, karena itu, kita berkewajiban untuk melestarikannya.

Selain itu, lanjutnya, DPR merasa upaya melestarikan wayang kulit sebagai karya seni yang membanggakan, masih belum optimal. “Kami mengajak Pemerintah dan masyarakat lebih giat lagi dalam gerakan melestarikan wayang, utamanya dengan pengembangan kreasi baru, agar wayang tidak hanya dapat dirasakan oleh generasi tua masyarakat jawa, tetapi oleh seluruh masyarakat Indonesia tua maupun muda,” katanya. 

Dia menjelaskan pagelaran wayang ini, menceritakan “menyingkirnya kabut di wilayah wirata”, kami ingin menggambarkan kondisi Indonesia di saat ini dan mendatang mulai tipis dan akhirnya menghilang masalah-masalah kita sehingga kemudian terbit terang setelah gelap. Dengan kekompakkan satria pandawa yang mengabdi dengan tulus, kemelut di Negara wirata yang disebabkan oleh kareakter pemimpin yang jahat, korup, nepotism dan bermoral rendah, dapat diatasi.

Berharap kondisi saat ini, dalam cerita wayang nanti juga berimbas dalam kehidupan sehari-hari bangsa kita dan mudah melangkah atas rahmad Allah, di tahun-tahun ke depan bangsa kita akan lebih rukun, guyub, bersatu, dan giat membangun, menjauhi korupsi, sehingga dengan demikian rakyat kita menjadi sejahtera. Dengan cara itulah kita ingin membangun Indonesia, masyarakat adil dan makmur yang panjang punjung, Panjang artinya luas wilayahnya, punjung artinya tinggi wibawanya.

“Suatu tanah air yang luas diantara dua benua dan dua samudra, suatu Negara yang disana sini terdapat gunung yang tegak kokoh bagaikan bentengnya nusantara, suatu tanah air yang murah semua yang diberi dan tumbuh subur ditanam, rakyatnya pun tertib. Itu lah masyarakat adil dan makmur lahir bathin berdasarkan Pancasola dan berkepribadian Indonesia,” kata Subagyo.