Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pidato Nota Keuangan

APBN 2013 Capai Rp 1.657,9 Triliun
Oleh : si
Jum'at | 17-08-2012 | 09:21 WIB
SBY_9.jpg Honda-Batam

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

JAKARTA, batamtoday - Presiden SBY menyatakan, nilai belanja dan pengeluaran negara pada RAPBN 2013 bakal mencapai Rp 1.657,9 triliun. Nilai ini naik dari APBN 2012 yang jumlahnya Rp 1.548,3 triliun.


Demikian disampaikan SBY dalam pidato Nota Keuangan dan RAPBN 2013 di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2012) malam.

"Dalam RAPBN 2013, pendapatan negara direncanakan mencapai Rp 1.507,7 triliun. Jumlah ini, merupakan kenaikan 11% dari target pendapatan negara pada APBN-P 2012,"  kata Presiden.

SBY mengatakan, dengan target penerimaan dan belanja tersebut, maka defisit anggaran menjadi Rp 150,2 triliun atau 1,6% dari PDB, turun dari defisit APBN-P 2012 sebesar 2,23% dari PDB.

"Dari anggaran pendapatan negara sebesar Rp 1.507,7 triliun, penerimaan perpajakan direncanakan mencapai Rp 1.178,9 triliun, naik 16% dari target APBN-P 2012. Dengan peningkatan yang cukup besar itu, penerimaan perpajakan akan menyumbang hampir 80% dari total pendapatan negara," kata SBY.

Total penerimaan perpajakan sebesar itu, ujar SBY, juga berarti rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB atau tax ratio mengalami peningkatan dari 11,9% di 2012 menjadi 12,7% di 2013.

"Sekedar sebagai catatan, dalam perhitungan besaran tax ratio, belum termasuk penerimaan pajak daerah dan pendapatan yang berasal dari sumber daya alam, seperti yang selama ini digunakan oleh negara-negara yang tergabung dalam kelompok organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan (OECD)," papar SBY.

Apabila dimemasukkan unsur pajak daerah dan penerimaan sumber daya alam, lanjut SBY, maka tax ratio kita dalam kurun waktu empat tahun terakhir telah meningkat dari 14,1% pada 2009 menjadi 15,8% di 2012.

Kandati begitu, Presiden SBY memproyeksikan di 2013 perekonomian dunia masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dunia proyeksinya diturunkan dari 4,1 persen menjadi 3,9 persen. Demikian pula, pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 5,6 persen menjadi hanya 5,1 persen.

"Ketidakpastian perkembangan ekonomi dan keuangan global dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional kita, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkembangan kondisi ekonomi global hari demi hari harus terus kita ikuti dan waspadai. Pemantauan secara intensif dan kewaspadaan kita perlukan, agar kita dapat mengambil langkah-langkah kebijakan antisipasi yang cepat, tepat dan terukur," katanya.

Di tengah situasi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian, lanjut SBY, Indonesia patut bersyukur perekonomian nasional masih dapat menunjukkan kinerja yang cukup baik.

"Alhamdullillah, pada tahun 2011 lalu di saat beberapa negara lain mengalami perlambatan atau bahkan pertumbuhan negatif kita masih dapat meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen. Kinerja pertumbuhan ekonomi sebesar itu terutama karena ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat," tegas SBY.

Kinerja ekonomi nasional yang baik itu, menurut SBY akan terus dipertahankan pada tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I mencapai 6,3 persen, dan pada triwulan II bahkan sedikit meningkat mencapai 6,4 persen.

"Ekspor memang melambat akhir-akhir ini, tetapi ternyata diimbangi oleh pengeluaran konsumsi dan investasi yang kuat. Daya beli masyarakat Indonesia, dengan kelompok kelas menengahnya yang semakin besar, terus meningkat, yang selanjutnya mendorong pertumbuhan konsumsi domestik," katanya.

Sementara itu, investasi juga terus meningkat sejalan dengan naiknya peringkat utang Indonesia menjadi investment grade. Dalam Semester I 2012, investasi tumbuh dua digit sebesar 11,2 persen.

"Kita perkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2012, insya Allah dapat dipertahankan pada kisaran 6,3 persen hingga 6,5 persen," kata SBY.