Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jokowi Sebut Dunia Masih Dihantui Bermacam Krisis dan Ancaman Keamanan Kawasan
Oleh : Irawan
Selasa | 16-08-2022 | 14:52 WIB
jokowi_st_mpr_b.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Presiden Joko Widodo (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, berbagai krisis yang terjadi saat ini masih menghantui dunia, seperti pandemi Covid-19 yang sepenuhnya belum pulih, perekonomian dunia yang sepenuhnya belum bangkit, krisis pangan, krisis energi, hingga krisis keuangan. Selain itu, geopolitik dunia pun mengancam keamanan kawasan.

Karena itu, ia meminta semua pihak harus tetap siaga, waspada, dan berhati-hati. Hal ini disampaikannya dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD tahun 2022, Selasa (16/8/2022).

"Kita harus selalu Eling lan Waspodo (ingat dan waspada), harus ingat dan waspada. Kita harus selalu cermat dalam bertindak. Kita harus selalu hati-hati dalam melangkah," ujar Jokowi.

Kendati demikian, ia menegaskan berbagai agenda besar pemerintah harus tetap dilanjutkan. Pemerintah harus terus melakukan langkah-langkah besar untuk mewujudkan agendanya.

Agenda besar pemerintah tersebut yakni hilirisasi dan industrialiasi sumber daya alam; optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau; memperkuat perlindungan hukum, sosial, politik, dan ekonomi untuk masyarakat; digitalitasi ekonomi UMKM; serta keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara.

"Ada minimal 5 agenda besar yang tadi telah saya tekankan. Saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersatu padu, mendukung agenda besar bagi pencapaian Indonesia Maju. Dengan komitmen dan kerja keras, dengan inovasi dan kreativitas," kata Jokowi.

Sementara Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), mengatakan kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik mencatat, bahwa per Juli 2022, laju inflasi Indonesia berada di level 4,94 persen, dan pada bulan Agustus diprediksi akan meningkat pada kisaran 5 hingga 6 persen.

"Bahkan pada bulan September 2022, kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi, dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen," kata Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, laju kenaikan inflasi, disertai dengan lonjakan harga pangan dan energi, semakin membebani masyarakat, yang baru saja bangkit dari pandemi Covid-19.

Lonjakan harga minyak dunia pada awal April 2022 diperkirakan mencapai USD 98 per barel.

"Angka ini jauh melebihi asumsi APBN 2022 sebesar USD 63 per barel. Di sisi lain, beban subsidi untuk BBM, Pertalite, Solar, dan LPG, sudah mencapai Rp. 502 triliun," katanya.

Kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi, tentunya akan menyulitkan Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan tambahan subsidi, untuk meredam tekanan inflasi. Tidak ada negara yang memberikan subsidi sebesar itu.

Editor: Surya