Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Stuban Anggota BK DPR yang ke Yunani Ternyata Jualan Furniture
Oleh : batamtoday
Jum'at | 26-11-2010 | 09:51 WIB

Batamtoday, Jakarta - Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR yang juga pimpinan rombongan studi banding  (stuban) 8 anggota BK ke Yunani dan singgah di Turki berang akan berbagai pemberitaan tentang kunjungan mereka. Selain mengemukakan bahwa studi banding tersebut tidak memakan biaya negara yang banyak, mereka juga mengklaim telah berhasil menjalankan tugas.

Namun sayangnya keberhasilan mereka tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan studi banding tersebut yaitu untuk mempelajari etika. Nudirman menegaskan bahwa tim studi banding berhasil menjual furniture senilai ratusan miliar rupiah kepada 17 perusahaan di turki.

”Saya heran kami yang hanya menggunakan anggaran Rp800 juta saja dimaki-maki, padahal kami
berhasil mengandeng 17 pengusaha di Turki untuk membeli furniture Indonesia senilai ratusan miliar rupiah,” jelas Nudirman.

Anggota FPG itu menegaskan bahwa biaya yang dikeluarkan dengan hasil kerja mereka masih tidak sebanding karena dengan mendapatkan order ratusan miliar rupiah, akan sangat membantu dunia usaha di Indonesia. Untuk itu dirinya meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi mempermasalahkan masalah transit mereka di Turki itu, karena menurutnya anggota-anggota BK
telah bekerja untuk negara ini.

Dirinya pun menyalahkan media yang terus menerus mempersoalkan hal-hal kecil sementara hal-hal yang besar tidak. "Kenapa yang receh-receh dipermasalahkan terus?. Kenapa Aburizal Bakrie terus dipermasalahkan, sementara yang lain tidak? " ujar Nudirman.

Menanggapi hal itu Peneliti Indonesian Coruption Watch, Febridiansyah mengaku heran dengan kebanggan wakil ketua BK itu menceritakan  keberhasilannya menjual furniture. Menurutnya tujuan mereka pergi melakukan studi banding adalah untuk mempelajari permasalahan etika di  Yunani dan bukan menjual furniture.

“Saya heran ada anggota BK yang bangga mengatakan berhasil menjual furniture. Mereka kesana dibiayai negara dengan tujuan mempelajari etika  dan bukan menjual furniture. Bukannya memaparkan hasil kerja berdasarkan  tujuan dilakukannya studi banding tersebut malah memparkan hasil yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan study banding,” tegasnya.

Untuk itu dirinya meminta agar permasalahan ini dituntaskan. Jangan sampai mereka sebenarnya tujuan awalnya itu untuk menjual furniture tapi  menggunakan kedok melakukan studi banding belajar etika, sehingga perjalanan yang sebenarnya untuk kepentingan pribadi dan bisnis namun menggunakan anggaran negara.

”Ini harus ditelusuri jangan sampai ada penyalahgunaan penggunaan anggaran negara,” tandasnya. 

Untuk diketahui, studi banding anggota BK DPR ke Yunani berlangsung pada 23-29 Oktober lalu. Mereka ingin belajar soal kode etik. Kepergian tersebut diributkan karena disela-sela transit mereka di Turki, para anggota BK DPR itu meminta tari perut kepada Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Turki.

Ketua BK DPR Gayus Lumbuun menuding mereka menyalahgunakan studi banding ke Yunani. Konflik pun berlanjut dengan permintaan mundur Gayus Lumbuun sebagai Ketua BK DPR. Pimpinan DPR tengah membahas perombakan BK