Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Tunggu Kesigapan Pemerintah

Pencemaran di Teluk Lengung Makin Parah
Oleh : Gokli/Dodo
Rabu | 11-07-2012 | 15:25 WIB

BATAM, batamtoday - Permasalahan limbah yang mencemari perairan Teluk Lengung semakin parah. Warga menunggu kesigapan pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut. Pasalnya, warga yang mayoritas nelayan di kampung tua tersebut tak lagi bisa melaut.


Muhammad Kasim, tokoh di kampung tersebut mengatakan setelah hujan deras turun kemarin malam, banyak ikan, udang bahkan kepiting mati dan mengambang. Akibatnya, warga tak lagi pergi melaut karena takut ikan hasil tangkapan sudah tercemar limbah bahkan sudah hampir punah karena banyak yang mati.

"Semakin parah lagi pak, kemarin ikan, udang bahkan kepiting makin banyak yang mati. Kami tak bisa berbuat apa-apa, tak ada lagi yang pergi melaut," katanya, Rabu (11/7/2012) di daerah Seibeduk saat akan menyampaikan keluhannya kepada Wakil Wali Kota Batam, Rudi yang menghadiri acara sunatan massal.

Memang, pada kesempatan itu Muhammad Kasim tak dapat bertemu Rudi karena sudah keburu pulang. Dikatakannya, sekitar 60 kepala keluarga yang tinggal di Teluk Lengung sangat berharap adanya penanganan yang dilakukan pemerintah. Bahkan hanya tak bisa melaut, warga sudah banyak yang terserang penyakit gatal-gatal.

"Harapan kami pak, pemerintah lakukan penanganan secepatnya. Jangan menunggu kami mati dulu seperti ikan-ikan itu baru ada penanganan," lanjut Kasim.

Penderitaan Warga Teluk Lengung Komplit

Penderitaan warga kampung tua Teluk Lengung tergolong komplit. Pasalnya, perairan tercemari limbah membuat warga yang mayoritas nelayan tak dapat melaut karena ikan pada mati. Selain itu banyak warga yang menderita penyakit kulit.

Sekitar 60 kepala keluarga penghuni kampung tua Teluk Lengung masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersih. Namun, akibat adanya limbah yang mencemari lingkan tersebut, warga pun takut sumur yang bersentuhan langsung dengan tanah turut tercemari. Sehingga, warga terpaksa harus mengambil air ke lokasi Dam Duriangkang.

Tak cukup hanya dicemari limbah, ternyata warga yang tinggal di Teluk Lengung belum pernah merasakan PLN melakukan pemadaman bergilir. Pasalnya, perkampungan yang sudah diresmikan menjadi salah satu kampung tua di Batam belum dialiri arus listrik dari PLN. Warga memanfaatkan genset sebagai sumper penerangan satu-satunya.

"Lengkaplah penderitaan kami, selama ini kami bertahan dengan penerangan genset, tapi lagi-lagi perasaan kami terluka karena cemaran limbah TPA," kata Kasim.

Dijelaskannya, penerangan dari genset tersebut selama ini masih dapat mereka manfaatkan dengan membayar Rp4 ribu per KK untuk membeli bahan bakar setiap harinya. Namun, karena penghasilan warga sudah tak seperti dulu, juga berimbas ke sumber penerangan karena tak mampu lagi membayar Rp4 ribu untuk membeli minyak genset.

"Kami mau bayar pakai apa, sudah tak lagi ada penghasilan. Selama ini kami bertahan hidup hanya dengan melaut untuk menangkap ikan. Sekarang, ikan sudah mati karena limbah, kami tak tahu lagi bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," kata Kasim seperti keluhan semua warga.

Sejenak berdiam diri sambil menatap perkampungan itu, Kasim bertanya akankah hal ini berlangsung selamanya, dan sampai kapan mereka bisa bertahan dengan kondisi seperti itu.

"Tak seindah dulu lagi, terbelakang dari semua penduduk Batam," ujarnya dengan suara serak dan air mata berurai di pipinya.

Sebelumnya, ditemui di ruang kerjanya Rudi mengatakan pihaknya sudah melakukan pengkajian. Bahkan, pihak Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) dan Dinas Kebersihan Kota Batam sudah dipanggil untuk melakukan pengecekan langsung.

"Kita sudah panggil Dinas Kebersihan dan Bapedalda untuk melakukan pengecekan langsung," kata Rudi, kemarin.

Selanjutnya, kata Rudi, keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Telaga Punggur tersebut juga akan dikaji. Kalau benar benar limbah dari TPA tersebut yang membuat perairan Telung Lengung tercemar maka Dinas kebersihan dan pengelola TPA harus bertanggungjawab.

"Kita akan tangani secepatnya, kalau ada limbah akan ditertibkan," tutupnya.