Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prokes Covid-19 PON XX Akan Adopsi Olimpiade Tokyo 2020
Oleh : Opini
Senin | 13-09-2021 | 14:59 WIB
A-PON-PAPUA-20219.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi semangat PON XX di Papua. (Foto: Ist)

Oleh Rahmat Sholeh

PON XX akan tetap diselenggarakan meski di tengah pandemi Covid-19. Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, maka diberlakukan protokol kesehatan yang mengadopsi sistem seperti Olimpiade Tokyo 2020, karena sama-sama diadakan di tengah pandemi covid.

Seharusnya tahun 2020 PON XX diselenggarakan tetapi karena pandemi ditunda setahun, dengan harapan tahun 2021 corona sudah menghilang dari Indonesia.

Akan tetapi ternyata pandemi masih berkepanjangan, sehingga PON XX akan tetap diadakan, karena tidak ada gunanya menunda lagi. Strategi panitia untuk mencegah terbentuknya klaster corona baru adalah dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.

Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah PON XX Papua Suwarno menyatakan bahwa protokol kesehatan saat PON akan mengadopsi sistem di Olimpiade Tokyo, yang sama-sama diselenggarakan saat pandemi.

Sebelum kontingen provinsi lain datang, harus melakukan skrining terlebih dahulu, agar tahu mereka positif covid atau tidak. Tentu sebelumnya para atlet harus disuntik vaksin sebagai proteksi.

Suwarno menambahkan, setelah atlet-atlet dan offisial tiba di Papua, harus isolasi terlebih dahulu (minimal 5 hari). Jadi dipastikan mereka datang sekitar seminggu sebelum pembukaan PON tanggal 2 Oktober 2021, karena harus isoman terlebih dahulu sebelum bertanding.

Isolasi mandiri adalah cara untuk mengetahui apakah mereka tertular virus covid-19 di perjalanan atau tidak, dan semoga semuanya negatif corona.

Selain itu, saat di dalam arena pertandingan, mobilitas atlet juga dibatasi. Mereka tidak boleh keluyuran di sekitar GOR atau kolam renang, baik sebelum maupun sesudah lomba.

Para atlet hanya boleh mendatangi tempat bertanding, lalu melaksanakan lomba, beristrahat dan kembali ke Wisma Atlet di Gedung KONI Papua. Cara ini dilakukan untuk meminimalisir mobilitas untuk menurunkan resiko kena corona.

Untuk mencegah terbentuknya klaster corona di PON XX maka tak hanya atlet, offisial, dan panitia pertandingan yang divaksin, tetapi juga masyarakat di sekitarnya. Dengan injeksi vaksin maka akan terbentuk kekebalan komunal.
Sehingga tidak ada yang tertular maupun menularkan corona. Jangan sampai PON XX membawa kisah sedih karena kasus covid yang naik di Bumi Cendrawasih.

Vaksinasi yang dilakukan untuk masyarakat Papua tak hanya untuk warga sipil usia dewasa tetapi juga remaja. Para pelajar dari SMA-SMA negeri di Bumi Cendrawasih diinjeksi sehingga mereka mendapatkan kekebalan tubuh yang baik.

Protokol kesehatan lain yang wajib ditaati oleh atlet, offisial, dan panitia adalah mencuci tangan dan memakai hand sanitizer. Di depan arena PON XX tentu sudah ada tempat untuk mencuci tangan dan semuanya dengan kesadaran diri membawa sebotol hand sanitizer.

Sanitasi memang harus dijaga dan jika perlu ditambah dengan menyemprot cairan disinfektan agar benar-benar higienis.

Selain itu, semuanya juga wajib memakai masker, kecuali jika sedang bertanding (terutama pada cabang olahraga renang). Penyebabnya karena saat berolahraga dan idung dibekap oleh masker, akan sulit sekali untuk bernafas dan bisa mengganggu jalannya lomba. Nanti setela selesai baru memakai masker lagi agar benar-benar aman.

Untuk masalah penonton, belum diberikan keputusan jika pada pertandingan-pertandingan PON XX boleh dilihat secara langsung atau tidak. Kalaupun boleh ada penonton, harus ada jarak antar kursi dan mereka tidak boleh bergerombol.
Bagaimanapun supporter juga diperlukan agar para atlet makin bersemangat saat berlaga, terutama di pertandingan cabang olahraga sepakbola.

Protokol kesehatan di PON XX akan dilaksanakan dengan ketat dan merujuk pada standar Olimpiade Tokyo 2020. Melaksanakan lomba olahraga di tengah pandemi memang sebuah tantangan besar, tetapi tidak mustahil dilakukan.

Para atlet dan offisial juga paham cara-cara untuk prokes dan mereka dengan sukarela melakukannya.*

Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Jakarta