Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kelembapan Tanah Tanda Perubahan Iklim
Oleh : redaksi/hijauku
Rabu | 27-06-2012 | 19:19 WIB

BATAM, batamtoday - Kandungan air dalam tanah tidak hanya penting bagi pertumbuhan tanaman namun juga pertanda dari perubahan iklim dan pemanasan global.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian selama 30 tahun oleh European Space Agency (ESA) yang diumumkan ke publik minggu lalu (19/6/2012).

Kandungan air dalam tanah memiliki peran penting dalam sistem iklim global. Hasil penelitian yang diumumkan oleh ESA ini adalah data pertama yang meneliti kelembapan tanah dari luar angkasa menggunakan bantuan satelit yang dilakukan dari tahun 1978 hingga 2010.

Data tersebut saat ini bisa digunakan secara gratis guna menganalisis perubahan iklim dan pemanasan global. Menurut ESA, kandungan air dalam tanah saat ini hanya mencapai 0.001% dari seluruh air di bumi.

Data kandungan air dalam tanah ini tidak hanya penting untuk pertumbuhan tanaman, namun juga penting untuk menganalisis kondisi iklim dan cuaca.

Kelembapan tanah menurut ESA adalah variabel kunci guna mengontrol pertukaran air dan energi antara tanah dan atmosfer. Dengan kata lain, tanah yang kering, akan sedikit atau tidak sama sekali mengeluarkan kelembapan ke atmosfer.

Separuh dari energi matahari yang diserap oleh bumi digunakan untuk menguapkan air dalam tanah. Perubahan iklim diperkirakan akan memercepat siklus penguapan ini. Menurunnya tren penguapan global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh menurunnya kelembaban dalam tanah ini.

Data kelembapan tanah ini menurut ESA, bisa digunakan untuk menganalisis anomali iklim seperti yang terjadi di Amerika Serikat bagian tengah pada tahun 2005, Brasil dan Afrika Timur pada musim panas 2007, China Selatan saat musim dingin 2009 dan di Russia pada tahun 2010.

Meningkatnya kelembapan tanah juga bisa menjadi pertanda terjadinya banjir seperti yang terjadi di Afghanistan pada 1992, Afrika Timur pada tahun 1998, Maroko pada tahun 2008 dan banjir yang melanda Queensland, Australia pada 2010.

Data-data ini dikumpulkan dengan menggabungkan data kelembaban yang dipantau melalui gelombang mikro oleh Vienna University of Technology dan data satelit yang mengorbit di atas Eropa yaitu ERS-1, ERS-2 dan MetOp-A.

Data lain disumbang oleh Vrije University di Amsterdam bekerjasama dengan NASA, yang melakukan pengamatan menggunakan gelombang mikro pasif dari satelit Nimbus-7, DMSP, TRMM dan Aqua.