Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hadapi Common Enemy, Kepri Butuh Sinergi
Oleh : Opini
Kamis | 01-07-2021 | 15:15 WIB
A-jayadi-noer-2_(2).jpg Honda-Batam
Direktur Lembaga Penelitian Pengkajian Pengembangan Sosial Kemasyarakatan (LP3SK), Teuku Jayadi Noer. (Foto: Saibansah)

Oleh Teuku Jayadi Noer

APA yang lebih diperlukan dalam menghadapi musuh bersama? Energi sinergitas. Penyatuan potensi kekuatan. Setelah itu, baru bicara taktik dan strategi. Begitu jugalah dengan Provinsi Kepri saat ini. Ada musuh bersama yang sedang dihadapi. Apakah itu?

Angka penyebaran Covid-19 di Provinsi Kepri, masih tinggi. Mayoritas kabupaten dan kota-nya zona merah. Termasuk kota terbesar di Provinsi Kepri, Batam. Meskipun, pemerintah pusat dan daerah di Kepri, terus bergerak masif melakukan vaksinasi. Tapi, angka penyebaran Covid-19 masih belum benar-benar terkendali.

Ditambah lagi, tingkat ketersediaan kamar rumah sakit juga semakin berkurang. Juga, terdengar keluhan masyarakat, bagaimana susahnya mereka mendapatkan layanan kesehatan di tengah kondisi seperti itu. Inilah musuh bersama yang tampak nyata di depan mata kita. Musuh bersama masyarakat Kepri, ya common enemy Pemerintah Provinsi Kepri dan semua kepala daerahnya. Semua.

Ya, semua! Mulai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, Walikota dan Wakil Walikota Batam, Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang, Bupati dan Wakil Bupati Karimun, Bupati dan Wakil Bupati Bintan, Bupati dan Wakil Bupati Natuna serta Bupati dan Wakil Bupati Anambas. Karena mereka semua dilantik oleh Presiden Joko Widodo dan oleh Gubernur Kepri atas nama pemerintah, untuk menyingsingkan lengan baju, bertukus lumus dan berjuang mati-matian demi masyarakat Kepri. Bukan yang lain.

Kesampingkan dulu ambisi pribadi, keluarga-mara, interest politik dan sejumlah agenda terselubung lainnya. Karena pasti akan melemahkan kekuatan dan daya serang kita dalam menghadapi musuh bersama itu.

Kini, saat keselamatan dan kesehatan masyarakat Kepri sedang dalam ancaman musuh bersama bernama corona, mengapa tidak semua stakeholder di Provinsi Kepri menyatukan kekuatan? Mari belajar dari perjuangan founding fathers negara kita, bersatu kita teguh!

Dengan persatuan yang kokoh dan solid saja, kita semua masih harus mengerahkan potensi terbaik untuk mengalahkan musuh bersama kita. Belum lagi 'potensi' adanya gangguan, baik dari luar maupun dari 'dalam'.

Kemudian, selain corona. Tantangan penting dan urgen yang saat ini juga harus dihadapi dengan sungguh-sungguh adalah, merosotnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angkat pengangguran. Ini juga musuh bersama yang tidak boleh dipandang remeh. Justru masyarakat Kepri, saat ini mengharapkan mesin roda perekonomian ini segera digerakkan lagi. Ibarat kebanjiran, air sudah hampir sampai hidung.

Awal pekan lalu, Ketua INSA (Indonesian National Shipowners' Association) Kota Batam Oesman Hasyim, telah mengungkapkan kepara publik mengenai adanya sejumlah kendala yang dihadapi para pengusaha sektor kemaritiman di Batam.

Batam saat ini sudah tidak lagi menjadi pilihan menarik bagi industri pelayaran. Berdasarkan data Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam, saat ini hanya 30 persen dari 115 galangan kapal yang masih beroperasi. Dan ada sekitar 300 ribu orang tenaga kerja galangan kapal telah kehilangan pekerjaannya.

Kondisi Batam saat ini, tentu tidak terlepas dari pengelolaan pelabuhan yang tidak efisien. Banyak pungutan tarif kepelabuhanan yang dilakukan sembarangan dan tidak sesuai peraturan perundang-undangan.

Masalah itu tidak bisa dibiarkan saja. Ini harus dihadapi bersama-sama, musuh bersama antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan (BP) Batam. Tentu saja, membutuhkan 'sentuhan aktif' Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri.

Persoalan krusial lain yang juga tengah dihadapi Batam saat ini adalah pertumbuhan ekonomi negatif dan hilangnya daya saing Batam sejak 2015. Maka, dengan adanya penataan Batam Logistic Ecosystem (BLE), berarti Batam harus memoles diri kembali supaya investor tertarik menanamkan modalnya lagi. Dan perekonomian masyarakat Batam akan kembali berputar. Ujungnya, kesejahteraan masyarakat Kepri pun akan terkerek kembali. Tapi...

Sekali lagi, semua itu hanya akan tetap jadi mimpi. Wacana belaka. Selama semua stakeholder belum berada dalam satu visi, menghadapi musuh bersama. Yaitu, menyatukan potensi kekuatan demi masyarakat Kepri. Karena kini saatnya menyerap energi sinergintas, bukan energi rivalitas.

Selamat berjuang!

Penulis adalah Direktur Lembaga Penelitian Pengkajian Pengembangan Sosial Kemasyarakatan (LP3SK)