Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

ESAI AKHIR ZAMAN MUCHID ALBINTANI

Gelombang Ultra-Sadar
Oleh : DR Muchid Albintani
Senin | 11-01-2021 | 14:04 WIB
A-HANG-MUCHID15.png Honda-Batam
DR Muchid Albintani. (Foto: Ist)

Oleh DR Muchid Albintani

GELOMBANG sadar, gelombang dan sadar, atau gelombang kesadaran: mempunyai makna yang berbeda. Walaupun berbeda gelombang dan sadar memiliki titik singgung (koefesien maksimun) titik temu tertinggi.

Dalam ilmu Fisika gelombang dapat dielaborasi menjadi bilangan. Dalam pengeritan lain bilangan gelombang yang besarannya sama dengan 2 II (pi) dibagi panjang gelombang. Yang sudah umum dipahami jika gelombang ultrasonik adalah gelombang getar dengan frekuensi 27.000 hertz yang dihasilkan oleh generator. Perlu diketahui hertz adalah satuan istilah gelombang. Sementara frekuensi adalah satuan ukurannya.

Begitulah gelombang dan sadar jika ditelusur berdasarkan makna esensial yang melingkupinya. Sehingga gelombang dan sadar dapat mengintegrasikan upaya maksimal dari sebuah kesungguhan. Upaya ini pula yang dapat menjadi kekuatan tangguh ultrasonik mengusir 'gelombang keserakahan dalam wujud kejahatan'. Dalam wujud apa gelombang kejahatan tersebut?

Bermula-asal dari postingan seorang ulama kondang nan arif, Abdullah Gymnastiar atau kalangan awam memanggilnya dengan Aa Gym. Kyai untuk sebutan Aa Gym yang viral di media ini, mengungkap fakta tentang virus Covid-19. Ustadz Aa menginformasikan berita gembira jika virus jahat nan kejam yang ada dalam tubuh manusia, akan mati pada frekuensi tertentu. Virus Covid-19 memiliki frekuensi getaran 5.5 hz, dan akan mati di atas frekuensi 25 hz.

Sebagai orang yang pernah terjangkit dan sedang diisolasi mandiri, Aa mengisahkan pengalamannya ketika seorang dokter menyarankan, agar suara mengajinya dikeraskan. Sebagaimana cerita Aa, menurut dokter virusnya akan mati pada frekuensi tertentu.

Hubungan frekuensi dengan virus menjadi signifikan manakala Aa membaca artikel yang berjudul, "Power versus Force" yang ditulis David R Hawkins. Dalam artikel ini menginformasikan ternyata virus akan mati pada frekuensi tertentu.

Penjelasan lebih lanjut bahwa dijelaskan dalam buku tersebut jika virus Covid-19 memiliki frekuensi getaran 5.5 hz. Virus Covid-19, akan mati di atas 25 hz. Dengan getaran tinggi dan positif di tubuh manusia, maka infeksi dan iritasi ringan akan hilang sendiri.

Sebaliknya frekuensi rendah justru akan semakin sakit. Aa Gym menyebut beberapa sikap yang mengandung frekuensi rendah, yaitu: ketakutan, fobia, curiga, syuudzon, cemas, stress, ketegangan, cemburu, kemarahan, benci, keserakahan, rasa sakit hati.

BACA JUGA: Determinan

Menurut Aa Gym frekuensi bumi adalah 27.4 hz. Namun ada beberapa tempat yang getaran frekuensinya rendah yakni rumah sakit, penjara, pusat bantuan, ruang bawah tanah dan lainnya. Ada orang orang yang dinyatakan frekuensinya lebih tinggi yaitu: orang dermawan 95 hz. Orang yang selalu bersyukur, dan sabar 150 hz.

Cinta kasih sayang 150 hz, ikhlas 205 hz. Dan yang tertinggi frekuensinya justru ada pada orang yang pada kekhusuan dalam berdoa, frekuensinya 350 hz. "Orang yang selalu berdzikir, dan berdoa justru yang lebih tinggi frekeuensinya. Mudah-mudahan kita selalu ada dalam lindungan Allah, dan selalu berdoa meminta pertolongan kepada Allah SWT." Doa Aa Gym.

Sengaja esai ini mengambil cerita pengalaman seorang Ustadz dalam hubungan antara gelombang dan sadar. Pendekatan multi-disipliner memberikan makna esensi bagi perlawanan terhadap 'gelombang keserakahan dalam wujud kejahatan'. Yang dalam bubungan ini kejahatannya berwujud hanya dalam istilah atau rumus: Covid-19.

Sementara bentuknya amat sangat sulit untuk diidentifikasi. Pengetahuan yang bersandar rasionalitas (aqal) baru sebatas mengklaim wujudnya seperti 'mahkota'. Wujudnya yang tak tampak mata, tidak salah jika ada pendapat bahwa virus muasal kehadirannya dimotivasi karakter serakah 'kelompok tertentu untuk menguasai dunia'.

Berargumentasi berpegangan pada dalil bahwa virus adalah bagian dari kejahatan keserakahan menjadi penting upaya menggunakan pendekatan supra-rasional-transenden. Referensi Qurani dan Hadis Sahih yang sudah banyak dijelaskan klasifikasi doa-doa yang dapat langsung menggetarkan langit (ijabah).

Yaitu: (i). Doa seorang Muslim terhadap saudaranya dari tempat yang jauh. (ii). Doa orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia. (iii). Doa orang yang teraniaya. (iv). Doa orang tua terhadap anaknya. (v). Doa seorang musafir. (vi). Doa orang yang sedang berpuasa. (vii). Doa orang dalam keadaan terpaksa.

Secara kolektif posisi orang teraniaya dan orang dalam keadaan terpaksa wajib diyakini mempunyai frekuensi yang amat sangat tinggi (tak terhingga). Bahkan mereka (orang-orang yang berposisi) teraniaya dan terpaksa, wajib dikayikini jika doa-doanya tidak hanya akan mematikan Covid-19 beserta mutasinya, melainkan juga menghancur-luluhkan para inisiator penciptanya.

Doa-doa kolektif orang teraniaya dan dalam keadaan terpaksa, semoga Allah SWT berkehendak mencabut hak Istidraj (limpahan rezeki karena bermaksiat) mereka (pencipta virus) sebagai 'penguasa kejahatan dunia'.

Namun bagaimana pun, sabar dan istiqomah orang-orang muslim beriman terlebih dahulu mendoakan, agar mereka (para elite global yang ingin terus menjadi penguasa dunia yang zalim), sadar bertaubatlah. Doa orang sabar dan istiqomah inilah yang disebut dengan 'Gelombang Ultra-Sadar'.

Wallahualam.***

Muchid Albintani adalah Associate Professor pada Program Studi Magister Ilmu Politik, Program Pascasarjana, FISIP, Universitas Riau, Pekanbaru.