Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hasil Studi, Remaja Pengguna Vape Berisiko Tinggi Tertular Covid-19
Oleh : Redaksi
Kamis | 13-08-2020 | 15:09 WIB
rokok-vape11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi rokok vape. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sejumlah studi menelusuri kemungkinan keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan infeksi virus corona. Penelitian terbaru terhadap anak muda yang diterbitkan 11 Agustus 2020 di Journal of Adolescent Health menemukan, perokok yang juga pengguna vape berisiko lebih tinggi tertular Covid-19.

Studi peneliti dari Stanford University menyebut remaja atau dewasa muda yang merokok dan menggunakan vape memiliki lima hingga tujuh kali kemungkinan terinfeksi virus corona, dibanding mereka yang tidak.

 

Penelitian yang digawangi Shivani Mathur Gaiha, Jing Cheng dan Bonnie Halpern-Felsher tersebut mengukur hubungan antara penggunaan tembakau dan tingkat kontraksi virus pada anak muda usia 13 hingga 24 tahun. Survei nasional online ini dilakukan pada Mei 2020 dan melibatkan 4.351 anak muda.

Metode penelitian menggunakan regresi logistik multivariabel yang menilai hubungan antara gejala, pengujian dan diagnosis terkait Covid-19 bagi perokok, pengguna vape, atau keduanya.

Hasilnya, mereka yang merokok dan vaping sekaligus dalam sebulan terakhir adalah yang paling berisiko tertular Covid-19, dengan 6 persen responden positif terkena virus corona dibandingkan 1 persen yang bukan pengguna.

"Intinya, jika Anda menggunakan rokok elektrik dan rokok, kemungkinan besar Anda akan didiagnosis dengan Covid-19," kata penulis senior, Bonnie Halpern-Flesher dikutip dari Forbes.

Kelompok berisiko selanjutnya adalah pengguna vape. Studi menulis bahwa vaping merusak paru-paru penggunanya sehingga membuat mereka lebih rentan terinfeksi virus corona yang acap menyerang pernapasan.

"Kami berharap temuan ini akan mendorong para remaja dan dewasa muda tidak pernah memulai vaping, dan jika [mereka] vaping, akan segera menghentikan. Data ini hanyalah kumpulan temuan yang menunjukkan vaping dan merokok membahayakan paru-paru," kata Halpern-Felsher lagi.

Hasil studi juga menemukan orang yang merokok dan menggunakan vape dalam sebulan terakhir ini punya kemungkinan lima kali lebih tinggi menunjukkan gejala Covid-19, lebih umum pada orang dewasa.

Akan tetapi tanggapan lebih dari 4.000 responden survei ini tidak menunjukkan hubungan antara penggunaan rokok konvensional dengan peningkatan risiko Covid-19. Peneliti menduga ini juga karena lebih sedikit anak muda yang merokok konvensional.

Peneliti juga memberi catatan, sebagian besar responden menggunakan dua sekaligus yakni rokok dan vape.

Studi ilmiah lain--penelitian secara umum yang bukan terbatas pada anak muda--dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pengujung Juni 2020. Ringkasan ilmiah WHO menyatakan, studi menemukan bahwa merokok berpotensi meningkatkan keparahan penyakit dan kematian pasien Covid-19.

Meskipun, berdasar ringkasan ilmiah WHO tentang merokok dan Covid-19, tidak ada bukti yang ditemukan dalam literatur peer-review untuk mengukur risiko perokok terhadap infeksi virus corona ataupun rawat inap dengan Covid-19.

Karena itu menurut WHO, studi berbasis populasi diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun begitu WHO mengingatkan akan bahaya penggunaan tembakau dan paparan asap bagi perokok pasif. Selain itu, WHO merekomendasikan para perkok untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani