Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KKB Papua Terkutuk, Petugas Medis Covid-19 Pun Diserang
Oleh : Opini
Selasa | 26-05-2020 | 12:10 WIB
petugas-covid-19.jpg Honda-Batam
Ilustrasi para petugas Covid-19 sedang menjalankan tugas. (Foto: Ist)

Oleh Abner Wanggai

PETUGAS yang menangani covid-19 di Kabupaten Intan Jaya, Papua, diserang oleh KKB. Peristiwa naas ini membawa 1 korban tewas. Masyarakat pun mengutuk kekejaman kelompok kriminal bersenjata yang selalu membuat ulah.

Sebagai salah satu daerah paling timur di Indonesia, Papua, adalah wilayah yang cukup rawan konflik.

 

Baru-baru ini bahkan ada peristiwa tragis ketika dua orang tertembak oleh KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan sedihnya mereka adalah petugas medis yang diturunkan ke Kabupaten Intan Jaya.

Satu orang bernama Eunico Somou langsung meninggal dunia, sementara rekannya, Almalek Bagau, selamat walau tubuhnya sakit parah.

Peristiwa yang mengejutkan di Kabupaten Intan Jaya, Distrik Wandai, ini membuat masyarakat jadi geger. Mereka mengutuk penembakan ini, karena 2 orang yang ditembak adalah orang yang ditugaskan untuk menangani penyakit corona.

Para petugas ini berjasa besar karena menolong semua pasien yang terjangkit virus covid-19 dan tidak takut akan resiko tertular. Namun nasibnya jadi sangat tragis dan langsung meninggal di tangan anggota KKB yang sangat kejam.

Intan Jaya adalah kabupaten yang terpencil di Papua, dan terdiri dari 8 distrik. Sayangnya Distrik Wandai adalah tempat yang belum punya penjagaan dari polisi. Sehingga lebih sering terjadi peristiwa kriminal seperti penembakan ini.

Distrik lain yang baru ada petugas keamanannya adalah Homeo, Hitadipa, dan Sugapa. Bahkan Kapolres Intan Jaya, AKB Yuli Karre Pongbala juga belum bisa memberi klarifikasi yang lengkap kepada wartawan, karena lokasi distrik Wandai yang jauh dan terpencil.

Peristiwa penembakan terhadap petugas covid-19 ini bukan untuk pertama kalinya. Kelompok Kriminal Bersenjata sebelumnya juga pernah menembak karyawan salah satu perusahaan terbesar di Papua, melontarkan timah panas ke mobil pengawal dan mobil bahan makanan di Tembagapura, dan bahkan berani menembak Satgas Amole Brimob Iwaka.
Tindakan mereka yang melawan hukum benar-benar meresahkan masyarakat dan harus segera ditindak agar tidak ada peristiwa tragis lagi.

Mengapa Kelompok Kriminal Bersenjata berani menembak mobil pengawal bahkan membunuh petugas covid-19 yang tidak bersalah? Bisa jadi mereka marah karena permintaannya tidak terkabul. Mereka ingin Papua berpisah dari Indonesia, sehingga nekat melakukan kekerasan dan bersaha keras untuk membuat negara sendiri.

Seluruh orang yang menyimbolkan pemerintahan Indonesia seperti petugas yang menangani covid-19 dan juga polisi, otomatis mereka benci. Karena mereka menganggap petugas itu sebagai penghalang kemerdekaan Papua. Mereka jadi kaum radikal dan ekstrimis, dan tidak ragu untuk langsung menembak mati orang yang dianggap musuhnya.

Untuk mewujudkan cita-cita memerdekakan Papua, kelompok kriminal bersenjata menggunakan segala macam cara. Di antaranya, ada yang berani menyamar jadi petugas keamanan di sebuah peruahaan terbesar di Papua, untuk mendapatkan informasi dari dalam.

Jadi mereka merencanakan akan menyerang tempat itu, yang dianggap mencuri hasil tanah Papua, padahal tidak. Kelompok Kriminal Bersenjata juga berani langsung menembak mati musuhnya dan bertindak dengan amat kejam.

Oleh karena itu, ketika ada peringkusan anggota kelompok kriminal bersenjata, langsung ditindak dengan didor, bukan lagi dihukum penjara.

Diharapkan dengan tindakan keras tersebut, bisa jadi shock therapy agar kawan lain yang tergabung dalam KKB masih pikir-pikir jika akan melakukan aksi kekerasan lagi.

Mereka juga diharap bisa bergabung lagi dengan Indonesia dan tidak usah membentuk negeri baru.

Masyarakat tentu menentang tindakan kelompok kriminal bersenjata yang berani menembak petugas yang menangani covid-19. Bahkan rakyat asli Papua juga merasa resah dengan kemunculan KKB dan juga membenci tindakannya.

Mereka tidak setuju dengan cita-cita KKB untuk memerdekakan diri, karena masih setia dengan Indonesia.*

Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta