Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

3 Warga Natuna Jadi Korban Perbudakan di Kapal Ikan China Longxing 629
Oleh : Kalit
Sabtu | 09-05-2020 | 08:35 WIB
abk-kapal-china1.jpg Honda-Batam
Warga Natuna yang menjadi korban perbudakan di kapal ikan China Longxing 629. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Natuna - Setelah mengalami siksaan dan pola kerja perbudakan, 14 anak buah kapal (ABK) Longxing 629 yang terlantar di Busan, Korea Selatan, dikabarkan akan tiba di tanah air pada Jumat (8/5/2020) sore.

Diketahui, dari 14 ABK asal Indonesia yang diperbudak di kapal ikan China terdapat 3 orang warga Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengumumkan empat ABK yang bekerja di kapal itu meninggal dunia. Tiga dikuburkan di laut (dilarung), sementara satu orang meninggal dunia di salah satu fasilitas kesehatan di Busan.

Para ABK dipaksa kerja rodi, mereka hanya istirahat 3 jam dalam sehari. Untuk makan sehari hari pun memakan umpan ikan dan minum air laut yang disuling. Bahkan, 3 jenazah WNI yang meninggal dunia di kapal, dilarung ke laut.

Aswana, Kepala Sekolah SMK Kelautan Natuna, mengatakan, ada 3 ABK tersebut yang merupakan alumni SMK Kelautan Natuna tahun 2018/2019. Berdasarkan informasi diterimanya, ketiganya saat ini sudah di bandara Korea Selatan untuk berangkat menuju Indonesia.

"Tadi pagi mereka sudah di bandara Korea menuju Indonesia, keadaan mereka dalam kondisi baik," ucap Aswana.

Dijelaskan Aswana, ketiga alumni SMK Kelautan Natuna itu saat menjadi ABK (anak buah kapal) di kapal tangkap ikan dari negara China bernama Long Xing 629 tidak melalui jalur sekolah, mereka secara pribadi mencari sendiri.

"Info yang kami terima mulai bulan mei 2019 lalu mereka sudah bekerja, kami pun tahu mereka bekerja setelah mereka posting gambar di Facebook saat di kapal" ucap Aswana.

Hal ini sangat miris, menurut Aswana, kejadian tragis ini tidak terulang lagi. Untuk menjamin keselamatan saat bekerja pada negara luar diharapkan para alumni SMK yang ingin bekerja di luar negeri harus selektif mencari perusahaan penyalur tenaga kerja.

"Alangkah baiknya, lewat sekolah. Karena untuk saat ini sekolah sudah ada MoU dengan PT. SEKAI INDONESIA, penyalur tenaga kerja ke jepang," papar Aswana.

Di lain tempat, Huseini, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Natuna terkejut akan hal ini, ia menyatakan, bahwasanya, ketiga ABK tersebut tidak mendapat rekomandasi dari Dinas Ketenagakerjaan.

"Kita tidak ada mendapat data tentang mereka dan dinas ketenagakerjaan tidak ada memberikan rekomendasi saat mereka akan mengurus paspor," ucap Huseini.

Seharusnya, saat mereka mengurus paspor, mereka akan diminta keterangan rekomandasi dari dinas. Kemudian dari dinas ketenagakerjaan akan meminta jaminan tentang pola kerja dan keselamatan kerja dari pihak perusahaan yang merekrut mereka.

"Kita pun tidak tahu mereka bekerja lewat perusahaan mana, Karena tidak ada pemberitahuan untuk rekomandasi mereka," papar Huseini.

Editor: Yudha