Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menguji Nyali Lawan Covid-19
Oleh : Opini
Rabu | 29-04-2020 | 19:36 WIB
iskandar-pemprov-kepri21.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Iskandar Zulkarnaen SIP, M.Phil. (Foto: Ist)

Oleh Iskandar Zulkarnaen SIP, M.Phil

SEMUA daerah di Kepulauan Riau berada dalam situasi nano nano saat ini. Istilah ini dikedepankan karena memang hati ini seperti diaduk aduk. Yah nano nano.

Kemaren bahagia, 5 hari tanpa ada kabar buruk yakni bertambahnya pasien covid-19 di Kepri. Lantas datanglah berita tambahan, 3 positif di Karimun dan yang paling menyedihkan adalah wafatnya Walikota Tanjungpinang, H. Syahrul.

Jadi pantaskan kalau disebut nano nano? Harapan kita terhempas oleh kenyataan bahkan seorang Walikota tidak terlepas dari penularan covid-19.

Tapi apakah itu jadi pelajaran? Belum sepertinya.

Ide PSBB sudah dikubur, sementara oleh Kota Tanjungpinang dan Batam. Bahkan kabarnya juga Karimun. Alasannya klise, Kita tidak siap.

Tanjungpinang bikin kebijakan pemberlakuan jam siang dan jam malam, entah hasil kajian darimana kebijakan itu diambil. Wallahualam bissawab.

Berbeda dengan Tanjungpinang, Batam malah awalnya mau melakukan karantina wilayah lokal, tapi berubah menjadi Pembatasan Sosial Tingkat Kecamatan. Entah apa juga yg menjadi landasan dari kebijakan itu.

Apakah hasil kajian atau rekomendasi dari hasil tracing kasus yang ada. Kita juga tidak diberitahu secara gamblang.

Yang gamblang dan terang benderang adalah pembagian bansos, berupa bahan pokok kepada masyarakat. Itu gamblang dan terstruktur diumumkan.

Bagaimana dengan proses tracing dan pendalaman kasus? Nihil. Masyarakat tidak diberi edukasi tentang kondisi Batam saat ini. Seperti apakah?

Angka angka statistik memang ditampilkan. Jumlah positif, pdp dan odp (otg sering dilupa sebut padahal sebagian besar infeksi berada pada definisi otg ini) diupdate setiap hari.

Dengan bahasan petugas sudah menyisir dan melakukan tracing. Semua berada dalam pengawalan ketat. Masyarakat disuguhkan ini kecamatan zona merah dan ini yang belum.
Benarkah?

Ide dasar dari defenisi local area quarantine yang pernah saya usulkan adalah upaya memisahkan dengan cepat, semua orang yang mengalami kontak langsung dengan kasus positif. Apapun kategorinya. Mau PDP, ODP atau pun OTG.

Dan biasanya kontak langsung ini berada dalam satu komunitas yang saling berhubungan, yangmana kadangkala tempat tinggalnya tidak berada dalam satu wilayah kecamatan. Kecepatan inj sangat dibutuhkan agar kita bisa mengatasi kecepatan virus ini menyebar.

Kabarnya ide ini sudah dilaksanakan dengan optimal. Semua yang kontak langsung sudah dikarantina di rumah dan diambil samplenya. Selesai?

Saya berpandangan bahwa metode kerja yang dilakukan dalam melakukan tracing dan identifikasi kontak langsung dengan pasien positif masih belum optimal dan berjalan sesuai pedoman.

Saya memprediksi dengan model tracing seperti yang dilakukan saat ini akan jumlah kasus positif di Kepri akan semakin bertambah. Khususnya Batam dan Tanjungpinang serta Tanjung Balai Karimun. Mudah2an prediksi saya keliru. Itu harapan terbesar saya.

Kritik terbesar saya adalah para Pembesar negeri di Kepri belum mengambil pelajaran dari kasus Walikota Tanjungpinang. Acara acara seremonial tetap dilaksanakan dengan tajuk memberikan bantuan secara simbolis dan acara yang sejenis itu. Alasannya protokol kesehatan sudah dijalankan.

Maka jangan salahkan juga kalau masyarakat jadi ingin keluar rumah juga. Baik bermasker ataupun tidak. Sebab mereka berpandukan para Pembesar yang bertindak seakan akan pandemi ini bukan masalah yang besar. Mungkin akan menjadi masalah besar kalau para Pembesar ini yang menjadi korban. Siapa tahu?

Maka di masa pandemi ini kita akan melihat masing masing pihak, baik rakyat jelata maupun yang berpunya, baik pemerintah maupun masyarakat, saling menguji nyali. Siapa palimg berani berhadapan dengan covid 19.

Saya berharap, adanya kesatuan gerak dan langkah dalam melawan covid19 ini. Satuan tugas disusun dari pelbagai unsur agar bisa terpadu dan terkawal secara baik.

Polda Kepri, contohnya, sudah menginisiasi Rapid Test secara drive thru persis seperti yang dilakukan di Kota Daegu Korea Selatan. Poin pentingnya adalah menginisiasi masyarakat agar melek dan waspada akan kondisi kesehatannya.

Ini bukan klaster per klaster lagi. Ini sudah komunitas yang terjangkit. Sebab itu diperlukan upaya untuk melakukan test sebanyak mungkin dan mengkarantina di rumah orang orang sebanyak banyaknya.

Agar penyebaran covid19 bisa dikawal dan dikalahkan. Maka itu sinergi dengan seluruh unsur niscaya diperlukan. Utamanya dalam menyatukan gerak langkah dan program. Merdeka.*

Penulis adalah pengamat Covid-19, bekerja di Tanjungpinang