Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pandemi Covid-19 dan Potensi Instabilitas Polkamnas
Oleh : Opini
Senin | 27-04-2020 | 12:53 WIB
lawan-covid-19_jpg2.jpg Honda-Batam
Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 yang dikomandani Sandiaga Uno. (Foto: Ist)

Oleh Daniel Filipus Kagawak

JIKA berbicara akselerasi covid-19 di Indonesia, kurvanya terus menanjak dari waktu ke waktu. Pada awal Maret 2020 baru tercatat 2 kasus. Sebulan berikutnya meningkat menjadi 1.790 orang, dengan korban meninggal 170, dan yang sembuh 112 orang.

Pada minggu ketiga April (per 19 April) meningkat lagi hampir tiga kali lipatnya. Kasus positif mencapai 6.575, korban yang meninggal 582 korban meninggal dan 686 sembuh.

Menghadapi wabah pandemi Covid-19, semangat gotong royong dan bahu membahu mengatasi permasalahan ini dilakukan banyak warga bangsa di dunia, walaupun sepertinya semangat tersebut sangat menguat dan meluas di Indonesia.

Sehingga tidak mengherankan jika Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG) mengapresiasi kehadiran Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 yang langsung dikomandani Sandiaga Uno.

Menurut BG, gerakan tersebut merupakan wujud kepedulian dan peran komponen bangsa dalam penanganan wabah covid-19. Maka, BG pun menyampaikan, terima kasih dan selamat kepada Sandiaga dan seluruh rekan-rekan Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 atas deklarasinya.

BG menegaskan saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah mengalami pandemi tersebut, melainkan juga dunia turut merasakan krisis kesehatan akibat covid-19. BG mengaku optimistis dengan kehadiran gerakan relawan ini karena akan mempercepat penanganan pandemi covid-19.

Untuk itu, BG yakin gerakan gotong royong dan bahu-membahu akan membuat penanganan wabah ini semakin cepat teratasi. Kita lihat mereka sudah ada di seluruh Nusantara dan berada di wilayah zona merah penyebaran wabah covid-19.

Mantan Wakapolri itu menambahkan, bahwa Relawan Indonesi Bersatu Lawan Covid-19 telah melakukan langkah konkret dalam upaya memutus mata rantai penyebaran wabah covid-19, salah satunya melakukan 10 ribu rapid test yang digelar di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Kemudian, penyemprotan disinfektan di zona merah.

Menurut penulis, apa yang dilakukan BIN dalam memerangi Covid-19 dengan melakukan sejumlah aksi nyata adalah hal yang wajar, karena sebagai lembaga negara apalagi wadah "kaum telik sandi" tidak ada kata lain yang perlu dikedepankan oleh mereka yaitu "setia dan taat kepada negara dan pemerintah" dan selalu mengamankan seluruhkan kebijakan negara.

Namun, sejatinya, menurut penulis, tugas BIN di saat negara genting menghadapi mewabahnya Covid-19 yang belum dapat diprediksikan akan berakhir ini. Seharusnya, BIN lebih memfokuskan kegiatannya kepada bagaimana memberikan informasi yang valid dan melakukan assessment yang jitu kepada Presiden.

Yaitu, terkait beberapa hal strategis ke depan seperti misalnya bagaimana dampak atau implikasi paling parah yang diterima oleh negara ini jika Covid-19 masih berlangsung lama.

Sehingga, kondisi tersebut memperparah defisit anggaran negara; apakah ada indikasi kelompok-kelompok oposan pemerintah akan memanfaatkan situasi genting untuk menyebarluaskan minimal narasi yang dapat memojokkan pemerintahan, apakah stabilitas keamanan dapat dipertahankan sampai berapa lama dikala mewabahnya Covid-19 dapat menyebabkan ketegangan sosial.

Maka, maraknya kriminalitas, PHK yang tidak terbendung, daya beli masyarakat yang anjlok serta apakah kelompok teror serta separatis akan meningkatkan potensi gangguan Kamtibmas di tengah Covid-19, belum ditambahkan sejumlah permasalahan internasional yang perlu mendapatkan perhatian serius dari komunitas intelijen.

Tapi penulis sangat yakin jika semuanya sudah diantisipasi, dipikirkan dan dicarikan langkah mendeteksi serta menanganinya secara dini oleh komunitas intelijen.

Karena sejatinya mereka adalah kumpulan orang cerdas dan memiliki jaringan yang luas dan bermutu. Semoga.*

Penulis adalah pemerhati masalah Indonesia