Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peran Media dan Kaum Milenial Melawan Penyebaran Covid-19
Oleh : Opini
Jumat | 17-04-2020 | 10:13 WIB
download5.jpg Honda-Batam
Ilustrasi generasi milenial. (Foto: Ist)

Oleh Rahmad Soleh

KERJA keras berbagai pihak dalam menangani Covid-19 sering tersamarkan oleh peredaran hoaks dan politisasi kelompok kepentingan. Peran aktif Media dan kelompok milenial dianggap menjadi ujung tombak dalam meluruskan informasi yang simpang siur di masyarakat dan mendukung upaya penanganan Covid-19.

Sudah satu bulan lebih pandemi ini menghampiri Indonesia. Berbagai konten tentang Covid-19 pun dengan mudah ditemukan di berbagai media, termasuk media sosial.

 

Namun, ada kencederungan media sosial agaknya kini menjadi top priority orang-orang untuk sekadar mengais berita. Kadangkala, jejaring sosial dengan keunikan tersendiri menyajikan beragam inspirasi.

Namun, seringkali ditemukan aneka ragam berita menyesatkan. Maka dari itu, peranan media juga para milenial sangat dibutuhkan dalam upaya mendukung penanganan Covid-19 di Indonesia.

Kaum milenial yang praktis, dinamis serta manganut modernitas dinilai mampu berperan aktif untuk hal ini. Seperti yang kita tahu, jiwa muda serta energi besar mereka perlu diberikan kepada negeri di tengah pandemi yang sedang menunjukkan taringnya.

Sementara media dianggap sebagai kiblat beredarnya beragam informasi ini, bisa menjadikan dirinya pusat gerakan untuk menghadirkan konten-konten positif. Yakni masih dalam upaya mendukung pemerintah dalam menangani Corona virus.

Sebelumnya, Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara, mengutarakan bahwa milenial mempunyai peranan yang besar dalam memutus rantai penyebaran Virus Corona. Pasalnya, milenial adalah generasi penyumbang penularan terbesar penyebab Corona COVID-19 itu sendiri.

Pernyataan ini bukanlah tanpa alasan, Belva melihat data di negeri tetangga antara 250 hingga 300 penduduknya yang dites, maka muncul angka sekitar 30 persen terjangkit dan dalam usia yang bisa dikategorikan muda.

Yakni, 20 hingga 29 tahunan. Data ini dinilai lebih besar 3 kali lipat dari generasi yang berusia antara 30 hingga 39 tahun serta dua kali lipat dari yang berusia 40 tahun.

Adamas Belva Syah Devara menilai jika anak muda sekarang ini lebih cenderung menyepelekan hal ini. Kendati mereka merasa aman-aman saja, nyatanya tetap saja berpotensi untuk menularkan.

Khususnya pada anggota keluarga yang lebih rentan imunitasnya. Seperti kakek-nenek, orang tua atau yang lainnya.

Oleh karena ini, dirinya meminta kepada para pemuda untuk stop seluruh kegiatan di luar rumah Jika tidak mendesak. Termasuk menerapkan physical distancing, juga mengurangi intensitas nongkrong untuk menekan angka penularan virus Corona.

Adamas juga menyayangkan jika kini masih ditemukan banyak orang yang berkegiatan di luar rumah. Dia mengatakan jika semua wajib berperan aktif. Mengingat, kegiatan seperti wara-wiri yang tidak penting justru berpotensi lebih besar karena, virus ini bisa saja dibawa oleh merekan. Sebagaiman diketahui, virus ini juga mampu bertahan di udara hingga beberapa jam.

Yang lebih penting lagi selain hal ini ialah peranan kaum milenial dalam memerangi disinformasi. Karena, anak muda inilah yang dianggap mempunyai akses informasi yang lebih luas jangkauannya.

Adamas mengimbau, jika ada informasi bermanfaat, bisa meneruskannya agar pernah lain juga mengetahui dan dapat mengambil sisi baiknya. Namun, jika beritanya tidak jelas darimana atau abu-abu cukup berhenti dan jangan sebar sebelum mengecek terlebih dahulu kevalidannya.

Saat pandemi ini masih berlangsung, anak muda wajib aware dan tak saling menyerang. Sebab, momen ini wajib dipakai untuk menolong sesama buah menyalurkan sifat kemanusiaan.

Adamas menyebutkan beberapa contoh positif seperti penggalangan dana atau donasi hingga perilaku positif lainnya. Dia menegaskan untuk terus menjaga kesehatan mental. Jika bosan dirumah bisa video call teman, nge-game, atau mengembangkan kreativitas lainnya.

Memang benar adanya, media juga kaum milenial memiliki peranan yang cukup signifikan. Kedua elemen ini mampu mengontrol segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan negara. Pasalnya, saat ini kedua elemen tersebut tengah dinanti partisipasinya.

Dukungan mereka inilah yang mampu membawa harapan lebih cerah dalam menghadapi kasus Croona yang sedemikian hebatnya.

Kampanye-kampanye positif baik online maupun offline bisa dilakukan. Sosialiasi terkait penanggulangan Corona juga bisa digaungkan. Intinya ialah peran aktif kedua elemen ini dibutuhkan untuk membantu negara.

Negara sedang tak butuh provokator, atau orang-orang dengan pemikiran dan perilaku negatif. Negara membutuhkan media juga anak-anak muda agresif dengan tujuan mengabdi untuk negeri.

Hanya melalui dukungan serta tindakan nyata kita semua bisa menghadapi segalanya, termasuk Corona.*

Penulis adalah kontributor Ikatan Pers dan Mahasiswa Jakarta