Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lawan Corona di Medsos dengan Propaganda Positif
Oleh : Opini
Rabu | 15-04-2020 | 12:52 WIB
corona-virus1.png Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi Covid-19. (Foto: Ist)

Oleh Toni Ramadan

PERANG melawan Corona membutuhkan peran dari seluruh elemen bangsa. Perang ini tidak sepatutnya diletakkan sepenuhnya di pundak pemerintah dan para tenaga medis.

Masyarakat umum, kelompok agama, di dan sejumlah organisasi sipil lainnya juga memiliki peran dan tanggung jawab dalam melawan virus pandemi ini.

 

Salah satu peran masyarakat umum dalam melawan Corona ialah dengan melaksanakan physical distancing alias jaga jarak (fisik) ketika berada di ruang publik. Penting pula bagi masyarakat menghindari kerumunan, dan mengurangi interaksi fisik satu sama lain.

Singkat kata, hal paling aman yang dapat dilakukan saat ini ialah stay at home, yang dimaknai dengan belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah saja.

Namun, physical distancing tidak lantas dimaknai sebagai menarik diri dari lingkungan sosial. Di tengah wabah pandemi Corona yang sedemikian masif, perlu kiranya untuk kita merekatkan kembali ikatan solidaritas sosial.

Secara fisik, kita memang diwajibkan untuk mengurangi berbagai interaksi, namun ikatan solidaritas sosial harus semakin kita perkuat.

Ironisnya, ketika masyarakat mengalihkan interaksi fisik menjadi interaksi berbasis online, berbagai kanal di lini massa media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, dan sebagainya, justru dibanjiri oleh informasi-informasi yang cenderung meresahkan.

Jika diamati secara sederhana, informasi yang meresahkan ihwal Corona yang beredar di lini massa media sosial itu dapat diklasifikasikan setidak-tidaknya menjadi dua:

Pertama, informasi yang sebenarnya faktual namun dibumbuhi oleh narasi-narasi yang bertujuan membuat keresahan di tengah masyarakat. Tujuan akhirnya, hanya menciptakan pesimisme di tengah masyarakat sekaligus upaya mendelegitimasi kinerja pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus Corona.

Kedua, berita-berita hoaks yang memang sengaja disebar untuk menciptakan kesimpang-siuran informasi seputar Corona. Jenis hoaks seputar Corona ini banyak sekali beredar di lini massa media sosial dengan berbagai perspektif, mulai dari perspektif kesehatan, ekonomi, politik hingga agama.

Di tengah pertempuran melawan virus Corona saat ini, sangat sulit untuk membayangkan Indonesia akan memenangkan pertempuran jika kondisi psikologis kita lemah akibat serbuan informasi yang meresahkan.

Oleh sebab itu, langkah paling mudah yang bisa dilakukan oleh masyarakat saat ini ialah melakukan sosial media distancing, yakni menyeleksi informasi-informasi seputar Corona untuk dibaca dan kemudian disebarkan. Tujuannya, untuk tetap menjaga optimisme dan kewarasan informasi terkait virus pandemi ini.

Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting ialah menyebarkan informasi-informasi positif seputar Corona. Dalam hal ini, masyarakat harus bersama-sama membanjiri lini massa media sosial dengan informasi yang melahirkan optimisme ketimbang pesimisme.

Untuk itu, informasi seputar optimisme dalam melawan pandemi Corona ini harus lebih masif disebar di media sosial ketimbang informasi-informasi hoaks seputar Corona yang hanya potensial menimbulkan mispersepsi bahkan kekacauan sosial di tengah publik.

Gerakan Propaganda Positif

Salah satu peran yang bisa dimainkan masyarakat dalam perang melawan pandemi Corona ini ialah menjadi agen propaganda positif. Secara definitif, propaganda dapat dipahami sebagai sebuah upaya sistematis yang bertujuan untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku kelompok masyarakat tertentu.

Propaganda positif dapat membangun sikap optimisme sekaligus mempererat ikatan solidaritas sosial di tengah masyarakat. Propaganda positif dilakukan secara sistematis, terukur dan terarah serta memakai sumber dan referensi yang dapat diverifikasi kebenarannya. Dengan begitu, propaganda positif selalu berusaha memberikan pencerahan pada publik atas isu-isu tertentu.

Dalam konteks pandemi Corona ini, masyarakat umum bisa menjadi agen penggerak dari gerakan propaganda positif, yakni dengan menjadikan kanal lini massa di media sosial sebagai ajang untuk menyebarkan konten edukatif seputar pandemi Corona. Interaksi masyarakat di media sosial idealnya harus didominasi dengan konten perbincangan yang mencerahkan, bukan justru menggelisahkan.

Dengan saling berbagi kabar gembira atau cerita inspiratif di tengah pandemi Corona tentu akan jauh lebih bermanfaat ketimbang berbagi informasi hoaks yang hanya akan memperkeruh susana di tengah publik.*

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya