Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dunia Terus Beraksi Hijau Menyambut Rio+20
Oleh : Redaksi
Senin | 07-05-2012 | 13:40 WIB

STOCKHOLM, batamtoday - Mulai dari aksi ‘ecolabelling’, penghematan energi, hingga upaya mengurangi jejak karbon, dunia terus beraksi hijau.

Semua ini terungkap dalam laporan terbaru dari Program Lingkungan PBB dan Uni Eropa yang membahas tren peralihan ke pola konsumsi dan produksi berkelanjutan di seluruh dunia.

Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini dan masa mendatang dengan tetap memertimbangkan kelestarian lingkungan.

Dalam laporan yang berjudul “Global Outlook on Sustainable Consumption and Production Policies” ini, Program Lingkungan PBB dan Uni Eropa mengumpulkan praktik terbaik yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan swasta dan organisasi masyarakat.

Laporan ini diluncurkan pada akhir April lalu bersamaan dengan diselenggarakannya Forum Kerjasama Pembangunan Berkelanjutan atau Stockholm+40 di Swedia. Menurut laporan ini setidaknya ada 20 negara mulai dari mulai Mauritius, Kolombia, hingga Republik Ceko, yang sudah mengadopsi strategi pembangunan yang berkelanjutan ini.

Achim Steiner, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB yang menghadiri acara Stockholm+40 menyatakan: “Pemimpin dunia yang akan bertemu di Rio, Juni nanti, harus menyadari pentingnya ekonomi hijau yang rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya dan mampu menciptakan lapangan kerja.”

Salah satu contoh strategi yang berkelanjutan adalah upaya Fairtrade International (FLO) menciptakan “label hijau” bagi 15 kelompok produk mulai dari komoditas pertanian, emas, hingga peralatan olah raga.

Dengan label ini FLO ingin memastikan bahwa produk-produk yang dijual memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi masyarakat dan diproduksi dengan memerhatikan lingkungan serta kondisi kerja yang layak. Hasilnya, penjualan produk bersertifikasi FLO naik 15% dari 2008 hingga 2009 di seluruh dunia, senilai €3,4 miliar (US$4,45 miliar).

Contoh lain adalah penerapan Sistem Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Systems, EMS) yang sesuai dengan konsep Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan (Sustainable Consumption and Production), sistem Lifecycle Assessments (LCAs) dari International Organization for Standardization (ISO) dan indikator kinerja organisasi dari Global Reporting Initiative (GRI).

Laporan ini juga mengungkap praktik bisnis hijau perusahaan penyamakan kulit, TanTec di China dan Viet Nam. TanTec, berhasil menghemat biaya dengan mengurangi konsumsi energi sebesar 40%, mengolah limbah dan memangkas emisi CO2 sebesar 2.700 ton per tahun. TanTec juga berhasil mengurangi keperluan air dan bahan kimia sebesar 50% dan 15%.

Inisiatif rantai pasokan yang berkelanjutan di bidang pertanian dan peternakan juga bisa membantu petani dan peternak memroduksi makanan dengan cara yang lebih lestari dan ramah lingkungan.

Salah satu contohnya adalah Kelompok Produsen Susu dan Produk Susu di Sainsbury, Inggris yang selalu memotivasi anggotanya untuk mengurangi jejak karbon.

Pada tahun 2010, kelompok ini mencatat jejak karbon di lebih dari 325 peternakan, 98 lokasi pembuatan keju, 260 tempat pengolahan daging sapi dan 1.400 lokasi pemrosesan daging kambing.

Mereka berhasil mengurangi energi dan emisi di lokasi-lokasi tersebut dengan cara yang sangat sederhana: menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (harvesting rain water).

Peternak lain berhasil meningkatkan produksi dengan memberikan pakan ternak secara lebih efisien. Bantuan perawatan medis untuk ternak juga tersedia sehingga sistem ini mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan peternak di Sainsbury dengan nilai mencapai £1,6 juta (US$2,58 juta) pada 2009.

Sejumlah negara lain juga telah menerapkan strategi produksi dan konsumsi yang berkelanjutan ini seperti di Afrika, Arab, Uni Eropa, Amerika Latin dan Karibia.

Salah satu inisiatif regional yang layak mendapatkan perhatian adalah Program SWITCH Asia yang didanai oleh Komisi Eropa yang mendukung para pembuat kebijakan dan Usaha Kecil dan Menengah di Asia untuk beralih ke praktik produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

Program SWITCH Asia telah mendanai lebih dari 47 proyek di 15 negara untuk beralih ke sistem yang berkelanjutan. Beberapa contoh program yang telah dilaksanakan adalah proses tender fasilitas publik yang lebih ramah lingkungan (green public procurement), ecolabelling dan pengembangan sistem produksi yang bersih dan ramah alam.

Di Afrika, lebih dari 10 negara telah mengembangkan strategi produksi dan konsumsi berkelanjutan melalui Mekanisme “Ecolabelling” Afrika (African Ecolabelling Mechanism).

Di Arab, upaya menciptakan kota yang ramah lingkungan juga terus berlangsung dengan proyek Kota Hijau Masdar (Masdar Green City) di Abu Dhabi yang bertekad menjadi kota yang bebas sampah dan polusi (zero-waste, zero-carbon city). Dunia terus beraksi hijau. Kita jangan sampai ketinggalan.