Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menko Polhukam Tegaskan Pemerintah Tak Ada Rencana Pulangkan Teroris Lintas Batas
Oleh : Redaksi
Rabu | 12-02-2020 | 18:52 WIB
md-mahfud.jpg Honda-Batam
Menko Polhukam, Mahfud MD. (Setkab RI)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), Mahfud MD menyampaikan jumlah teroris lintas batas, Foreign Terrorist Fighters (FTF), per hari ini, Selasa (11/2/2020) sebanyak 689 Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Suriah, Turki, dan beberapa negara lain.

"Keputusan rapat tadi, pemerintah dan negara harus memberi rasa aman dari ancaman teroris dan virus-virus baru teroris terhadap 267 juta rakyat Indonesia," ujar Menko Polhukam usai mengikuti Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Selasa (11/2/2020), seperti dilansir laman resmi Setkab RI.

Kalau FTF ini pulang, lanjut Menko Polhukam itu bisa menjadi virus baru yang membuat rakyat yang 267 juta itu merasa tidak aman. "Sehingga pemerintah, yang kedua ini, tidak ada rencana memulangkan teroris, tidak. Bahkan tidak akan memulangkan FTF ke Indonesia," tegas Menko Polhukam.

Meskipun begitu, menurut Menko Polhukam, pemerintah juga akan mengimpun data yang lebih valid tentang jumlah dan identitas orang-orang yang dianggap terlibat teror, bergabung dengan ISIS. Untuk anak-anak di bawah 10 tahun, menurut Menko Polhukam, akan dipertimbangkan, tetapi case by case.

"Artinya ya lihat saja apakah anak itu di sana ada orang tuanya atau tidak, anak-anak yang yatim piatu yang orang tuanya sudah tidak ada," tambahnya.

Jumlah anak-anak yang berada di bawah 10 tahun, menurut Menko Polhukam berdasar data dari CIA 689 orang, 228 ada identitas teridentifikasi sisanya 401 tidak teridentifikasi lengkap identitasnya.

"Kemudian ada dari ICRP ada 185 orang. Mungkin 185 orang itu sudah menjadi bagian dari yang 689 dari CIA. Kemudian juga kita punya data-data yang ambil sendiri dari situ. Ya sekitar itulah jumlahnya," ungkapnya.

Menurut Menko Polhukam, hal terpenting adalah menjamin rasa aman kepada seluruh rakyat yang di sini sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk memulangkan. "Tetapi bersamaan dengan itu mencari data yang lebih valid tentang jumlah dan identitas orang-orang itu," pungkas Menko Polhukam.

Editor: Gokli