Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konflik AS-Iran tidak Berdampak Signifikan pada Perekonomian Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 11-01-2020 | 10:16 WIB
bank-indonesia1166.jpg Honda-Batam
Bank Indonesia.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa ketegangan konflik yang terjadi antara Iran-AS dalam beberapa waktu terakhir tidak berdampak secara signifikan pada perekonomian di Tanah Air.

"Kami tidak melihat dampak dari apa yang terjadi. Peningkatan (Konflik Iran dan AS) ini, kami sebut ini bagian dari risiko geopolitik global," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/1/2020).

Ia melanjutkan konflik tersebut juga tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah. Menurut Perry, hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai kurs mata uang garuda yang terus menguat, dan bergerak sesuai fundamental.

"Terbukti dari apa? Premi risiko dalam bentuk CDS (Credit Default Swap) itu yang juga terus menurun," tutur dia.

Tidak hanya itu, Perry menyatakan bahwa BI juga akan terus memantau berbagai perkembangan global secara berkelanjutan. Ia mengatakan perkembangan hubungan dagang antara AS dan China membuat pertumbuhan perekonomian global berjalan ke arah positif.

"Dan alhamdulillah perkembangan yang sudah positif adalah hubungan dagang antara AS dan China yang dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kesepakatan," terang dia.

Berdasarkan paparan Perry, penandatanganan kesepakatan antara AS dan China yang rencananya diadakan pada 15 Januari diharapkan dapat membawa dampak yang positif bagi perekonomian global secara menyeluruh.

Perry mengatakan bahwa ekonomi dunia akan mengalami peningkatan menjadi sekitar 3 persen sampai 3,1 persen. Angka tersebut meningkat dari perkiraan tahun lalu yang hanya sebesar 2,9 persen.

"Dan tentu saja juga dengan kesepakatan perdagangan dengan AS dan Tiongkok, maka akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan juga memberikan persepsi risiko yang positif bagi aliran modal asing ke dalam negeri," tutur Perry.

Kendati demikian, ia tak menampik risiko-risiko global, seperti pertikaian Iran dengan AS, Hubungan dagang China dan AS yang sempat memanas ataupun juga Brexit tentu saja berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

Hanya saja, pengaruh tersebut hanya efektif dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang, dan tidak berpengaruh secara signifikan bagi Indonesia saat ini.

"Di risiko global, kami tidak melihat dampak secara signifikan terhadap kondisi makroekonomi (Indonesia), maupun juga terhadap stabilitas eksternal, dan juga terhadap nilai tukar rupiah," pungkasnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha