Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Damai Natal Momentum Menjaga Toleransi Antar Umat Beragama
Oleh : Opini
Kamis | 26-12-2019 | 17:40 WIB
damai-natal1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi damai natal di Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh Andhika Prasetya

PERAYAAN Natal telah tiba dan mewarnai keberagamaan Indonesia. Masyarakat pun diimbau untuk tetap menjaga toleransi dan silaturahmi antar sesama umat beragama, mengingat kita sudah lama bersaudara.

 

Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia telah menjamin warga negaranya untuk memeluk suatu agama. Itu sebabnya, pemerintah melarang organisasi masyarakat untuk melakukan sweeping terhadap kegiatan keagamaan.

Mantan Walikota Surakarta tersebut meminta agar semua pihak menjaga toleransi dan kerukunan jelang perayaan Natal dan tahun baru. Sehingga menjelang perayaan Natal dan Tahun baru kenyamanan, rasa aman masyarakat bisa kita hadirkan.

Bicara mengenai bentuk toleransi beragama, tentu tidak melulu terwujud dalam tindakan besar. Hal-hal kecil seperti meminjamkan lahan parkir tempat ibadah kepada penganut agama berbeda juga bisa menciptakan keharmonisan antarumat beragama.

Wujud toleransi dapat terlihat harmonisnya pihak Gereja Katedral dengan Masjid Istiqlal setiap kali menyambut hari raya keagamaan masing-masing.

Letak Gereja Katedral dengan Masjid Istiqlal yang berseberangan di pusat Jakarta telah menjadikannya sebagai ikon wujud toleransi keberagaman. Meminjamkan halaman parkir telah menjadi kebiasaan dua tempat peribadatan tersebut.

Semangat toleransi sangat tampak dimana Masjid Istiqlal akan membuka pintunya bagi umat Katolik yang mengikuti kegiatan ibadah malam natal dan perayaan natal pada keesokan paginya untuk memarkirkan kendaraan mereka di halaman Masjid.

Begitu juga sebaliknya, Gereja Katedral juga akan membuka pintu bagi kaum Muslim yang hendak merayakan Idul Fitri untuk memarkirkan kendaraan mereka di halaman parkir gereja.

Humas Katedral dan Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie mengatakan, perayaan Natal tidak luput dari kerja sama dengan pihak istiqlal. Pengelola dua tempat peribadatan tersebut senantiasa mengharapkan kegiatan keagamaan berjalan lancar.

Selain itu Ormas seperti Barisan Ansor Serbaguna juga kerap membantu aparat dalam menjaga keamanan di sekitar Gereja Katedral, mereka membantu parkir masyarakat hingga membantu umat yang ingin menyeberang jalan.

Meski demikian, media sosial hampir selalu diisi keriuhan dari pihak yang mengharamkan ucapan natal, seakan ucapan tersebut akan merusak akidah.

Namun, toleransi di Indonesia telah menjadi energi persatuan yang harus dijaga. Semangat toleransi juga tergambar di SMA Taman Harapan Kota Malang. Dimana di sekolah tersebut mengajarkan betapa indahnya toleransi sejak dini dengan cara menghias pohon natal bersama.

Di sela kegiatan class meeting menunggu pembagian rapor, para siswa disibukkan dengan kegiatan yang unik, yaitu menghias pohon natal bersama. Siswa beragama Kristen-Katolik tampak dibantu oleh teman-temannya yang beragama Islam, Budha dan Konghucu.

Sebuah pohon pinus sintetis setinggi tiga meter diletakkan tepat di lobi sekolah di depan pintu masuk utama. Para siswa pun menghias menggunakan lampu kaca berwarna-warni, juga lampu led kecil dan slinger berwarna perak. Tak lupa ada sebuah bintang berwarna emas diletakkan di pucuk pohon tersebut.

Kepala Sekolah SMA Taman Harapan Malang Endah Restiningrum mengungkapkan, tradisi tersebut sudah dilakukan belasan tahun di sekolah itu. Beliau mengatakan hal ini sudah menjadi tradisi sekolah dan bukan hanya saat perayaan Natal saja, melainkan saat menjelang Idul Fitri atau Imlek, atau perayaan hari besar lainnya, para siswa juga diajak untuk turut serta menyemarakkan.

Menurutnya, nilai toleransi amatlah penting diajarkan pada para siswa dengan cara yang menyenangkan. Selain membantu mengias pohon natal, pada saat momen idul fitri, para siswa non muslim juga bersama-sama membuat ketupat kertas untuk hiasan di sekolah.

Pihak sekolah juga berharap, agar kelak para siswa SMA Taman Harapan Malang akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih dan toleran terhadap sesama.

Sikap toleransi juga tidak perlu dengan tindakan yang terkesan muluk-muluk. Makna toleransi tidak hanya berupaya untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama, namun juga menjaga keharmonisan dan kemesraan sesama umat beragama meski memiliki pemahaman yang berbeda utamanya terkait pengharaman ucapan selamat Natal.

Keberagaman di Indonesia merupakan sebuah kekayaan yang harus dipupuk dengan sikap toleransi saling jaga dan saling bersinergi, bukan dengan menebar teror dan saling memusuhi.*

Penulis adalah pengamat sosial politik