Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Berenca Bangun Tenda Pengungsian

Banjir Rendam 250 Rumah
Oleh : Ali
Selasa | 01-02-2011 | 14:56 WIB

Batam, batamtoday - Akibat luapan air hujan yang tidak tertampung oleh Drainase di Kecamatan Nongsa, sekitar 250 rumah terendam banjir hingga mencapai 120 sentimeter.  Sehingga warga yang rumahnya terendam banjir berencana akan membangun tenda pengungsian.

Data yang terhimpun di lapangan menyebutkan, 250 rumah yang terendam banjir yakni di Kabil, Kavling Baru. rumah yang terendam banjir itu yakni blok I, Blok F dan Blok E Tanah longsor. Ketinggian air yang menggenangi rumah warga itu dari 80 centimeter hingga 120 sentimeter.

Meskipun kerugian secara materi tidak terlalu banyak, akan tetapi warga tidak bisa menempati rumahnya untuk sementara waktu ini.

Warga mengeluhkan, banjir yang merendam rumah mereka, akibat saluran drainase yang tidak memadai. Sehingga penyaluran pembuangan langsung ke laut tidak berfungsi.

"Banjir ini akibat air tidak tersalurkan dengan baik. Antara drainase yang dibangun dengan air tidak seimbang," ucap Gamal Purba, Ketua Umum Persatuan pemuda Padat Karya (P3K) yang berdomisili di Kavling Sanjulung Kabil, Selasa 1 Febuari 2011.

Menurut Gamal, banjir yang melanda warga ini akan berlangsung sekitar empat hari ke depan. Perhitungannya, debit air yang menggenangi ratusan rumah warga ini tidak sebanding dengan kondisi gorong-gorong yang ada. Akhirnya, warga yang menjadi korban banjir mencari solusi akan membangun tempat tinggal sementara.

"Mau tidak mau kita bangun tenda, karena tidak mungkin untuk tetap berada di rumah yang terendam banjir, tetapi kita masih mencari lokasi yang tepat untuk membangun tenda agar tidak tergenang aiir lagi," ujarnya. Namun  sebagian warga ada juga yang mengungsi ke rumah sanak familinya.


Drainase Diperkecil untuk Galangan Kapal
Masyarakat Merana, Pemerintah Petik Hasilnya

Meski hujan mulai reda, 60 rumah di Kampung Jabi, Kelurahan Batu Besar, Nongsa masih terendam banjir akibat drainase yang mengarah ke laut diperkecil dan parit yang ada tidak memadai.

Kecilnya drainase yang ada, katanya, akibat adanya reklamasi untuk pembangunan galangan.

Air yang menggenangi rumah warga itu merupakan luapan air dari gorong-gorong bandara yang tidak tertampung oleh drainase yang ada di kawasan kabil indutrial estate (KIE).

Biasanya air buangan bandara itu, lancar menuju ke laut, karena adanya sejumlah reklamasi perusahaan yang ada di Batu Besar, drainase itu mulai mengecil.

"Perusahaan dan pemerintah setempatlah yang harus bertanggungjawab  atas terjadinya banjir di Kampung Jabi," ujar Kadir, warga Kampung Jabi  yang rumahnya ikut terendam tanpa merincikan perusahaan dimaksud.

Dia juga mengeluhkan adanya pemotongan bukit di lahan bandara yang lokasinya tepat di belakang perkampungan yang terendam itu. Menurutnya, pemotongan bukit itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan adanya banjir ini.

"Pohon yang ada di bukit dipotong, padahal itu merupakan wilayah tadah hujan. Dengan tidak adanya pepohonan lagi, air sudah tidak terkontrol. Dan ini akibatnya," katanya sambil mengegaskan, air yang menggenangi rumah warga ini air yang bercampur lumpur.

Ketua RW Kampung Jabi, Aminuddin juga menyesalkan adanya reklamasi yang ada di wilayahnya. Menurut Ketua RW ini, terjadinya banjir karena adanya andil sejumlah perusahaan yang membangun tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Pantauan di lapangan, tinggi air yang menggenangi puluhan rumah warga itu sekitar pinggang orang dewasa. Air yang menggenangi rumah warga itu.

Awalnya air yang menggenangi perkampungan itu, hanya setinggi lutut. Setelah beberapa jam, air terus naik. Ada warga yang sempat menyelamatkan hartanya. Namun banyak juga warga yang harus merelakan harta bendanya terendam air lumpur.