Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Stafsus Milineal Pilihan Jokowi
Oleh : Opini
Kamis | 28-11-2019 | 14:19 WIB
stafsus-presiden-jokowi2.jpg Honda-Batam
Para staf khusus Presiden Jokowi. (Foto: Ist)

Oleh Aldia Putra

PRESIDEN Joko Widodo menunjukkan salah satu gebrakannya di periode keduanya, yakni dengan diangkatnya staf khusus dari kalangan milenial. Tak hanya itu, menariknya salah satu staf khusus tersebut berasal daru kalangan disabilitas Angkie Yudistia yang selama ini memperjuangkan penyandang disabilitas.

 

Angkie Yudistia merupakan difabel yang menjabat sebagai CEO Thisable Enterprise, Angkie lahir di Medan pada 5 Juni 1987. Ia merintis perusahaan tersebut di usia 25 tahun. Fokusnya adalah misi sosial untuk membantu kaum difabel.

Sebelumnya ia merupakan lulusan dari London School of Public Relation (LSPR), Jakarta jurusan periklanan. Ia juga meraih gelar master bidang komunikasi pemasaran dari perguruan tinggi yang sama.

Dihadapan para wartawan, dia juga memperkenalkan dirinya dengan bahasa isyarat saat sesi tanya jawab berlangsung. Angkie mengungkapkan rasa bangganya bisa dipilih Jokowi untuk menjadi Staf Khusus.

Dengan diangkatnya Angkie Yudistia tersebut, tentu kita patut memberikan penghormatan kepada pemerintah. Hal tersebut membuktikan bahwa di era keterbukaan ini, siapapun bisa berkiprah luas untuk bangsa.

Tentu saja pertimbangan Jokowi dalam memilih perempuan berusia 32 tahun tersebut menunjukan bahwa pemerintah memiliki visi untuk memberdayakan kaum disabilitas.

Perusahaan Thisable yang dibidaninya tersebut bertujuan agar kelompok disabilitas di Indonesia memiliki kemampuan, keterampilan dan menyalurkannya ke dunia kerja, terutama dalam industri ekonomi kreatif. Menurut Angkie, saat ini kelompok disabilitas masih kesulitan dala memperoleh pekerjaan.

Keberadaan Thisable Enterprise berhasil melahirkan sinergi dengan start-up dari Indonesia yakni Go-Jek, dimana para penyandang disabilitas dibawah naungan tersebut disalurkan untuk menjadi tenaga pekerja pada sejumlah layanan Go-Jek, seperti Go-Massage, Go-Clean, Go-Auto maupun Go-Glam, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing penyandang disabilitas.

Angki menuturkan, sudah waktunya disabilitas bukan menjadi kelompok minoritas, tetapi kami dianggap setara.

Selain sebagai CEO, Angkie juga merupakan seorang penulis yang telah menelurkan 3 buah buku yang bertajuk Menembus Batas, Setinggi Langit dan Sociopreneur.

Selain didaulat sebagai staf khusus, Angkie juga dipercaya oleh Presiden Jokowi untuk menjadi juru bicaranya dalam bidang sosial. Dalam kesempatan tersebut Angki mengungkapkan bahwa dirinya siap membantu Presiden sepenuh hati menuju Indonesia Inklusif dan tentunya lebih ramah disabilitas.

Ia pun merasa bangga mendapatkan kesempatan oleh Presiden untuk menyuarakan 121 juta disabilitas di seluruh Indonesia. Karena menurutnya sudah saatnya suara disabilitas didengar.

Pada Oktober 2019 lalu, Angkie mendapatkan penghargaan sebagai Asia Women Marketer of the Year 2019 di Asia Marketing Federation yang berlangsung di Taipei, Taiwan.

Ia juga mendapatkan penghargaan Ikon Prestasi Pancasila 2019 dan menjadi penghargaan ke-21 selama ia berkarir. Apresiasi ini diberikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Tentunya, diantara semua Presiden yang menjabat, Mungkin baru Presiden Jokowi yang terlihat memiliki perhatian cukup besar kepada para penyandang disabilitas.

Hal tersebut terlihat saat Jokowi menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional 2018 di Lapangan Parkir Sumarecon, Bekasi, Jawa Barat. Dimana Jokowi mengawali sambutannya dengan menyapa para undangan dengan menggunakan bahasa isyarat.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga mengapresiasi prestasi yang ditorehkan oleh para penyandang disabilitas tersebut. Salah satunya saat perhelatan Asian Para Games yang dapat merebut 37 medali emas dan berhasil menempati peringkat kelima.

Jokowi sempat berpendapat bahwa prestasi para penyandang disabilitas itu harus diangkat untuk memberikan inspirasi dan motivasi kepada masyarakat untuk terus berprestasi.

Dengan terpilihnya staf khusus dari kalangan disabilitas, tentu muncul sebuah harapan agar para penyandang disabilitas tersebut untuk terus berkarya dan tak merasa kurang sedikitpun.

Penyandang disabilitas kelak tidak perlu merasa rendah diri atas kekurangan yang ada pada dirinya. Semua warga tentu memiliki hak yang sama, terutama hak untuk hidup dan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Gebrakan pemerintah dalam mengangkat staf khusus dari kalangan difabel, tentu diharapkan akan menjadi sambungan masyarakat yang mengalami disabilitas agar segala suara maupun keluh kesahnya bisa disampaikan kepada Presiden.

Sehingga ruang dialog antara pemerintah dan para penyandang disabilitas dapat semakin meluas.*

Penulis adalah pengamat sosial politik