Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Strategi Cantik Pemerintah Perangi Kemiskinan
Oleh : Opini
Kamis | 21-11-2019 | 15:04 WIB
ilustrasi-kemiskinan2.jpg Honda-Batam
Ilustrasi rakyat miskin. (Foto: Ist)

Oleh Muhammad Yasin

SEJAK Periode pertama sebagai Presiden, Jokowi terus berkomitmen untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia. Kerja senyap dan strategi jitu Pemerintah ini pun membuahkan hasil dengan masuknya Indonesia ke dalam 15 Negara yang mampu memerangi kemiskinan ekstrim.

 

Salah satu masalah perekonomian di Indonesia ialah kemiskinan. Bukan hanya di wilayah pedesaan saja, kemiskinan ini merambah hingga ke kota besar yang notabene memiliki geliat ekomomi yang cukup bagus.

Namun, agaknya memang masalah ini merata di semua lini kehidupan, sebab beberapa faktor yang menyertainya. Dari dulu kemiskinan merupakan masalah yang cukup kompleks dan terbilang sulit untuk ditanggulangi.

Namun, manuver Orang RI nomor 1 ini ternyata mampu mendongkrak perekonomian rakyat dan mengentaskan kemiskinan di nusantara. Hebatnya lagi, Nama Indonesia berhasil nangkring di 15 besar dunia sebagai negara dengan pengurangan kemiskinan paling ekstrim.

Nah, bagi yang meragukan kinerja wong Solo ini agaknya harus mulai berpikir seribu kali. Sebab, berita peningkatan pembangunan ini nantinya akan terus terdengar silih berganti.

Sebelumnya, peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia juga dikabarkan melesat hingga menggandeng sejumlah pihak termasuk Jepang guna membantu proyek ini. Tahu, kan Jepang yang populer dengan nama tagline negara maju siap berkontribusi membangun negeri.

Di sektor kesehatan pun turut diperbaiki, pembangunan fasilitas kesehatan publik semakin digalakkan. Kabar baiknya, angka stunting, angka lahir hidup meningkat dari pada sebelumnya. Beragam pencapaian yang dihasilkan Jokowi memang harus diapresiasi dan diakui.

Sebelumnya, misi Bank Dunia pada tahun 2030 mendatang ialah mengurangi kemiskinan ekstrim atau extreme poverty, senilai 3 persen di seluruh dunia. Kemiskinan ini didefinisikan ketika masyarakat hidup berada kurang dari US$ 1,9 per harinya.

Berdasarkan data ini pula, Indonesia turut bekerja keras memerangi masalah ini. Hingga mampu berada pada jajaran 15 negara yang mampu melesat dari kemiskinan dari total 114 negara, sungguh pencapaian yang menakjubkan.

Menurut laporan, masing-masing negara ini mampu keluar 1,6 persen dari extreme poverty setiap tahunnya. Hal ini berarti sekitar 802,1 juta lebih orang-orang hidup dalam serba kekurangan pada tahun 2000-2015.

Kendati demikian, extreme poverty ini masih tetap menjadi endemik di sejumlah negara. Yang mana memiliki penghasilan rendah dan terdampak konflik, seperti si daerah Afrika Sub-Sahara.

Namun, masih ada optimisme di negara-negara ini. Di beberapa negara kawasan Afrika Sub-Sahara, misalnya Republik Demokratik Kongo, Tanzania, dan juga Burkina Faso, masih berada ditingkat kemiskinan ekstrem, bahkan setelah pengurangan yang cepat, posisi stagnan di atas 40 persen.

Untuk Indonesia sendiri mampu berada di peringkat 11, dengan catatan sukses menurunkan kemiskinan hingga 2,1persen. Hanya tinggal 0,9 persen dari target Bank Dunia. Mantap!

Dilihat dari data di Indonesia sendiri, pada lima tahun pertama kepemimpinan Jokowi, telah menunjukkan penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan. Berdasar atas data Badan Pusat Statistik 2014, penduduk miskin mencapai 27,73 juta jiwa atau sekitar 10, 96 persen dari total keseluruhan populasi.

Saat, pemerintah mencabut subsidi BBM tahun 2015, jumlah penduduk miskin meningkat hingga 28,59 juta jiwa. Namun, secara bertahap ternyata mampu mengalami penurunan hingga tahun 2019 menjadi 25, 14 juta jiwa. Jumlah ini berkurang sekitar 2,59 juta jiwa dibanding sebelumnya, satu bulan sebelum Jokowi memimpin. Pun dengan presentase penduduk miskin yang anjlok 155 basis poin menjadi 9,41 persen.

Sementara itu, Laporan Bank Dunia yang bertajuk “Mewujudkan Potensi Perkotaan di Indonesia” menyatakan, bahwa tingkat kemiskinan dan rentan kemiskinan tertinggi berada di daerah perdesaan nonmetro. Yakni berada di angka 14,6 persen.

Sedangkan masyarakat yang mengalami rentan kemiskinan mencapai angka 27,9 persen. Angka kemiskinan tertinggi berikutnya terdapat di perkotaan nonmetro, yakni dengan tingkat kemiskinan sebesar 11,4 persen serta rentan kemiskinan dengan prosentase 26,1 persen.

Namun, jika mendengar kabar menakjubkan ini, tentunya kinerja Jokowi telah mampu dibuktikan. Padahal, dibalik sikap kalemnya, sang kepala negara ini melesat bagai roket siap tempur.

Bermanuver hingga mampu menuju target yang diinginkan. Bukan tak mungkin kesejahteraan akan datang lebih dini, mengingat pengentasan kemiskinan di Indonesia telah meningkat dari tahun ke tahun.

Semoga target percepatan pembangunan lainnya menyusul untuk direalisasikan.*

Penulis adalah pemerhati masalah sosial