Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bersama Menjaga Stabilitas Nasional
Oleh : Opini
Rabu | 13-11-2019 | 14:28 WIB
stabilitas-nasional2.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi stabilitas nasional. (Foto: Ist)

Oleh Rahmat Mubarok

PRESIDEN Jokowi dan Wapres KH. Maruf Amin memiliki misi untuk mewujudkan Indonesia maju. Dalam menunjang program tersebut diperlukan stabilitas nasional sebagai modal utama terlaksananya program pembangunan.

Stabilitas nasional tersebut juga harus didukung oleh seluruh komponen dan elemen masyarakat, tidak terkecuali pers dan mahasiswa.

Pers dianggap sebagai pilar demokrasi keempat dan dianggap mampu menentukan informasi penting yang dapat dikonsumsi publik. Sementara itu, generasi muda merupakan subjek pembangunan yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi negara.

Peran media massa ini merupakan sebagai alat penyampaian informasi serta pesan yang cukup efektif dan efisien. Menurut Gurevitch dan Blumer (1990:270) fungsi-fungsi pers diantaranya adalah; Sebagai pengamat lingkungan dari situasi sosial politik yang tengah ada.

Media massa dapat berfungsi sebagai alat kontrol yang mampu memberikan beragam informasi. Pers juga bisa menjadi wadah dialog tentang perbedaan pandangan yang ada didalam masyarakat maupun diantara pemegang kekuasaan (yang tengah ada maupun yang akan datang).

Pers dinilai sebagai sarana untuk menampung berbagai aspirasi, pandangan, dan paradigma dari masyarakat yang ingin ikut bagian guna membangun stabilitas politik yang lebih baik.

Sehingga penyebarannya diharapkan bisa mendominasi berita positif dan tidak "mengada-ada" atau bahkan bernada kebencian sekaligus. Sebab, pers memiliki kendali terhadap hal ini.

Aneka opini publik akan terbangun beriringan dengan kabar yang digulirkan oleh pers tersebut. Jika beritanya jelek ya masyarakat akan ikut kedalam arus perbincangan yang tidak sehat.

Namun, jika berita yang disajikan sesuai konten serta tidak "nyinyir", maka publik pun akan dapat. menyikapinya dengan lebih baik.

Apalagi terhadap pemerintahan Jokowi-Maruf. Jangan hanya konten menyimpang saja yang disebarluaskan. Namun, berikanlah pula beragam hasil pencapaian pembangunan yang susah payah diciptakan.

Kini jabatan presiden diisi kembali dengan orang yang sama, dimana kontribusinya terhadap kemajuan negara telah banyak diakui. Sehingga tak perlu lagi ada keraguan untuk mendukung penuh pemerintahan era ini.

Pun dengan peranan generasi muda sekarang ini, merupakan subjek pembangunan yang dapat berkarya demi kemajuan negara,termasuk dalam hal memposting konten positif di media sosial. Apalagi, penggunaan akan kecanggihan medsos ini kian melonjak. Dan sebagian pemakainya ialah anak-anak muda zaman sekarang.

Yang katanya, "Gak online Gak gaul". Meski kalimat ini memiliki beragam arti, kenyataannya kebanyakan memanfaatkan sebagai media "curhat". Bukan hanya masalah intern keluarga, kini jangkauannya menjadi lebih luas, yakni politik.

Hal ini menandakan sebetulnya generasi muda kita aware akan situasi maupun kondisi yang tengah bergulir. Meski akses media sosial begitu mudah, namun bukan tanpa rintangan.

Mesdsos mampu menjadi tempat berkumpulnya generasi muda untuk menggali kreativitas melalui konten yang mereka unggah. Akan tetapi, di sisi lain, media sosial bisa menjadi buah simalakama. Apalagi jika dikaitkan dengan dunia perpolitikan. Hal ini wajar terjadi di beberapa negara.

Sebagai contoh, ketika Revolusi Tunisia meletus dimulai dari medsos, seorang pria melakukan aksi protes dengan membakar diri yang kemudian menjadi viral. Parahnya hal ini otomatis segera memicu gerakan-gerakan sejenisnya.

Pada Akhirnya, revolusi yang dipengaruhi kekuatan media sosial ini mendorong perubahan politik di wilayah-wilayah negara Arab yang populer dengan The Arab Spring.

Pun dengan penggunaan media sosial untuk kegiatan politik di Nusantara yang mengalami pasang surut. Media sosial mampu memberikan berita maupun konten sesuai "pemakainya". Sehingga segala sesuatunya memang berada ditangan penggunanya. Posting konten positif ya bakalan interaktif, jika negatif sudah barang tentu akan menuai polemik.

Media sosial ini dapat membuka akses yang begitu luas. Siapapun dapat ikut andil menjadi content writer di dalamnya. Sehingga medsos ini tidaklah sepenuhnya salah. Kesadaran politik generasi muda sepatutnya dibarengi dengan kebijaksanaan dalam hal pengelolaannya.

Apalagi generasi muda adalah penerus potensial bangsa, yang mana haruslah bisa menjadi garda terdepan dalam perwujudan stabilitas politik di tanah air.

Memang bukan hal yang sederhana, mengingat arus globalisasi terus menggerus zaman. Jika tak pandai-pandai membawa diri maka hanya akan menjadi "budak" teknologi.
Terlebih, generasi muda sekarang ini cukup pintar untuk menyikapi beragam hal yang terjadi di luaran sana. Maka dari itu mereka diimbau untuk tetap berjalan sesuai koridor yang membangun stabilisasi politik di bumi pertiwi, agar lebih baik lagi.

Kesimpulannya ialah, elemen yang terdiri dari pers, generasi muda, dan stabilitas politik ini diharapkan bisa memberikan kesinambungan peran positif bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Terlebih kaitannya dengan dukungan dan kawalan akan pemerintahan sekarang (Jokowi-Maruf). Sebab, mendukung langkah pemerintahan berarti ikut andil dalam memajukan bangsa. Yang notabene pemimpinnya dapat dipercaya serta telah membuktikan kinerjanya.*

Penulis adalah kontributor Ikatan Mahasiswa Pers Jakarta