Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konflik Poso dan Bom Makassar, Awal Kesan Mendalam Jenderal Tito pada JK
Oleh : Redaksi
Sabtu | 19-10-2019 | 09:28 WIB
jusuf-kalla-2.jpg Honda-Batam
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian memiliki kesan tersendiri pada sosok Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK. Semasa masih bertugas di lapangan, Tito merasa kerjanya sangat terbantu berkat dukungan JK.

Seperti saat menangani konflik di Poso, Sulawesi Tengah, tahun 2005-2007.

"Kami memimpin operasi, kemudian kontak senjata. Kita 600 orang. Sedangkan, di sana 300 orang yang berpusat di Tanah Runtuh. Ada 16 orang meninggal pihak sana dan dari Polri satu orang," ungkap Tito di acara Tradisi Pengantar Purna Tugas Wapres di Gedung PTIK/STIK, Jakarta Selatan, Jumat (18/10).

Melihat banyaknya jumlah korban, Tito mengaku khawatir peristiwa itu akan menjadi isu pelanggaran HAM. Kemudian, dia bersama Kapolda Sulsel saat itu Badrodin Haiti memutuskan melapor kepada Presiden, Komisi III DPR , Komnas HAM dan media.

"Kita mendahului memberi informasi daripada informasi diterima dari pihak lain," ujar dia.

Tito dan Badrodin menghadap Jusuf Kalla dan menceritakan jalannya operasi yang dia pimpin. "Pertanyaannya bapak singkat, apakah yang meninggal bawa senjata," kata Tito menirukan respons JK saat itu.

"Ya kami bisa buktikan mereka bawa senjata. Kami menyita 300 senjata dan 40 ribu butir peluru, ini foto-fotonya," kenang Tito saat mendapat pertanyaan dari JK.

"Kalian sudah benar, tidak boleh ada yang punya senjata selain TNI-Polri. Saya akan mem-backup kalian," sambung Tito mengutip jawaban JK

Tak cukup hanya mendapatkan laporan darinya, sambung Tito, JK juga langsung memutuskan terbang ke Poso bertemu sejumlah tokoh-tokoh masyarakat untuk berdialog.

"Mereka bisa memahami dan suasana menjadi kondusif. Lebih dari itu Bapak (Jusuf Kalla) mendirikan pesantren sekelas Gontor di Poso Pesisir dan sekolah teknologi di Tentena. Hal itu membuat suasana lebih dingin lagi sehingga akhirnya permasalahan tersebut tidak berkembang," ucap Tito.

Bukan kali itu saja dia melihat ketegasan seorang JK. Jauh sebelum itu, saat JK masih menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Tito sudah pernah berkomunikasi saat terjadi ledakan bom di Mal Ratu Indah Makassar 2002 silam. Tiga orang tewas dalam insiden tersebut.

"Saya menyampaikan pada Kapolda saat itu, saya tangani perkara, bisa ungkap saya sampaikan ke Pak Kapolda Pak Firman Gani. 'Pak pelakunya Muchtar Daeng lau, kita sudah tangkap semuanya tapi ada satu lagi Pak, namanya Agung Abdul Hamid," kata Tito.

"Tidak lama saya dipanggil Pak Kapolda, perintah Pak Jusuf Kalla, Kemenko Kesra saat itu, tangkap dia (teroris) semua. Jangan khawatir saya akan backup sehingga saya lihat ini kok dibom bukan malah takut tapi malah perintahkan untuk tangkap semuanya. Itu menunjukkan keberanian," sambung dia.

Dari dua kejadian itu, Tito benar-benar melihat figur seorang JK yang berani. Sambil berkelakar, Tito menyebut ketegasan JK melebihi Jenderal TNI dan Polri.

"Sekedar jokes saja. Saya pernah sampaikan di Mabes TNI jika ada yang kurang, dengan segala hormat bapak mungkin kurangnya cuma satu, bapak bukan Jenderal TNI maupun Polri. Tapi saya paham secara personal, Pak Idham paham secara personal, bahwa keberanian ketegasan bapak dalam bersikap, melebihi keberanian ketegasan jenderal TNI-Polri," tutup dia.

Sumber: Merdeka.com
Editor: Chandra