Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Petral Baru Bangkit Lagi di Singapura? Ini Kata Pertamina
Oleh : Redaksi
Rabu | 09-10-2019 | 15:04 WIB
likuidasi-petral.jpg Honda-Batam
Likuidasi Petral. (Foto: Tempo)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PT Pertamina (Persero) kembali membuka kantor pemasaran dan perdagangan produk bahan bakar minyak di Singapura dengan bendera Pertamina International Marketing and Distribution (PIMD) Pte Ltd. Namun, Pertamina meyakinkan publik bahwa perusahaan baru ini berbeda dengan Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, PIMD merupakan trading arm yang dibentuk untuk menangkap peluang bisnis pasar bunker di Asia Tenggara, terutama di Singapura.

"PIMD juga ditugaskan untuk masuk ke pasar regional dengan membangun bisnis retail untuk memperkenalkan produk Pertamina secara global," tuturnya kepada Bisnis.com, Rabu 9 Oktober 2019.

Fajriyah menjelaskan PIMD mulai beroperasi pada September lalu, dan fokusnya untuk menambah pendapatan melalui penjualan produk BBM di luar indonesia. Dia menampik tudingan bahawa PIMD dijadikan wadah mencari produk untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

Menurut dia, fungsi pemenuhan kebutuhan minyak mentah dalam negeri yang diolah di kilang-kilang Pertamina tetap dilakukan oleh divisi Integrated Supply Chain. "(PIMD) adalah perusahaan, bukan direktorat. [tugasnya] Jualan, bukan ekspor. Saya tegaskan berbeda dengan Petral," tambahnya.

Sebelumnya, seperti dikutip Reuters, Managing Director Pertamina International Marketing and Distribution Pte Ltd Agus Witjaksono mengatakan unit baru ini punya fungsi berbeda sama sekali dari pendahulunya. Petral berurusan dengan pengadaan, dan membeli minyak mentah untuk permintaan domestik. "Tetapi kami fokus pada penjualan produk Pertamina secara komersial," katanya.

PIMD akan menjual bahan bakar untuk bunker kapal, dan juga akan masuk pasar ritel di Filipina, Thailand dan Myanmar. Agus juga mengatakan bahwa PIMD akan melakukan perdagangan LPG di wilayah tersebut.

"Kami ingin mendapat keuntungan dengan adanya IMO (International Maritime Organization) 2020. Pertamina punya BBM dengan sulfur rendah," ujar Agus.

Pengamat ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmi Radhi punya kekhawatiran lain. Menurutnya, kapasitas jualan MFO 380 milik Pertamina untuk BBM kapal laut dan produk pihak ketiga ke pasar international, masih sangat kecil.

"Ujung-ujungnya, PIMD hanya akan melakukan impor LPG, yang rawan menjadi sasaran mafia migas untuk berburu rente seperti yang terjadi pada Petral," katanya, saat dihubungi Bisnis.com.

Sumber: Tempo.co
Editor: Dardani