Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Budi Sebut Anak Mereka Kabur Karena Dituduh Mencuri Uang
Oleh : Hadli
Selasa | 24-09-2019 | 20:11 WIB
sidang-penganiayaan12.jpg Honda-Batam
Sidang perdana kasus penganiayaan di Tiban I. (Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sebagai suami tentu berat bagi Budi mengambil keputusan mengakhiri rumah tangganya bersama Nurcahaya Purba. Terlebih dari pernikahan mereka telah dikarunia seorang anak.

Tapi di lain disi, Budi sudah tidak lagi berdaya menghadapi Nur. Ia merasa, martabat sebagai suami sudah melebur. Karena Nur sudah tidak lagi mendengarkan dan mempercayainya sebagai suami.

Keputusan itu terpakasa diputuskan setelah ia melaksanakan istikhorah selama 7 hari berturut-turut sesuai tantangan Nur yang memintanya berdoa dan meminta petunjuk kepada Allah.

"Kau mendapatkanku dengan Istikhoroh maka lepaskanlah aku dengan istikhoroh. Dan sejak itu selama satu minggu saya sholat istikhorah, tahajud meminta perunjuk kepada Allah," kenang Budi.

Suatu hari, Budi mengaku menangis untuk pertama kali. Sebab dalam mimpinya ia dan Nur berada dalam satu ruang hampa. Di ruangan kelap itu hanya ada satu kursi sofa yang tengah diduduki Nur. Sementara Budi pergi meninggalkan Nur seorang diri di ruangan tersebut.

Mimpi yang kedua, kata Budi sebaliknya. Diruangan yang sama, namun untuk mimpi kali ini ia yang duduk di kursi tersebut, lantas Nur yang meninggalkannya di ruangan kosong itu. Dalam mimpi itu, Budi terbangun dan menangis dalam sholat tahajudnya. Nur kala itu, katanya terbangun dari tidur dan melihatnya sedang berlinang air mata.

Nur pun menanyainya kenapa ia menangis hingga tersedu-sedu pada subuh itu. Budi yang menghentikan tangisnya seketika menjawab buah dari istikhoroh selama sepekan penuh dengan apa yang ada dalam mimpinya.

Pertengkaran dalam rumah tangga mereka setiap hari tak terelak lagi, dengan masalah yang sama. Hari semakin hari kian membesar. Budi akhirnya menghubungi keluarga Nur. Kepada ibu mertuanya Budi mencurtahkan semua yang terjadi. Ia katakan sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap Nur yang berlebihan.

Komonikasi bersama mertuanya itulah Budi tidak dapat lagi menahan tangisnya. Untuk kedua kalinya ia tersedu-sedu. Budi diminta untuk tetap bersabar. Karena mertuanya mengatakan akan menasehati Nur agar berubah sikapnya kepada suami.

Dari komunikasi itu, Budi kembali mencurahkan isi hatinya kepada keluarganya. Ia pun mengaku untuk ketigakalinya menagis hingga tersedu. Berat baginya namun dirasanya keputusan tersebut harus diamabil.

"Ini soal ketetapan hati. Hati sudah tidak lagi tenang dengan semua yang terjadi. Saya tak lagi mendapati ketentraman dalam berumah tangga. Dia tidak mau melepas saya, bila tidak ingin saya lepas semestinya dia berubah, buang jauh-jauh pikiran kotor yang ada dalam benaknya selama ini, bukan malah sebaliknya kecemburuannya semakin menggila," ujarnya.

Budi mengatakan, berat sudah, karena tak lagi sanggup menghadapi kehidupan rumah tangga yang sudah jauh dari impian.

"Beban itu tak lagi sanggup terpikul," katanya. Talak pun dijatuhkannya pada 12 Januari 2019. Namun ia masih bertahan di rumah itu untuk buah hatinya.

Kurang kebih lima pekan lamanya ia bertahan di rumah yang dibangunnya bersama Nur. Pada akhirnya 10 Februari 2019 ia meninggalkan rumah itu hanya dengan sedikit pakaiqn dalam rancel dan sepeda motornya.

Tidak hanya dia, kata Budi, anak pertama Nur yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri juga meninggalkan rumah gara-gara dituduh ibu nya mencuri uang simpanan mereka di rumah daoam jumlah yang cukup besar. Kini anak tersebut dirawat kelurga mantan suaminya terdahulu.

"Jadi bukan seperti dalam persidangan yang disampaiian Nur bahwa anaknya pergi dari rumah karena kata dia saya bersekingkuh. Tapi penyebabnya adalah anaknya dituduhnya telah mengambil uang simpanan yang kami siapkan untuk keperluan mendadak di dalam lemari," ungkapnya.

Budi mengatakan, ia masih berkomunikasi dengan anak tersebut. Anak yang baru menginjak remaja itu mendukung apa pun keputusan dan pilihan Budi. Anak itu juga, tambah Budi tau seperti apa ibunya.

"Semua ini komunikasi saya dengan anak saya," katanya sembari mununjukkan isi chatingan WhatsApp dengan anaknya itu.

Nur, kata Budi berulah, nekat bersama kelurganya mendatangi rumah keluarga Marose Silatonga (58) di Tiban I. Padahal sebelumnya, Nur sudah pernah mendatangi rumah tersebut bersamanya menjumpai Aknes. Sudah jelas saat disana Aknes tidak menyukainya.

Sejak meninggalkan rumah, Budi selalu berpindah-pidah tempat. Sebab Nur menyuruh adik laki-laki nya membuntuti dari jauh kemana pun ia pergi. Dari tempat kerja hingga tempatnya menetap sesaat. Tapi tetap saja Nur tau keberadaannya.

Bersama kelurganya, Nur mencari keberadaan Budi disetiap penjuru rumah hingga di dalam gudang. Saat penggeledahan, Polisi dihubungi pihak RT setempat karena melihat Nur yang tidak punya hak secara arogan dan semena mena menggeledah rumah di daerah Tiban itu.

Pihak keamanan setempat ikut turun tangan untuk memastikan suasana berjalan aman. Padahal, kata Budi sewaktu masih di depan pagar rumah Marose, Nur menghubungi nya lewat pesan WhatsApp.

Nur mengetahui jelas saat itu Budi berada dimana. Sebab, kala itu Budi sudah Share location keberadaannya. Tapi Nur tetap tidak percaya dan nekat menerobos masuk. Budi menambahkan, shere lokation merupakan data akurat keberadaan seseorang Nur kata dia bisa tidak percaya kalau dia mengirim sendlook karena data lokasi bisa tidak akurat.

"Seperti yang pernah saya katakan, untuk apalagi dipertahankan kalau istri sendiri sudah tidak lagi percaya sama suami. Maka saya menerima resiko meninggalkan rumah berimbas tidak bisa berjumpa dengan anak untuk sementara waktu," tutupnya. (*)