Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Budi Mengaku Tak Kuat Menghadapi Tabiat dan Karakter Nur
Oleh : Hadli
Senin | 23-09-2019 | 20:04 WIB
sidang-penganiayaan11.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sidang perdana kasus penganiayaan di Tiban I. (Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sidang pemukulan dengan mangkok yang digelar PN Batam belakangan ini semakin menarik perhatiaan media di Batam. Terdakwa dalam perkara ini merupakan seorang perempuan usia lanjut, bernama Marose Silitonga (58).

Saksi korban, Nurcahaya Purba (39) istri dari seorang pria bernama Budi. Peristiwa kelam itu terjadi pada Senin, 10 Juni 2019 silam di parkiran Masjid Al-Qirom Tiban I, atau tepatnya lingkungan rumah dari keluarga Marose.

Budi, akhirnya angkat bicara. Ia mengatakan tak pantas sebenarnya masa lalunya bersama Nur menjadi konsumsi publik, namun dirasakan hal ini perlu untuk diklarifikasi mengingat namanya disebut-sebut Nurcahaya dalam persidangan.

Pria kelahiran Surabaya itu mengungkapkan, ia bukan lah laki-laki pertama yang menikahi Nur. Sebelumnya, kata dia Nur sudah pernah menikah. Dari pernikahan itu Nur masuk muslim dan telah dikaruniai dua orang anak.

"Jadi ia mualaf bukan dengan saya karena sebelum bersama saya ia sudah mualaf," tutur Budi yang berhasil ditemui BATAMTODAY di Sekupang pada Sabtu (21/9/2019) kemarin.

Dilanjutkan, perkenalannya dengan Nur terjadi di sebuah hotel di Batam. Kala itu mereka sama-sama sebagai peserta yang tengah mengikuti training kompetensi AK3 umum yang diselenggarakan oleh EXAUDI di hotel Vista pada tanggal 02-14 Agustus 2008.

Setahun kemudian dari perkenalan itu ia memutuskan untuk melepas masa lajangnya. Prinsipnya, umur 29 tahun bukan lagi waktu untuk berpacaran. Saatnya untuk menuaikan ibadah, mendirikan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Dari pernikahan mereka Desember 2009 telah dikarunia satu orang anak.

Perhatian dan belaikasih yang tercurah tidak ada yang dibedakan untuk ketiga anaknya itu. Semua diperlakukan sama. Bahkan, kata dia, ketiga anaknya lebih dekat dengannya.

Mereka berdua sama-sama memiliki pekerjaan. Untuk penghasilan dari gajinya mengalir ke Nur, termasuk semua aset-aset yang mereka capai berdua juga diserahkannya atas nama Nur. Karena tidak sedikitpun ada niatnya untuk macam-macam.

Sebagai pekerja yang memiliki skill, Budi memiliki penghasilan yang jauh berbeda dari kebanyakan orang. Perusahaan-perusahaan tempatnya bekerja juga bertaraf internasional. Itu sebabnya dia sering mendapat tawaran kerja diluar negri. Begitu juga dengan Nur yang selalu disuportnya.

Namun, pekerjaannya itu acapkali terganggu. Ia mulai risih dengan sikap Nur. Hubungan itu pun mulai terkikis. Nur acap kali mencurigainya dengan rekan kerja satu kantor tanpa alasan yang jelas. Padahal, kata dia, komunikasi yang terjalin tak lain hanyalah urusan pekerjaan yang profesional.

"Awalnya saya dapat pahami sifat cemburunya itu. Karena saya menganggap cemburunya akibat trauma ditinggal pergi suami terdahulu. Tapi lama semakin lama cemburunya tidak terkontrol. Padahal gaji, aset saya serahkan semua atas nama dia karena memang tidak niat macam-macam. Tapi ketika wanita ini dominan membuat mereka lebih punya kuasa dari diri kita. Sikit banyak ruang gerak kita dibatasi. Jadi apa yang saya cari tidak dapat lagi pada dirinya," ungkapnya.

Sehubungan dengan riwayat singkat mereka di Batam, Budi mengatakan, Nur menetap di Batam sejak tahun 2000. Pada tahun 2007 pindah ke Tanjungpinang. Dan pada tahun 2009 kembali menetap di Batam. Sedangkan dirinya hijrah ke Batam dari Surabaya pada tahun 2007.

Selama 4 tahun lamanya mereka menikah, Budi pun menjatuhkan talak. Talak yang dijatuhkan dengan harapan, Nur dapat merubah dikap dan sifatnya itu. Kecemburuan dan kecurigaan Nur dinilainya sangat berlebihan. Dikarenakan hal itu telah merusak hubungan mereka yang mulanya berjalan harmonis.

Cekcok mulut antara mereka acap kali terjadi, bahkan Nur tidak segan-segan membawa ranah pertikaian itu di hadapan anak-naknya. Sering kali Budi menghindar dari keributan rumah tangga mereka agar titak terdengar oleh tetangga. Hal itu dikarenakan, warga hanya mengetahui ketiga anaknya dari pernikahan mereka. Kerahasian itu tetap dijaganya untuk menjaga psikologi anaknya dari lingkungan.

Budi merasa, bila satu sama lainya sudah tidak dapat percaya, niscaya keharmonisan dalam berumah tangga sudah sulit untuk dipertahankan, siapapun pasangan tersebut.
Namun, Ia pun mengurungkan niatnya, mereka kembali rujuk setelah keluarga memberikan nasehat.

Setelah 2013 itu, Budi bekerja di salah satu perusahaan ternama di Batam. Lagi-lagi Nur tidak mempercayainya. Padahal, semua privasi sudah diserahkan kepada Nur agar lebih mempercayainya dari orang lain. Tidak tahan dengan hal itu, Budi pun memfasilitasi Nur untuk bekerja di perusahan tempatnya bekerja. Lagi-lagi harapannya ketika sudah satu perusahaan Nur dapat melihat langsung aktifitas yang tidak seperti dituduhkan selama ini.

Budi merasa, ditempatnya bekerja tentu banyak saingan. Apalagi mereka suami istri bekerja di perusahaan yang sama dengan jabatan yang setrategis pula. Untuk itu ia berpesan kepada Nur, abaikan ucapan orang lain terhadap suamimu.

"Sangan pasti ada. Apalagi kami berdua bekerja ditempat dan bidang yang sama. Saya katakan padanya, acungkan jari tengah mu kepada semua orang. Dan katakan bahwa saya percaya kepada suami," pesannya kala itu untuk Nur.

Usaha itu gagal. Nur bertubi-tubi menudingnya memiliki hubungan khusus dengan Aknes. Bahkan, urusan rumah tangga mereka sempat dibawa ke ranah perusahaan. Nur mengaku rekan sekantornya mengabari baru melihat Budi bersama Aknes. Padahal, kata dia, hari libur itu ia tengah mencuci mobil.

Sudah tidak tahan lagi dengan fitnah itu, Budi pergi kekantor, menanyakan langsung siapa orang yang katanya telah melihatnya. Namun tak seorang pun mengaku. Budi, Nur dan atasan mereka duduk bersama mencari solusi. Budi pun mengundurkan diri dari petusaan melalui lisan. Namun, permintaan itu ditolak oleh pimpinannya.

Budi pun dipindahkan tugas. Tugasnya mengurusi projek-projek perusahaan yang ada di perusaan lain di Batam. Namun usaha pimpinannya gagal, lantaran Budi sudah tidak lagi mendapat kepercayaan dari Nur. Budi mengundurkan diri.

Pengunduran dirinya itu, kata dia sudah dirembukkan bersama Nur. Nur kala itu mengajaknya meninggalkan Batam. Demi memperatahankan rumah tangga yang dibina permintaan itupun disetujuinya. Budi mengajukan penggunduran diri yang ke tiga kalinya.

Lagi, pengunduran diri Budi ditolak. Pimpinannya menilai pekerjaan yang dilakukan Budi tidak ada masalah, apalagi terjadi peningkatan oleh peruaahaan. Namun kecemburuan Nur pada Aknes atas dirinya semakin memuncak. Hubungan kerja yang profesional antranya dengan bawahan tidak dilihat Nur. Dimata Nur, Budi ada hubungan istimewa.

"Jadi bukan seperti yang dia (Nur) sampaikan saya keluar karena diwarning perusahaan. Tapi tabiat dan karakternya yang saya tidak kuat lagi menghadapinya," tuturnya.

Dan akhirnya, kata Budi, Nur menantangnya. "Dia katakan, kau mendapatkanku dengan Istikhoroh maka lepaskanlah aku dengan istikhoroh. Dan sejak itu selama satu minggu saya sholat istikhorah, tahajud meminta perunjuk kepada Allah. Dua kali saya mendapat pesan dari mimpi usai tahajud," tuturnya mengenang.

Editor: Yudha