Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menelisik Serangan Hoax Soal Papua dari 20 Negara
Oleh : Opini
Kamis | 19-09-2019 | 14:28 WIB
anti-hoax321.jpg Honda-Batam
Ilustrasi anti hoax. (Foto: Ist)

Oleh Rudi Widiawan

PAPUA adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian paling timur Indonesia. Terdapat dua provinsi yang ada di sana, yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini.

Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia.

Selain memiliki alam yang indah, Papua juga tidak pernah berhenti melahirkan pahlawan-pahlawan bagi Indonesia. Frans Kaisiepo salah satunya, merupakan putra Papua yang lahir di Biak, 10 Oktober 1921.

Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang panas. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973.

Namun, beberapa waktu yang lalu terjadi aksi massa di beberapa wilayah Papua, misalnya di Sorong, Manokwari, Mimika hingga Fakfak. Aksi ini adalah respons masyarakat Papua terhadap tindakan rasisme yang menimpa mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya beberapa waktu silam.

Kejadian di Malang berdasarkan laporan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Malang, terjadi bentrokan antara sekelompok warga Malang dengan mahasiswa asal Papua, di Kawasan Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur.

Mahasiswa asal Papua dalam perjalanan dari Stadion Gajayana menuju Balai Kota Malang untuk menyampaikan aspirasi, kemudian mereka tiba di simpang empat Rajabali dan bertemu sekelompok warga Malang. Kemudia terjadi perselisihan atau adu mulut, yang berujung terjadinya bentrokan. Bentrokan memanas hingga antar kelompok saling melempar batu.

Aksi Rasisme di Surabaya

Pada Jumat (16/8/2019) asrama mahasiswa didatangi oleh aparat, hal ini ditenggarai oleh bendera merah putih milik pemerintah kota Surabaya yang terpasang di depan asrama mereka, tiba-tiba sudah berada di dalam saluran air. Kemudian terdapat ujaran rasis dan kebencian, dan videonya tersebar viral.

Kedua kejadian di Malang dan Surabaya ditenggarai berakibat kemarahan masyarakat Papua. Hingga seperti diketahui, kerusuhan pecah di Manokwari, Papua Barat, Senin, 19 Agustus 2019. Massa membakar Gedung DPRD Manokwari dan beberapa fasilitas umum. Tidak hanya di Manokwari, unjuk rasa juga terjadi di Jayapura, Papua.

Menurut, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, amarah yang alami oleh masyarakat Papua juga disebabkan adanya berita hoax. Bahkan dikutip dari detik.com menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan ada sekitar 20 negara yang ikut menyebarkan berita hoax terkait Papua. Hoax terbanyak berasal dari salah satu negara di Eropa.

Lebih lanjut, Rudiantara mengatakan pihaknya sudah meneumkan 550 ribu URL yang menyebarkan berita hoax. Paling banyak tersebar di media sosial Twitter. Jenis hoax yang disebarkan bermacam-macam, yang paling parah yang besifat mengadu domba.

Hoax merupakan hal yang menakutkan karena berpotensi memecah belah masyarakat, tetapi sebagai masyarakat kita tidak boleh takut dan harus lebih berhati-hati lagi dalam menerima informasi. Jangan sampai kita langsung mengambil kesimpulan bahkan tindakan tanpa didasari pengecekan terhadap informasi yang kita terima. Jangan sampai hoax memecah belah bangsa Indonesia. Merdeka!*

Penulis adalah Pegiat Pertiwi Media Jakarta