Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Penyebab BMKG Kesulitan Buat Hujan Buatan Atasi Asap Karhutla
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-09-2019 | 19:28 WIB
karhutla-lingga12.jpg Honda-Batam
Kabut asap di Bintan. (Foto: Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaku kesulitan membuat hujan buatan selama kemarau panjang tahun ini.

"Bibit awan yang akan disemai itu hampir tidak ada," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (14/9/2019).

Hujan buatan diharapkan menjadi solusi untuk mengurai polutan akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi belakangan. Sejak Jumat malam, (13/9/2019), BMKG mendeteksi adanya awan hujan di tujuh daerah. Ketujuh daerah itu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua.
|
Dwikorita meminta agar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selalu siap jika ada awan hujan muncul.

"Setiap menit kami pantau kapan awan muncul, kami minta Pak Doni (Kepala BNPB) untuk segera bertindak di lapangan menembak awan itu dengan garam supaya menyemaikan untuk awan hujan," ujar Dwi Korita.

BMKG mencatat polutan di udara akibat asap dari terbakarnya hutan dan lahan, sudah semakin parah. Di Pekanbaru, nilai ambang batas polutan sudah melewati garis merah sejak 9 September.

"Kemarin, 13 September, melonjak sampai 300 mikron. Ini alasan mendesak kenapa hujan buatan itu segera ditembak," kata Dwikorita.

BMKG meprediksi puncak musim kemarau 2019 jatuh pada Agustus. Namun, dampaknya akan terasa hingga akhir September. Kemarau ini menjadi pemicu sekaligus mempersulit kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah daerah di Jakarta.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha