Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tinggalkan Keluarga Saat Lebaran Idul Adha

Kisah AKP Abdul Rahman Ungkap 38,6 Kg Sabu Bersama Tim, Nyaris Gagal dan Berlayar Mengantar Nyawa
Oleh : Romi Chandra
Rabu | 14-08-2019 | 08:04 WIB
sabu-baru1.jpg Honda-Batam
Penggeledahan dilakukan di dalam kapal yang mengangkut 38,6 sabu. (Istimewa)

GEMA TAKBIR berkumandang di setiap masjid untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah. Saat semua menikmati kemenangan bersama keluarga, justru para abdi negara dari Satres Narkoba Polresta Barelang masih berjibaku mengabdikan diri memberantas peredaran narkotika.

Usaha yang bersungguh-sungguh tentu tidak akan mengkhianati hasil. Ya, sebanyak 38,6 kilogram sabu berhasil disita dari empat orang tersangka yang merupakan sindikat jaringan narkoba internasional. Mereka, bernama Toni Indra (36), Jonny Andrianto (36), Putra Eka Satya (43), dan La Ode M Fajar (27).

Parahnya, pergerakan narkoba tersebut mulai dari Negeri Jiran, Malaysia, hingga masuk ke wilayah Kepri dengan tujuan akhir di Jakarta, dikendalikan dari dalam Lapas Tanjungpinang oleh salah seorang warga binaan bernama Putra Eka Satya.

Pengungkapan kasus ini bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu satu bulan untuk melakukan penyelidikan sampai akhirnya berhasil diungkap pada Selasa (6/8/2019).

Lika-liku proses pengungkapan, diutarakan Kasatres Narkoba Polresta Barelang, AKP Abdul Rahman, yang langsung memimpin penangkapan. Mulai dari mengantarkan nyawa terombang ambing di lautan, hingga meninggalkan keluarga berhari-hari saat orang lain menikmati lebaran bersama sanak keluarga. Bagaimana kisahnya, berikut laporan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Chandra.

Sesuai dengan fungsinya sebagai pemberantas narkoba, upaya demi upaya terus dilakukan Satres Narkoba Polresta Barelang untuk menekan peredaran narkotika di wilayah Batam. Sampai akhirnya pergerakan sindikat ini terendus dan mulai ditelusuri.

"Awalnya kami mendapat informasi adanya upaya untuk menyelundupkan narkotika jenis sabu dalam jumlah besar dari Malaysia. Mereka merencanakannya di Batam, sehingga langsung ditelusuri," ujar Abdul Rahman, Selasa (13/8/2019) sore.

Pergerakan demi pergerakan pelaku diintai. Pihaknya terus melakukan pengawasan. Sekecil apapun informasi langsung dikumpulkan agar bisa mengarah pada siapa saja yang terlibat dalam jaringan ini. Hingga akhirnya mengarah pada beberapa orang yang sering melakukan pertemuan.

Tidak hanya di Batam, pertemuan ini juga dilakukan di luar Batam, sehingga terus diawasi, seperti di Tanjungpinang, dan juga di Jakarta.

"Mereka melakukan pertemuan tidak hanya di Batam, tapi juga di Jakarta. Setiap pergerakan terus kita pantau. Akhirnya sampai waktunya untuk menjemput barang dari Malaysia menggunakan speedboat yang memiliki mesin berkecepatan tinggi," jelas Rahman.

Penangkapan Nyaris Gagal

Penjemputan sabu tersebut dilakukan melalui jalur laut. Untuk kapal speedboat yang digunakan pelaku memiliki tiga mesin dengan kecepatan masing-masingnya adalah 20 pk. Sehingga, laju kapal di air sangat cepat.

Tim juga ikut turun ke laut menggunakan dua kapal speedboat yang telah disiapkan dan melakukan pengawasan di sepanjang perairan Kepri.

Namun penangkapan nyaris gagal, karena kuat dugaan para pelaku telah mencium pergerakan tim.

"Saat kami menunggu speedboat bermuatan sabu tersebut masuk ke perairan Kepri, disinyalir mereka mencium pergerakan kami. Sebab, mereka tidak melakukan pergerakan sesuai dengan jadwalnya," tutur Rahman.

Kondisi tersebut sempat membuat semangat tim berkurang. Namun Rahman tetap menyemangati anggotanya dan mengarahkan untuk tetap melakukan giat sesuai dengan rencana awal. Satu kapal tim terus melakukan patroli untuk pengalihan.

Ternyata, pelaku memang mengetahui pergerakan tim, sehingga mereka menunggu saat tim sudah selesai melakukan patroli.

"Kita menggunakan dua kapal. Satu kapal untuk pengalihan dengan melakukan patroli mengitari perairan mulai dari Jembatan I Barelang, terus ke Sagulung, Punggur dan ke perairan lainnya. Patroli ini kami lakukan mulai dari Senin (5/8/2019) malam, sampai Selasa (6/8/2019) dini hari," ingatnya.

Ternyata pergerakan tim tersebut memang dipantau. Saat tim yang bertugas patroli kembali ke pantai, barulah pelaku kembali melanjutkan perjalanan dari Malaysia menuju Perairan Kepri pada subuhnya.

"Satu kapal patroli itu bertugas untuk mengecoh. Sementara satu kapal lagi tetap melakukan pengawasan. Saat itu kami sudah pasrah, karena kuat dugaan operasi sudah bocor. Sampai akhirnya pergerakan mereka kembali terpantau, dan ini adalah peluang besar yang tidak mungkin disia-siakan," tambahnya.

Berlayar Mengantarkan Nyawa

Pada Selasa dini hari, didapatkan kembali informasi pergerakan tersangka, dan pengawasan semakin diperketat.

Cuaca ekstrim saat itu juga menjadi ancaman besar atas kegagalan pengungkapan ini. Apalagi, gelombang tinggi menyulitkan kapal untuk berlayar maksimal.

Saat mengetahui posisi pelaku, langsung dilakukan pengejaran hingga ke Pulau Kasam, kawasan Punggur. Tanpa memikirkan keselamatan nyawa, tingginya gelombang akibat cuaca ekstrim dalam perjalanan berlayar menuju Pulau Kasam tidak dihiraukan lagi.

"Tidak ada lagi canda tawa di atas kapal. Semua termasuk saya, hanya diam sambil berdoa di dalam hati, agar bisa selamat dalam pengejaran ini. Gelombang air laut sangat tinggi, dan membuat kapal nyaris terbalik. Saya dan anggota sudah berfikir kalau ini adalah akhir dari hidup kami," kenang Rahman.

Namun Tuhan masih berpihak kepada tim, sehingga perjalanan selamat sampai di Pulau Kasam. Hanya saja, setibanya di pulau tersebut, kondisi gelap dab menyulitkan tim mencari keberadaan pelaku.

"Mereka langsung sembunyi di balik-balik rindangnya pohon bakau. Kami sempat kehilangan mereka. Namun akhirnya melihat ada gelembung di air bekas dilewati kapal dan kami ikuti," tuturnya.

"Kami menemukan dimana lokasi persembunyian pelaku. Saat melihat speedboatnya, senjata langsung disiapkan untuk jaga-jaga jika terjadi perlawanan, atau mereka juga memiliki senjata api," ingat Rahman.

Suasana semakin tegang saat dua kapal tim terus mendekati kapal pelaku. Begitu dekat, tebakan peringatan langsung dilakukan untuk memberikan peringatan para pelaku.

Begitu kapal sudah memepet kapal pelaku, tim langsung melompati ke kapal pelaku., serta melihat pelaku berjumlah tiga orang tengah sembunyi di balik dinding kapal.

"Mereka tidak melakukan perlawanan. Hanya saja, satu pelaku berhasil kabur dengan melompat ke dalam air dan menghilang. Kami tidak ingin mengambil resiko, sehingga dua pelaku yang tinggal, Toni Indra dan La Ode M Fajar langsung diamankam agar tidak melompat ke air," ingatnya.

Dijelaskan Rahman, speedboat pengangkut sabu beserta pelaku langsung digiring ke Pelabuhan terdekat di Tanjunguban. Begitu tiba di pelabuhan, barulah dilakukan penggeledahan dan ditemukan 37 paket besar sabu, yang disimpan dalam koper dan tas ransel besar.

"Suasa tegang tim saat berlayar melawan tingginya gelombang laut langsung berubah dengan kebahagian dan kepuasan dengan hasil tangkapan besar. Kami berhasil mencetak sejarah sendiri dengan tangkapan sebanyak 38,6 kilogram sabu," ucapnya puas.

Menikmati Hari Raya Idul Adha Jauh dari Keluarga

Setelah dua pelaku dan barang bukti sabu diamankan, tim tidak serta merta menghentikan perburuan. Sebab, pihaknya terus melakukan pengembangan untuk memburu pelaku yang tergabung dalam jaringan ini.

"Dari awal kami mengetahui bahwa pelaku tidak hanya mereka saja, sehingga pengembangan dilakukan. Pengejaran untuk pelaku lainnya terus kami lakukan. Bahkan saat Hari Raya Idul Adha kemarin, saya bersama anggota sedang berada di luar daerah. Ada yang di Tanjungpinang, dan juga di Jakarta," akunya.

Akhirnya dua pelaku lainnya, Jonny Andrianto serta Putra Eka berhasil diringkus di kawasan Tanjungpinang.

"Jonny ditangkap di kediamannya. Sedangkan Putra kita jemput di Lapas Tanjungpinang, karena Ia warga binaan di sana setelah divonis penjara 15 tahun dengan kasus penyelundupan puluhan ribu pil ekstasi," bebernya.

Rahman sendiri mengaku merasa sedih tidak bisa berkumpul dengan keluarga saat orang lain bisa menikmati suasana hari raya bersama sanak familinya.

"Rasa sedih pasti ada. Apalagi saat hari raya kemarin istri bilang, pa lontong sudah masak. Rasanya ingin cepat pulang," kenang Rahman lagi sambil ketawa menirukan ucapan istrinya.

"Namun ini sudah tugas kami sebagai anggota Polri, demi bangsa dan negara. Usaha kami membuahkan hasil dan menjadi kepuasan tersendiri," pungkasnya.

Editor: Gokli