Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyerangan Keji KKB untuk Hambat Pembangunan di Papua
Oleh : Redaksi
Selasa | 23-07-2019 | 14:52 WIB
nduga-papua.jpg Honda-Batam
Peta lokasi penyerangan KKB di Nduga Papua. (Foto: Ist)

Oleh Kelly Krei

SERANGAN Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di bekas kamp PT Pembangunan Perumahan (PP) terjadi di Nduga Papua. Seorang anggota TNI Prada Usman Hambelo tewas setelah tertembak di bagian pinggang. Aksi brutal KKB tersebut terjadi pada Hari Sabtu 20 Juli 2019 sekitar pukul 12.45 WIT.

Serangan tersebut terjadi saat anggota TNI sedang melakukan pengamanan di bekas kamp PT PP yang merupakan tempat proyek pembangunan jembatan Sungai Yuguru. Kelompok kriminal tersebut melancarkan serangan secara membabi buta dari arah semak belukar yang berada tepat di depan kamp.

Kolonel Inf Muhammad Aidi menuturkan dalam keterangan tertulisnya, serangan tersebut dilakukan dengan sangat singkat, tembakan rentetan yang muncul dari balik semak belukar secara hit and run.

Pelaku di perkirakan berjumlah 4-5 orang. Pasukan TNI berusaha membalas tembakan dan melakukan pengejaran. Namun dengan pertimbangan keamanan karena medan belukar yang sangat tertutup dan banyak jurang yang curam, maka pengejaran dihentikan.

Selain karena kondisi medan yang kurang baik, serangan KKB juga terjadi saat anggota TNI sedang melaksanakan istirahat, shalat dan makan.

Aidi menceritakan, serangan tersebut muncul dari semak belukar dengan jarak sekitar 300 meter dari kedudukan prajurit yang sedang ISHOMA.

Ia mengungkapkan, serangan KKB tersebut dilakukan oleh kelompok pimpinan Egianus Kogoya. Usai serangan terjadi, pasukan TNI langsung melaksanakan konsolidasi dan pihak pengamanan setempat.

Kejadian tersebut kemudian dilaporkan ke satuan atas untuk mendapatkan bantuan helikopter dalam rangka evakuasi. Karena satu – satunya sarana angkutan menuju ke TKP hanya dengan pesawat helikopter. Namun karena cuaca hujan di Wilayah Nduga, proses evakuasi tersebut tidak dapat dilaksanakan hingga malam hari.

Aksi yang dilakukan oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya tersebut tentu tidak mencerminkan Papua, bahkan sebelumnya Pdt Nataniel yang merupakan tokoh Agama di Nduga juga mengatakan, bahwa kelompok KKB adalah anak Tuhan yang tidak bertanggungjawab, pihaknya menolak keberadaan KKB di tanah Papua.

Pdt Nataniel juga menambahkan, sebagai seorang gembala Gereja, dirinya bertanggungjawab untuk menjaga semua orang Papua maupun non Papua yang datang ke Kabupaten Nduga untuk membangun.

Kejahatan KKB tentu tidak dapat lagi ditolerir, apalagi mereka melakukan serangan saat anggota TNI sedang beristirahat, hal ini tentu menunjukkan bahwa KKB merupakan ancaman yang serius.

Tewasnya Prada Usman tentu menambah daftar panjang kekejaman KKB, mereka tidak hanya mengganggu keamanan masyarakat, tetapi juga kerap mengganggu sejumlah pekerjaan pembangunan, khususnya proyek strategis pemerintah pusat, yakni pembangunan jalan trans Papua yang akan menghubungkan jalur antar kabupaten di Provinsi Papua.

Mereka juga tercatat telah membacok balita setelah kedua orangtuanya dibantai di depan matanya, selain itu pemerkosaan dan penganiayaan terhadap sejumlah guru dan tenaga medis di Mapenduma, serta pembantaian secara sadis terhadap puluhan pekerja PT Istaka Karya.

Rangkaian kebiadaban tersebut tentu semakin membulatkan Masyarakat Indonesia khususnya bagi pihak TNI untuk mengecam dan melakukan perlawanan terhadap Kelompok tersebut.

Sementara itu, meski ancaman dari KKB cukup membuat kabupaten Nduga sebagai tempat yang tidak aman untuk dikunjungi, pemerintah tetap akan melaksanakan proyek pembangunan demi terwujudnya kemudahan akses yang ada di Provinsi Papua.

Aksi dari kelompok tersebut tentu sudah masuk dalam kategori aksi terorisme, dimana mereka melakukan aksi kejahatan tanpa adanya rasa kemanusiaan sama sekali. Tentu Indonesia telah memiliki cukup bukti untuk meminta kepada organisasi setingkat PBB agar kelompok pimpinan Egianus Kogoya ditetapkan sebagai kelompok teroris.

Tidak ada alasan lagi bagi TNI – POLRI untuk tidak menumpas kejahatan yang ada di Nduga Papua, proyek pembangunan yang ada di Papua sudah semestinya ditingkatkan keamanannya, agar proyek dapat berjalan tanpa memakan korban seperti yang pernah terjadi pada Desember tahun 2018 lalu.

Warga Indonesia khususnya Papua, semestinya juga berperan dalam menjaga rasa perdamaian dengan sesama warga Papua dan tidak mudah terprovokasi oleh gerakan separatis.

Kita juga berharap agar kejadian serupa tak terulang kembali, serangan terhadap anggota TNI tersebut tentu menjadi sebuah alarm bahwa kelompok pimpinan Egianus Kogoya masih ingin eksis dalam melancarkan serangan bejatnya.*

Penulis adalah Mahasiswa Papua, tinggal di Jakarta